Learning Poverty Tinggi, Apa Yang Salah?
Lensamedianews, Surat Pembaca- Seiring berkembangnya pola ajar yang diterapkan pemerintah dalam proses pendidikan saat ini idealnya akan makin berkembang pula kecakapan yang dihasilkan oleh setiap peserta didik. Namun fakta berbicara lain. Berdasarkan hasil penelitian asessment kognitif peserta didik baru SMPN 11 kota Kupang pada Juni 2023 ditemukan 21 pelajar tidak bisa membaca, menulis dan membedakan abjad padahal seharusnya hal itu diperoleh di bangku Sekolah Dasar (SD) dalam konsep Merdeka Belajar.
Sementara itu Bank Dunia melaporkan anak-anak di beberapa negara Asia Timur dan Pasifik tidak memiliki kemampuan dasar atau tingkat pendidikannya rendah meskipun mengenyam pendidikan dasar, terutama di daerah pedesaan. Hal ini disebut Learning poverty atau ketidakmampuan belajar dan memahami pelajaran pada anak usia sekolah dasar yang akan menghambat proses pendidikan di jenjang selanjutnya. Sebanyak 14 negara yang memiliki learning poverty diatas 50% diantaranya Myanmar, Kamboja, Laos, Filipina, Indonesia. Sedangkan Malaysia learning poverty nya 40%, Jepang, Singapura, Korea Selatan learning povertynya berkisar 3-4%.
Jika ditelusuri, setidaknya ada 3 faktor penyebab tingginya learning poverty. Pertama, rendahnya kualitas guru yang disebabkan rendahnya gaji. Banyak guru yang mencari penghasilan tambahan sehingga tidak fokus mengajar serta gagap teknologi karena minimnya pelatihan dan pengembangan potensi guru sehingga kualitas kompetensinya rendah, mengajar pun hanya sekadar tuntutan profesi dan motif ekonomi.
Kedua, kurikulum yang diterapkan pada sistem kapitalisme saat ini adalah kurikulum sekuler yang fokus pada keuntungan materi. Siswa dididik ibarat mesin produksi untuk menghasilkan uang. Sehingga membaca dan menulis tidak lagi menjadi kebutuhan untuk masa depan. Ketiga, cacatnya peran negara dalam pengaturan anggaran pendidikan, APBN yang selalu defisit dijadikan sebab tidak terjaminnya insentif guru dan fasilitas pendidikan. Kegagalan negara mengentaskan kemiskinan menambah beban berat sistem pendidikan saat ini sehingga generasi berkualitas sulit diwujudkan. Negara manapun tidak akan bisa keluar dari learning poverty selama tidak menerapkan sistem pemerintahan Islam yang akan menopang sistem pendidikan.
Fatimah Nafis
[LM, Hw]