Paradoks Kereta Cepat di Negeri Maritim
Oleh : Ulfah Sari Sakti,S.Pi
(Jurnalis Muslimah Kendari)
Lensa Media News – Pemerintah tampak menggenjot pembangunan kereta api listrik. Padahal masyarakat menilai bahwa pembangunan ini tidak terlalu dibutuhkan masyarakat, mengingat telah ada kereta api lainnya. Selain itu alangkah bijaknya jika alokasi anggaran pembangunannya diperuntukan untuk kebutuhan dasar masyarakat, kalau pun hendak dilakukan pembangunan sarana transportasi, kenapa bukan sarana transportasi yang menghubungkan antar pulau, misalnya pesawat atau kapal, mengingat Indonesia merupakan negara maritim dengan jumlah penduduk mayoritas tinggal di wilayah pesisir.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani turun tangan mengatasi pembengkakan biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dari pembengkakan biaya (cost overrun). Itu ia lakukan dengan mengeluarkan aturan penjaminan pemerintah dalam rangak melindungi proyek tersebut dari pembengkakan biaya.
Aturan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan RI No 89 Thaun 2023 tentang tata cara pelaksanaan pemberian penjaminan pemerintah untuk percepatan penyelenggaraan prasarana dan sarana kereta cepat antara Jakarta dan Bandung.
Penjaminan diberikan terhadap seluruh kewajiban keuangan kesinambungan fiskal yang timbul akibat pembengkakan biaya proyek tersebut, baik pokok pinjaman, bunga atau biaya lain yang timbul akibat utang-utang tersebut. Jaminan diberikan dengan mempertimbangkan berbagai prinsip. “Kemampuan keuangan negara, kesinambungan fiscal dan pengelolaan resiko giskal,” kata Sri Mulyani.
Biaya pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung bengkak. Dalam proposal penawaran yang disampaikan pemerintah China ke Indonesia pada 2015 lalu, Negeri Tirai Bambu menawarkan biaya pembangunan proyek hanya USS 13 miliar. (cnnIndonesia.com/14/9/2023)
Siapa yang Diuntungkan?
Investasi China pada pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung tentunya akan barter dengan keuntungan lain yang akan diterima dari Indonesia, misalnya serapan tenaga kerja maupun produk impor asal China.
Bayangkan tenaga kerja untuk pembangunan ini akan didatangkan langsung dari China seperti tenaga kerja rel hingga rakit kereta. Untuk diketahui pengiriman dilakukan sejak 28 November 2020, oleh China Railway Material Co Ltd.
‘Kami mengekspor total 37.900 ton rel besi untuk mendukung pembangynan kereta cepat Jakarta-Bandung. Ini adalah ekspor perdana kami untuk produk rel berkecepatan tinggi dengan panjang 50 meter buatan China,” kata Wang Hui, CEO China Railway Material Co Ltd.
Solusi Islam
Dalam Islam, kereta api termasuk dalam kepemilikan umum (milkiyah ummah), sehingga pemenuhan/pengadaaannya harus dilakukan oleh negara, bukan oleh swasta asing/aseng. Karena pemenuhannya oleh negara, tentunya manfaat sebesar-besarnya untuk masyarakat.
Misalnya dalam pembangunan kereta cepat, negara tentunya memanfaatkan potensi sumber daya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM). SDA seperti biji besi, batubara dan sejenisnya dikelola oleh perusahaan pemerintah untuk keperluan pembangunan kereta cepat.
Selain itu, semua proses pengerjaan fisik kereta api hingga relnya dilakukan oleh tenaga kerja lokal (warga negara) bukan warga asing/aseng. Mereka pun diberi upah memadai sehingga mampu memenuhi kebutuhan keluarga.
Jika sistem Islam yang dijadikan asas kehidupan berbangsa dan bernegara, tentunya negara akan membangun kereta api berdasarkan kebutuhan masyarakat, dengan anggaran dari negara. Seperti jalur kereta api Hejaz yang dibangun zaman Ottoman masa kekhalifahan Sultan Abdul Hamid II pada tahun 1900. Jalur kereta api ini dibangun untuk memudahkan bagi Jemaah haji saat menuju Mekkah. Adapun kapasitasnya yaitu 300.000 penumpang.
Sebelum ada jalur kereta api Hejaz, jamaah haji melakukan perjalanan selama berminggu-minggu dan bahkan berbulan-bulan, dengan menunggangi unta. Setelah kehadiran jalur kereta Hejaz, jalur perjalanan dari 40 hari menjadi 5 hari.
Pasca Jalur Damskus-Madinah selesai, kekhalifahan berencana menyatukan dunia Islam dengan memperpanjang jalur utara menuju Konstantinopel, ibukota Ottoman dan jalur selatan ke Kota Mekah.
Fantastisnya dana pembangunan jalur kereta api Hejaz berasal dari umat,sehingga jalur kereta api ini merupakan milik umat muslim seluruh dunia.
Semoga sistem Islam kembali tegak, sehingga umat dapat merasakan kesejahteraan di dunia dan akhirat.
Wallahu’alam bishowab.
[LM/nr]