El Nino, Kambing Hitam Kelangkaan Bahan Pangan

El Nino, Kambing Hitam Kelangkaan Bahan Pangan

 

Oleh: Rusmiati

(Jembrana-Bali)

 

LenSaMediaNews.com – Harga cabai rawit merah melonjak akibat penurunan produksi di tengah El Nino. Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menggalakkan gerakan penanaman cabai melalui Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) atau menanam cabai di sekitar pekarangan rumah.

 

Untuk diketahui, harga cabai rawit merah di sejumlah daerah telah tembus di atas Rp75.000 per kg, bahkan ada yang sudah mencapai Rp100.000 per kg. Dilansir dari tempo.co, per 13 November 2023 harga cabai rawit merah tertinggi ada di Pasar Tual, Maluku yakni mencapai Rp200.000 per kg, sementara di DKI Jakarta Rp97.500 per kg. Untuk rata-rata secara nasional, harga cabai Rp78.100 per kg.

 

Kebijakan menyuruh rakyat mengupayakan sendiri ketersediaan pangan, bukan hanya sekali. Rakyat disuruh menanam cabai ketika harga cabai tinggi. Sebelumnya juga ada celetukan dari penguasa bahwa rakyat disuruh makan pisang ketika harga beras tinggi. Bahkan bukan hanya itu saja, pengaruh cuaca juga sering dijadikan alasan ketidakberdayaan penguasa mengatasi lonjakan harga pangan. Namun di tengah kondisi demikian, kebijakan impor justru begitu masif.

 

Penguasa yang abai dan lalai adalah produk sistem kapitalisme. Kezaliman ini lahir karena orientasi kekuasaan dalam kapitalisme, digunakan untuk memperkaya diri ataupun golongan. Akibatnya, penguasa setengah hati untuk mengurus rakyat. Mengeluarkan kebijakan yang asal-asalan, serta pernyataan yang tidak berbobot dan malas mengatasi masalah rakyatnya hingga tuntas.

 

Pengaruh faktor alam dapat diatasi agar ketahanan bahan pangan terjaga. Namun syaratnya, kepemimpinan para penguasa harus didasari asas riayah (mengurus). Sedangkan penguasa yang mampu me-riayah hanya lahir di dalam sistem Islam. Oleh karena mereka adalah refleksi hadits “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas kepengurusan rakyatnya” (HR. Al Bukhori).

 

Maka untuk menyelesaikan masalah ketersediaan bahan pangan seperti cabai, Khalifah akan memahami kondisi  beserta penyebabnya secara benar. Terkait pengaruh cuaca seperti El Nino, El Nino adalah fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normal. Hal ini terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik, sehingga mengurangi curah hujan di Indonesia. Dengan kondisi geografi Indonesia yang terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, jelas Indonesia akan terdampak oleh El Nino. Dampaknya kekeringan, kekurangan air bersih, gagal panen, kebakaran hutan dan lahan.

 

Kondisi demikian tentu akan berpengaruh signifikan terhadap sektor pertanian, seperti pertanian holtikultura cabai. Akibat El Nino, cabai akan kerdil dan rentan terkena virus kuning atau gemini. Maka solusi secara teknis di wilayah sentra pertanian yang berpotensi kekeringan, Khalifah akan membuat pompa air dan memastikan ketersediaan pasokan listrik beserta bahan bakarnya. Semua itu karena SDA dikelola secara mandiri oleh Khilafah. Maka Khilafah bisa memberi subsidi BBM dan genset kepada para petani.

 

Khilafah juga akan membuat bendungan untuk menampung air di kala hujan turun, sehingga air tersebut bisa dimanfaatkan ketika musim kering. Seperti pada masa Khilafah Abbasyiah, kaum muslim membangun bendungan di sungai Turia, Spanyol. Bendungan ini mampu memenuhi kebutuhan irigasi di Valencia, Spanyol.

 

Oleh karena itu, kenampakan alam atau perubahan cuaca sebenarnya bisa diantisipasi selama pemimpin negeri mau memikirkan solusi yang visioner. Tidak ada lagi suara-suara sumbang apalagi mengkambinghitamkan fenomena alam terhadap ketidakberdayaan pemimpin atas riayah kebutuhan rakyatnya.

Wallahua’lam bishowwab.

 

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis