Tentara dan Pertahanan Negara
Oleh: Nunik Umma Fayha
Lensamedianews.com– 5 Oktober setiap tahun diperingati sebagai hari ABRI, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang sekarang lebih dikenal sebagai Tentara Nasional Indonesia. Tahun ini hari jadi tentara diperingati dengan tema besar: “TNI Patriot NKRI Pengawal Demokrasi untuk Indonesia Maju”.
Berawal dari berbagai Laskar Rakyat yang bergabung menjadi BKR kemudian berevolusi menjadi TKR dan selanjutnya menjadi TNI di bawah Jendral Soedirman sebagai panglima pertamanya. Peringatan hari jadi ini ditekankan untuk mengingat peran penting Tentara dalam menjaga kedaulatan RI.
Indonesia secara geografis memiliki wilayah laut dan kawasan udara luas tapi tidak cukup memiliki alutsista yang memadai karena kecilnya anggaran militer. Meski SDM TNI sering menang di berbagai kejuaraan dunia, tidak mampu menutup kekurangan yang lebih besar dengan posisi geografis Indonesia yang berada di persimpangan pengaruh macan dunia, AS dan China.
Dari sisi pertahanan negara, militer kita kalah dalam alutsista bahkan di kawasan regional. Personil TNI terbanyak se-ASEAN, tentu saja karena jumlah penduduknya juga terbesar. Tapi Alutsista AU, AL, tidak memadai untuk menjaga kedaulatan wilayah. Perbatasan laut sering jebol. Bahkan mengejar kapal nelayan penyusup pun kadang kalah cepat. Belum lagi pesawat TNI AU yang tak beda jauh.
Dalam peringatan hari jadi ke-78 TNI kemarin, Presiden menyatakan perlunya modernisasi alutsista. Tapi lebih jauh juga disampaikan bahwa anggaran negara sangat terbatas sedang kebutuhan untuk kesejahteraan rakyat sangat besar sehingga harus bijak dalam belanja alutsista (beritasatu.com, 05/10/2023).
Posisi geografis Indonesia menjadi rebutan sebab berada di persimpangan jalur perdagangan internasional serta dalam persaingan pengaruh politik dan keamanan dunia. Seperti kita tahu China dan AS terus beradu pengaruh di kawasan ini. Pangkalan militer AS mengepung Indonesia. Mulai dari Australia dengan ribuan personilnya di beberapa titik di Samudera Hindia. Philipina yang merupakan sekutu abadi dengan pangkalan udara Clark dan pangkalan laut Subic, 2 pangkalan yang terkenal dari 9 pangkalan yang ada di sana. Kemudian juga Papua Nugini secara resmi memberikan ijin pemanfaatan pangkalan militernya untuk digunakan AS.
Sedang Singapura disebut menjadi pusat logistik bagi kapal induk maupun pesawat-pesawat dari berbagai pangkalan di sekitar kawasan Asia Tenggara.
Tentara, Penting
Tentara berperan penting dalam pertahanan Negara. Saat ini tentara yang telah mengalami berbagai langkah reformasi dari waktu ke waktu dianggap oleh Agung Wisnu Wardana, Direktur Indonesian Justice Monitor, telah gagal menjaga kedaulatan Negara (mediaumat.id, 08/10/2021).
Kedaulatan Negara tidak hanya berkaitan dengan masalah fisik akan tetapi juga mencakup ideologi. Pertarungan ideologi ditambah militer seperti luput dari masalah penting yang harus dijaga TNI.
Kekuatan AS dan China yang terus bertarung di kawasan Asia, jelas membutuhkan penanganan dan perhatian khusus dari tentara sebagai pilar pertahanan Negara. Tentara, disebut Agung, telah terkooptasi oleh berbagai kepentingan baik Nasional maupun Internasional.
Jebakan nasionalisme juga membuat tentara hanya sibuk jadi jago kandang yang ujungnya malah menempatkan diri di hadapan rakyat, bukan bersama rakyat. Seperti kasus terakhir di Rempang. Panglima TNI saat itu memerintahkan ‘memiting’ pengunjuk rasa meskipun kemudian diralat oleh divhumas.
Tentara dalam Islam dan Jihad
Tentara adalah unsur penting dalam pertahanan negara. Keberadaannya harus terorganisasi dalam sebuah lembaga negara dan bersifat fardhu karena berkaitan dengan jihad dan perang.
Seperti juga yang menjadi dasar pembentukan TNI. Oerip Sumohardjo, pensiunan perwira KNIL yang patriotik pun mengkritik pemerintah Indonesia yang saat itu baru terbentuk karena tidak segera membentuk tentara untuk menjaga wilayah Indonesia yang sedemikian luas. Padahal masa itu Belanda yang belum bisa ‘move on’ terus berusaha kembali menguasai wilayah Nusantara. Oerip Sumohardjo kemudian ditugaskan menyusun organisasi TNI untuk mengatur gerak tentara dalam menjaga dan mempertahankan kedaulatan negara.
Dalam Islam tentara harus berada dalam organisasi yang teratur. Harus siap dalam jihad fi sabilillah dan menjaga eksistensi umat muslim.
Jihad adalah konsep penting yang dipegang oleh tentara Islam. Pasukan Islam yang memegang teguh konsep ini terbukti tangguh. Berbagai medan jihad melahirkan syuhada hebat, pahlawan yang berani mati demi membela agama yang membuat musuh gemetar ketakutan.
Suatu ketika Abu Dzar ra. bertanya kepada Rasulullah saw., “Amal apa yang paling utama?” Nabi saw menjawab, “Iman kepada Allah dan jihad di jalan-Nya.” (HR al-Bukhari)
Kematian bukan sesuatu yang menakutkan bagi tentara Daulah, justru dicari demi surgaNya. Kita ingat perang Mu’tah dengan 3 panglima yang gugur di medan perang. Bahkan Ja’far kehilangan dua belah lengannya sehingga Allah hadiahi sepasang sayap. Lengan yang dipakai untuk mempertahankan panji Islam.
Tingginya kedudukan jihad dalam Islam membuat panggilan jihad selalu disesaki mereka yang berebut menjawabnya. Termasuk Jabir bin Abdullah, salah seorang sahabat cilik Rasulullah yang menangis karena ditolak ikut berjihad dalam perang Badar. Sebab dianggap masih terlalu kecil untuk ikut memanggul senjata (10 Sahabat Cilik Rasulullah, Fatiha Kids, Januari 2017).
Semangat Jihad juga butuh sarana pendukung sebagaimana termaktub dalam QS. Al Anfal (8): 60, “Siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi, juga kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang (yang dengan persiapan itu), kalian menggentarkan musuh Allah dan musuh kalian dan orang-orang selain mereka yang tidak kalian ketahui, sementara Allah Tahu.”
Semangat jihad didukung persenjataan telah berhasil menggetarkan hati musuh-musuh Allah. Seperti episode perang Tabuk, perang terakhir di bawah kepemimpinan langsung Rasulullah. Meski disebut perang tapi tidak terjadi perang secara fisik yang sesungguhnya. Romawi, salah satu imperium adidaya saat itu, jerih melihat kebesaran pasukan muslimin yang kental dengan semangat jihad dan memilih menyerah serta membayar upeti Padahal saat itu jumlah pasukan muslimin 10.000 orang lebih sedikit dibanding pasukan Romawi.
Catatan Peringatan ke-78 Tahun
Pada peringatan ke-78 tahun TNI kemarin ada 17 rekor MURI diraih. Diklaim sebagai hadiah ulang tahun, kesemua rekor MURI ini jauh panggang dari api. Memang beberapa event merupakan kegiatan sosial kemasyarakatan, tapi tetap tidak bisa menutup kekurangan besar tentara sebagai patriot negara
Tentara sebagai tulang punggung pertahanan negara membutuhkan SDM yang mumpuni juga alutsista yang memadai. Prajurit muslim harus memiliki keyakinan dan keimanan kuat. Memiliki kekuatan menghadapi kooptasi kekuasaan yang didukung oligarki, yang terus berusaha memanfaatkan Tentara untuk kepentingan sesaat mereka.
Tentara yang kuat ke-Islamannya akan kukuh berada bersama rakyat, menjaga eksistensi umat dan menjaga kedaulatan negara baik fisik maupun non fisik.
Alutsista Indonesia sebetulnya mempunyai sumber besar seperti yang diproduksi di PT. PINDAD, PT. PAL dan industri penerbangan. Sayangnya semua potensi besar ini belum dimanfaatkan maksimal karena adanya desakan dari luar untuk membatasi perkembangannya.
Belum lagi SDA yang dimiliki Indonesia termasuk uranium yang ditemukan di Papua. Semua potensi ini didukung besarnya jumlah penduduk muslim, menjadi momok bagi para pembenci Islam. Mereka terus menghalangi kemajuan umat. Berusaha menjauhkan umat dari pemahaman lurus tentang Jihad. Mereka bahkan telah sukses membentuk opini negatif tentang Jihad yang dianggap radikal.
Tugas mengembalikan marwah jihad di kalangan umat menjadi tugas besar dakwah Islam. Tentara muslim sebagai bagian dari umat harus menyadari pentingnya konsepsi jihad yang lurus. Bersiap secara fisik didukung alutsista serta secara pemahaman untuk menjaga negara dari pengaruh ideologi luar yang terus mencari pengaruh dan keuntungan di kawasan regional.
Wallahualam bissawab. [LM/UD]