Desa Wisata, Cara Pintas Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi?
Lensa Media News–Selama ini desa memang memiliki suasana yang asri, sejuk, damai dan tenang. Sehingga banyak penduduk kota saat ini ingin berlibur ke desa karena terbiasa dengan suasana kebisingan dan kemacetan di kota.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI Sandiaga Salahuddin Uno menargetkan pengembangan sebanyak 6.000 desa wisata selama tahun 2024 untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. “Desa yang memiliki potensi wisata itu sekitar 7.500 dan 80 persen itu sekitar 6.000 desa harus kita jangkau,” ujarnya (solopos.com, 18/2/2024).
Gagasan inilah yang lahir dari negara yang menganggap bahwa desa layak dijadikan sumber pemasukan untuk negara. Sudah tentu dengan memberikan sedikit upah atau imbalan bagi desa yang memenuhi kriteria atau dianggap mampu mendatangkan pariwisata.
Inilah bentuk kemalasan negara dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dengan meninggalkan pengolaaan sumber-sumber daya alam strategis. Kemandirian dan pemberdayaan masyarakat dijadikan sebagai alasan. Apalagi pariwisata lebih banyak risiko sosial dibandingkan keuntungan materi, seperti ancaman adanya liberalisasi dan eksploitasi alam, budaya, serta gaya hidup.
Kemandirian desa sedang diupayakan terwujud, namun hal itu tetap berpotensi masuknya investor yang dapat menjerat desa. Investasi ini jelas yang akan diuntungkan adalah pengusaha. Sementara rakyat dibiarkan dengan risiko-risiko yang membahayakan kelangsungan hidupnya dengan keuntungan materi yang tak bermakna
Sedangkan Islam akan mengoptimalisasi sumber daya strategis terutama sumber daya alam yang melimpah dimiliki oleh negeri ini untuk meningkatkan pemasukan negara. Jelas akan memberikan hasil yang jauh lebih besar. Dan masyarakat akan terjaga kehidupannya. Terjamin kesejahteraannya. Arum, Komunitas Setajam Pena. [LM/ry].