Beras Mahal Butuh Solusi Fundamental
Oleh : Nurjannah
Lensa Media News—Presiden Joko Widodo (Jokowi) memastikan stok beras nasional dalam posisi aman karena panen raya sedang berlangsung di sejumlah daerah. Tambahan pasokan dari hasil panen akan memperkuat cadangan beras nasional yang saat ini juga diupayakan melalui impor (Republika, 13/10/2023).
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal memastikan bahwa Bulog siap menerima tambahan kuota penugasan impor beras 1,5 juta ton dari pemerintah. Hal ini dilakukan guna memperkuat Cadangan Beras Pemerintah (CBP) guna menstabilkan harga beras di pasaran. Bulog akan melaksanakan penugasan importasi beras ini dari negara mana saja yang memungkinkan dan memenuhi semua standar persyaratan.
Iqbal menyebut, fokus saat ini mempertahankan stabilitas harga beras di masyarakat. Untuk itu, Bulog akan melaksanakan penugasan impor secara maksimal demi kepentingan rakyat banyak, terlebih di tengah situasi saat ini yang menjelang musim tanam (Tirto,11/10/2023).
Pemerintah selalu menyampaikan bahwa stok beras di dalam negeri aman. Disamping itu pemerintah tidak lupa untuk menambah stok dengan merencanakan kebijakan impor beras meskipun di saat rakyat sedang panen raya. Padahal stok aman itu tidak ada artinya jika harga beras meledak dan rakyat ternyata tidak mampu membelinya.
Lihat saja harga beras premium per 13 Oktober 2023 melonjak Rp80 ke Rp15.040 per kg. Ini adalah rekor baru harga beras premium. Sementara harga beras medium naik Rp60 ke Rp13.240 per kg. Ada sinyal penurunan harga beras medium di mana sebelumnya sempat melambung ke atas Rp13.300 per kg. Sepekan lalu, 6 Oktober 2023, harga beras medium tercatat di Rp13.180 per kg, sedangkan beras premium di Rp14.960 per kg (CNBC,13/10/2023).
Dari data diatas tampak bahwa ternyata meski stok aman, akan tetapi harganya selangit. Padahal beras adalah kebutuhan pokok rakyat. Apa jadinya jika stok yang banyak itu ternyata hanya tersimpan dan tidak sampai ke tangan rakyat. Tentu kelaparan tidak bisa dihindari. Tikus mati di lumbung padi. Fenomena adanya rakyat bunuh diri karena tidak punya stok beras dan stres dihimpit kemiskinan pun terjadi. Tentu ini miris sekali.
Sungguh peran negara seharusnya tidak berhenti pada pengadaan stok saja. Justru ada peran yang lebih urgen yang sering diabaikan yaitu memastikan beras sampai ke tangan rakyat. Ini berarti negara harus membantu rakyat untuk mampu membeli beras memenuhi kebutuhannya dan memastikan kebutuhan pokok rakyat terpenuhi orang per orang. Kebijakan ini mulai dari intensifikasi pertanian, ekstensifikasi pertanian, pengelolaan kepemilikan dengan benar hingga subsidi bagi yang tidak mampu.
Hanya saja konsep ini tentu tidak ada dalam sistem kapitalis. Sebab sistem ini memang menjadikan pimpinan sekedar regulator yang membuat aturan. Berbeda dengan Islam, Islam menempatkan pemimpin sebagai penanggung jawab dan pengembala bagi rakyatnya. Rasulullah Saw bersabda “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR. al-Bukhari).
Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah beriman kepadaku orang yang kenyang semalaman sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya, padahal ia mengetahuinya.” (HR. At-Thabrani)
Hadirnya pemimpin yang mengemban amanah mulia mengurusi rakyat dengan penerapan syariat Islam memang sudah seharusnya menjadi kebutuhan bersama sekaligus perjuangan bersama. Hanya dengan Islam rakyat mampu sejahtera terpenuhi kebutuhan pokoknya.Wallahu’alam. [LM/ry].