Palestina Butuh Persatuan Umat Islam Seluruh Dunia

Oleh: Sabila Herianti

 

Lensa Media News – Berlarut-larut penjajahan dilakukan oleh zionis Israel laknatullah, terhadap Palestina. Bahkan, semakin bertambah hari, semakin bertambah brutal pula tingkat serangannya. Hal ini mengundang hampir seluruh manusia di belahan bumi lainnya untuk berupaya menghentikan agresi penjajahan ini. Tidak sedikit manusia yang membantu rakyat Palestina dengan harta mereka berupa memberikan sumbangan dan dengan upaya yang mereka bisa, misalnya seperti terjun di jalan untuk melakukan unjuk rasa, membuat postingan-postingan di sosial media dengan membangun narasi mengenai kekejaman zionis atau mengungkapkan fakta yang sebenarnya terjadi, dimana fakta tersebut berusaha ditutup-tutupi oleh pihak zionis, atau memboikot produk-produk yang produsennya mendukung agresi Israel ini.

Di Indonesia, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa baru terkait membeli produk dari produsen yang mendukung agresi Israel ke Palestina. Pada fatwa nomor 83 Tahun 2023 ini tertuang bahwa mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina atas agresi Israel hukumnya wajib. Sebaliknya, merupakan suatu keharaman bagi siapa saja yang mendukung agresi Israrel berikut produk-produk pendukungnya, (cnbcindonesia 11-11-2023). Semua bentuk bantuan yang telah diupayakan oleh mayoritas manusia serta MUI patut diapresiasi.

Namun, kita juga perlu berpikir efektif dan politis. Bantuan-bantuan tersebut memanglah merupakan suatu hal yang positif, namun hanya dengan mengirimkan bantuan sosial atau memboikot produk, belumlah cukup untuk bisa menghentikan penjajahan di bumi Palestina. Begitupun sikap para penguasa Arab dan negeri muslim yang hanya sekedar mengecam dan mengutuk agresi zinonis ini tidak juga mendatangkan dampak yang berarti, apalagi mengusir penjajah Israel laknatullah dari Palestina. Padahal, yang sebenarnya Palestina butuhkan saat ini adalah pengiriman tentara militer, baik dari negara-negara Arab maupun negara-negara muslim. Sebab, penjajahan yang zionis Israel lancarkan ini merupakan penjajahan militer, dimana penghentian dan penghapusannya hanya bisa dilakukan dengan perlawanan militer juga.

Sayangnya, pengiriman tentara militer ini mustahil dilakukan selama ide nasionalisme masih terjaga dan tumbuh subur di negeri-negeri muslim. Sejatinya, ikatan nasionalisme ini merupakan racun politik yang membuat negeri-negeri muslim enggan berkutik untuk membela saudaranya di Palestina. Nasionalisme ini juga berhasil menumbuhkan cinta kekuasaan pada setiap benak penguasa negeri muslim, Keberadaan nasionalisme juga berhasil melahirkan rasa tunduk mereka terhadap resolusi PBB demi melanggengkan jabatan mereka sebagai penguasa negeri Muslim. Bagi mereka, penjajahan atas bumi Palestina ini tidak begitu penting dari pada mempertahankan kekuasaan mereka.

Sungguh, ikatan nasionalisme adalah ikatan yang sangat berbahaya. Ia memutus persatuan yang seharusnya terjalin antara muslim yang satu dengan muslim lainnya, yaitu persatuan berdasarkan akidah Islam. ini merupakan hambatan terbesar bagi kaum muslim yang ingin bersatu dalam melawan kebrutalan zionis Yahudi. Ini pula yang merupakan tujuan terbesar musuh-musuh umat Islam dan sumber kekuatan zionis Yahudi, yaitu terpecah belahnya umat Islam karena sekat nasionalisme. Miris.

Oleh karena itu, solusi tuntas atas permasalahan ini hanyalah persatuan umat Islam sedunia atas nama akidah Islam dan dalam naungan pemerintahan Islam global, yakni Khilafah. Dengan adanya Khilafah kaum muslim mendapatkan kembali perisainya. Penjajahan di bumi Palestina akan mampu dihentikan, sebab Khilafah akan mengirimkan pasukan untuk membasmi kebiadaban zionis Israel ini. Sungguh, Khilafah adalah perisai yang akan melindungi umat Islam seluruh dunia, sehingga umat Islam merasa aman dan terlindungi dari rongrongan kafir penjajah.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Sungguh Imam (Khalifah) itu laksana junnah (perisai), orang-orang akan berperang di belakangnya dan menjadikannya sebagai pelindung (mereka).” HR. Muslim.

Wallahu a’lam.

[LM/nr]

Please follow and like us:

Tentang Penulis