Problem Sampah Plastik, Butuh Solusi Sistemik

Problem Sampah Plastik, Butuh Solusi Sistemik

 

Oleh: Nurul Lailiya

(Pendidik)

 

LenSaMediaNews.com – Ahli ekologi perkotaan Universitas Warsawa, Marta Szulkin mengungkapkan berbagai jenis kelomang atau kepiting pertapa di seluruh dunia yang mencari cangkang untuk melindungi tubuh mereka mulai beralih menggunakan sampah plastik sebagai alternatif. Penemuan ini didasarkan analisis foto-foto dari para penggemar satwa liar melalui penyebarluasan secara daring, sehingga diketahui dua pertiga jenis kelomang hidup dalam cangkang buatan yaitu berupa barang-barang yang dibuang manusia.

 

Fakta tersebut sungguh menyedihkan karena seharusnya kelomang-kelomang itu dihiasi dengan cangkang yang indah bukan tutup botol plastik atau sepotong bohlam lampu sebagai pelindung tubuhnya yang lemah. Sebanyak 386 kelomang telah ditemukan menggunakan cangkang buatan terutama tutup botol plastik. Sehingga 10 dari 16 spesies kelomang darat di dunia menggunakan cangkang sampah plastik dan itu terlihat di semua wilayah tropis di bumi. 

 

Ketika cangkang siput alami sedang berkurang, di sisi lain banyak sampah plastik yang berserakan di lingkungan laut, mempermudah hewan untuk mencari alternatif cangkang buatan. Bahkan cangkang plastik yang lebih ringan dapat membantu kelomang yang lebih mungil dan lemah untuk bertahan hidup karena lebih mudah dibawa. Pelajaran penting dari fenomena penggunaan sampah plastik sebagai alternatif cangkang kelomang ini yaitu kita harus lebih sering menggunakan plastik kembali daripada membuangnya. (BBC Indonesia, 11/2/2024).

 

Problem Serius Sampah

Sementara itu, Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rosa Vivien Ratnawati mengatakan sampah plastik masih menjadi isu serius yang dihadapi Indonesia. Maka, tidak heran jika penanganan sampah plastik menjadi titik fokus dalam Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2024 yang diperingati setiap tanggal 21 Februari. 

 

Alasannya, Indonesia menghasilkan 12,87 juta ton per tahun sampah plastik pada 2023. Sehingga tema HPSN 2024 “Atasi Sampah Plastik dengan Cara Produktif” sesuai dengan target pengurangan sampah plastik ke laut yaitu sebesar 70% pada 2025, dan tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut. Ditambah lagi, peringatan HPSN dilaksanakan setiap 21 Februari untuk mengenang tragisnya peristiwa longsor sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Jawa Barat pada 2005 yang menewaskan lebih dari 140 orang yang kebanyakan bekerja sebagai pemulung. 

 

Selain terkendala dengan jumlah sampah yang ada, masalah yang lain adalah terkait dengan masalah pengangkutan sampah dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS), dan pengolahan sampah. Akibatnya masih banyak pada berbagai daerah terjadi darurat sampah. (Katadata, 7/2/2024).

 

Solusi Islam

Problem serius sampah adalah bukti kelalaian negara dan rendahnya kesadaran rakyat akan bahaya plastik. Rakyat mudah saja memakai plastik yang harganya lebih terjangkau. Selain itu, fakta tersebut menunjukkan lemahnya inovasi negeri ini untuk menemukan alternatif pengganti plastik yang ramah lingkungan.

 

Islam mewajibkan negara memaksimalkan perannya sebagai pengurus rakyat, termasuk dalam mengedukasi bahaya plastik kepada masyarakat. Sebab Islam sangat peduli akan lingkungan dan kelestariannya. Allah Swt. berfirman, 

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya…” (QS Al-A’raf: 56).

 

Negara (Khilafah) juga akan mengembangkan riset terpadu untuk menemukan teknologi mutakhir, baik dalam menyediakan kemasan alternatif yang ramah lingkungan maupun dalam menghasilkan teknologi pengolah sampah yang mumpuni. Di samping itu negara akan mendorong untuk inovasi pengadaan alternatif plastik yang dananya ditanggung penuh oleh negara.

Wallahu’alam bishowwab.

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis