Islam Menjaga Kewarasan Seorang Ibu
Oleh: Yuyun Suminah
(Jamaah Majelis Ta’lim Khairunnisa Karawang)
Lensa Media News – Menjadi seorang ibu impian setiap perempuan yang sudah menikah, berubahnya status tersebut membawa sejuta rasa dalam menjalani kehidupan suami istri.
Apalagi dengan jumlah anak lebih dari satu, maka semua aktivitas seorang ibu akan lebih banyak, tak bisa dipungkiri tugasnya begitu berat walaupun sebagian orang menganggap tugasnya hanya di rumah saja. Tak sedikit para ibu banyak mengalami kesulitan dalam menjaga kewarasannya sendiri.
Beban dalam rumah seperti mengurus anak-anaknya, membersihkan rumah, mengatur keuangan keluarga bahkan para ibu pun harus turun tangan membantu para suami mencari tambahan penghasilan.
Sudahlah beban di rumah begitu berat ditambah harus ikut memikirkan ekonomi keluarga. Maka tak sedikit banyak para ibu yang depresi dengan kondisi tersebut.
Maka hadirnya anak akan menjadi beban besar dalam kehidupannya, karena pasti membutuhkan biaya untuk membesarkannya. Banyak fakta terjadi di kehidupan sekarang.
Ada seorang ibu yang tega membunuh buah hatinya sendiri yang baru dilahirkannya dengan cara memasukannya ke dalam air di ember. Tindakannya tersebut dipicu oleh faktor ekonomi. Sang suami hanya bekerja serabutan, sedangkan keluarga tersebut sudah memiliki dua orang anak, maka hadirnya bayi tersebut tidak diharapkan sehingga membunuhnya dianggap sebagai solusi. Astagfirullah. (Kumparan.com 24 Januari 2024)
Fakta tersebut bukan kali ini saja terjadi di Indonesia, di luaran sana lebih banyak lagi fakta serupa karena faktor ekonomi seorang ibu tega mengakhiri hidup anaknya. Miris
Tentu ada banyak faktor yang mempengaruhi kejadian tersebut tidak hanya karena faktor ekonomi saja. Lantas bagaimana upaya yang bisa diambil agar kejadian tersebut tidak terus terulang.
Yaitu sorang ibu yang bisa menjaga kewarasannya walaupun kesulitan ekonomi mengujinya. Ada 4 faktor yang bisa menjaga kewarasan seorang ibu menurut pandangan Islam diantaranya:
1. Perkuat iman
Pondasi agama menjadi hal yang krusial karena peran agama menjadi sebuah rem perbuatan manusia. Perkuat iman dengan mendekat kepada orang-orang soleh dan hadirnya kita ke tempat majlis ilmu.
Satu yang jangan pernah kita tinggalkan yaitu jangan pernah meninggalkan majlis ilmu. Karena lemahnya iman bisa mempengaruhi sikap. Yakinnya dengan jaminan Allah soal perkara rizki pun dipengaruhi oleh iman.
2. Peran keluarga
Setiap anggota keluaga memiliki perannya masing-masing, seorang suami punya peran dalam memenuhi kebutuhan nafkah keluarganya, tidak hanya itu seorang suami juga bertanggungjawab dalam merawat ketakwaan semua anggota keluarga, memastikan ketaatan terhadap syariat-Nya.
Namun tidak tuk saat ini peran seorang suami maupun ibu tidak berfungsi sesuai perannya. Seorang ibu pun dituntun tuk membantu ekonomi keluarga sehingga ibu juga terbebani memikirkan ekonomi tanpa ada aturan dan batasan syariat-Nya. Maka wajar beban dirinya semakin bertambah selain mendidik anaknya dia pun harus berpikir cara memenuhi ekonomi keluarganya.
3 kepeduliaan Masyarakat,
Sikap peduli masyarakat dalam sistem sekarang yaitu kapitalisme membuat individu masyarakat luntur rasa pekanya terhadap sesama. Seharusnya dalam kehidupan masyarakat ada kewajiban saling membantu, saling meringankan beban orang lain. Rasulullah berpesan yang artinya:
“Dan barangsiapa yang memberikan kemudahan (membantu) kepada orang yang kesusahan, niscaya Allah akan membantu memudahkan urusannya didunia dan di akhirat“. (HR. Muslim)
Jika semua umat Islam mengamalkan hadis tersebut niscaya kehidupan dalam bermasyarakat akan berjalan sesuai syariat,
4. Jaminan kesejahteraan oleh negara
Negara dalam hal ini seorang pemimpin punya wewenang dalam menentukan kebijakan diantaranya menjamin kesejahteraan rakyat. Karena sudah menjadi tanggungjawab seorang pemimpin negara, dalam hal ini Rasulullah berpesan yang artinya
“Pemimpin (Khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll)
Jika kita mau melihat tinta sejarah Islam telah mencatat pada masa khalifah Umar Bin khatab pernah membuat kebijakan hanya memberikan santunan kepada anak-anak yang telah selesai disapih (2 tahun).
Dari kebijakanya tersebut respon para ibu waktu itu berlomba-lomba menyegerakan menyapih anaknya padahal masih dalam waktu menyusu. Sentak Khalifah Umar pun merevisi kebijakan tersebut dengan memberika tunjangan kepada seluruh anak tidak hanya kepada yang lewat masa sapih.
Dari sana kita bisa bercermin bahwa yang bisa menjaga dan mengkondisikan kewarasan seorang ibu berada di tangan negara. Pemimpin. Inilah ujung tombak atau solusi jitunya, selain faktor iman tiap individu, peran keluarga yang berfungsi dan kepeduliam masyarakat terhadap kondisi orang lain.
Wallahu’alam
[LM/nr]