Tradisi Kenaikan Pangan Menjelang Ramadhan, Butuh Solusi Teladan

Oleh: Yuke Octavianty

Forum Literasi Muslimah Bogor

 

Lensa Media News—Kenaikan harga pangan menjadi salah satu masalah yang hingga kini belum tersolusikan. Kenaikannya pun semakin meroket saat menjelang bulan puasa.

 

Dampak Penerapan Sistem Rusak

 

Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan akan terjadi inflasi pada harga-harga komoditas pangan saat bulan Ramadan mendatang. Tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, keadaan ini pun kembali berulang pada tahun ini.

 

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, menyatakan bahwa kenaikan harga tersebut disebabkan meningkatnya permintaan pada bulan Ramadan. Beberapa komoditas yang berpotensi naik antara lain, beras, cabai, daging ayam, minyak goreng dan gula pasir (cnbcindonesia.com, 1/4/2024).

 

Kenaikan harga-harga tersebut dapat mendorong tingkat inflasi secara umum. Demikian lanjutnya. Seperti telah diketahui, kenaikan harga beras pada akhir tahun 2023 hingga saat ini mendorong penurunan daya beli masyarakat secara signifikan. Sehingga memicu inflasi secara umum, mengingat beras adalah bahan pangan pokok mayoritas masyarakat di Indonesia.

 

Tentu saja, fakta tersebut membuat masyarakat semakin sulit memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seolah menjadi tradisi yang harus terjadi. Sayangnya, meskipun tradisi ini terus berulang, negara tidak mampu mengantisipasi gelombang kenaikan pangan menjelang momen-momen penting, seperti bulan puasa dan hari raya.

 

Memang betul, jumlah permintaan dan penawaran mampu mempengaruhi tingkat harga di pasar.

 

Hanya saja, konsep sistem ekonomi kapitalistik mengakibatkan kesalahpahaman dalam persepsi masyarakat terkait masalah ibadah dan amal sholih di bulan Ramadhan, yang berdampak pada naiknya permintaan. Yakni masyarakat melakukan akses konsumsi dengan pola yang konsumtif.

 

Pola konsumtif secara otomatis akan meningkatkan jumlah permintaan. Saat barang yang tersedia jumlahnya lebih sedikit daripada permintaan, akibatnya harga pun menjadi naik. Keadaan ini semakin parah saat penimbunan barang dilakukan oleh pihak tidak bertanggung jawab. Wajar saja, harga barang menjadi semakin tinggi. Kondisi ini pun memberatkan kondisi masyarakat yang tengah menjalankan ibadah puasa.

 

Di satu sisi, negara tidak mampu optimal menjaga kestabilan harga di pasar, meskipun sidak sering dilakukan. Karena konsep kebijakan yang diterapkan adalah konsep ekonomi ala kapitalisme yang hanya berorientasi pada keuntungan bisnis secara materi. Negara hanya berfungsi sebagai regulator, tanpa mampu menjaga kepentingan rakyat secara utuh. Ditambah saat begitu banyak kartel pangan yang mempermainkan harga di pasar.

 

Di sisi lain, harga barang yang terus naik, akan membangun persepsi kapitalistik di tengah masyarakat. Setiap individu makin getol mencari uang dengan jalan apapun. Demi memenuhi kebutuhannya. Sementara pihak yang sudah berkecukupan atau berlebihan materi, akan terus sibuk dengan sifat konsumtifnya. Alhasil, kehidupan makin tidak ramah dengan kedatangan bulan mulia penuh rahmat, Ramadan.

 

Betapa buruk dampak diterapkannya sistem ekonomi kapitalistik. Kekhusyukan ibadah tidak akan pernah terwujud dalam kondisi suram seperti saat ini.

 

Ramadan dalam Kacamata Islam

 

Ramadan merupakan bulan mulia yang memiliki keutamaan yang berbeda dengan bulan-bulan lainnya.

 

Syeikh Al-Shaduq ra. meriwayatkan dari Imam Ridha, Rasulullah SAW pada suatu hari berkhutbah dihadapan kami: “Wahai manusia, sungguh telah datang kepada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat dan ampunan. Bulan yang paling utama di sisi Allah, hari-harinya adalah hari-hari yang termulia, malam-malamnya adalah malam-malam yang terbaik, dan waktu-waktunya adalah saat-saat yang paling utama; adalah bulan yang kalian diundang di dalamnya untuk menghadiri jamuan Allah dan kalian telah dijadikan didalamnya sebagai orang-orang yang berhak mendapatkan kemuliaan-Nya.

 

Kemuliaan Ramadan yang hanya datang setahun sekali semestinya mampu dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Memperbanyak amal salih yang semakin mendekatkan kita kepada Allah swt. Bukan malah meningkatkan sikap konsumtif seperti yang kini banyak ditemui.

 

Ketaatan yang sempurna tidak akan mampu terlaksana dalam level individu. Amal sholih yang sempurna membutuhkan support system sesuai teladan Rasulullah swt. Yakni dukungan sistem Islam dalam wadah khilafah. Hanya dengan institusi khilafah, kekhusyukan ibadah puasa mampu diraih sempurna.

 

Karena negara memfasilitasi segala kebutuhan pokok rakyat. Mulai dari pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan ketersediaan lapangan pekerjaan yang layak bagi setiap individu. Misalnya dalam hal pangan, negara akan mengawasi stok, distribusi pangan dan kestabilan harga di pasar. Sehingga rakyat tidak lagi dipusingkan dengan ketidakstabilan masalah pangan.

 

Hanya dalam sistem Islam, negara hadir sebagai pelayan rakyat yang melayani setiap individu dengan pelayanan yang amanah. Sehingga rakyat mampu fokus meraih keutamaan bulan suci. Wallahu a’lam bisshwwab. [LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis