Jangan Terlena, Kenali Musuh Hakiki Saat Ini

Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Redaktur Pelaksana Lensa Media News

 

 

LensaMediaNews__Sejak penulis masih pelajar Sekolah Dasar, setiap tanggal 30 September diwajibkan menonton film dokumenter serangan G30S/PKI. Sepanjang Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto, setiap tahunnya pada 30 September akan ditayangkan film yang disutradarai Arifin C. Noer tersebut.

 

Film ini menggambarkan peristiwa memilukan yang terjadi di Indonesia periode September-Oktober 1965. Pada 1984, film dokudrama ini dirilis di Tanah Air. Film tersebut berisi tentang drama penculikan dan pembunuhan sejumlah jendral di TNI AD. Aktor-aktor legendaris ikut berperan dalam film tersebut, seperti Amoroso Katamsi, Umar Khayam, Syubah Asa. Selain itu ada juga aktris Ade Irawan yang berperan sebagai istri Jendral AH.Nasution (Republika.co.id, 30-9-2023)

 

Tak hanya itu, ulama, pejabat bahkan aktifis politik senantiasa menyerukan untuk waspada terjadinya bahaya laten serangan PKI. Banyak pula beredar sanggahan anak-anak mantan tokoh PKI yang hingga hari ini masih merasa dikucilkan, tidak dianggap sebagai bagian dari masyarakat, bahkan mereka merasa diintimidasi dengan kalimat “Bakal menyusun pemberontakan kembali” dan lain sebagainya yang menurut mereka sangat tidak masuk akal.

 

Sebagaimana yang disampaikan dua anak pimpinan Partai Komunis Indonesia (PKI) ‎yakni Dipa Nusantara (DN) Aidit dan Lukman Nyoto memberikan kesaksian dalam Simposium Nasional bertajuk ‘Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan’ di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Senin (suara.com, 18/4/2016). Sebagai putra putri petinggi PKI yang distigmatisasi dan dituduh sebagai pemberontak, mereka kerap mengalami intimidasi.

 

Peraturan yang terbaru, sedikit memberi kelegaan bagi mereka yang pernah terlibat langsung atau tidak langsung PKI, mereka boleh terlibat dalam pemilu, hanya tidak boleh mencalonkan cawapres sebagaimana tertuang dalam UU No. 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Akan tetapi, tak ada larangan jika mantan PKI menjadi calon anggota DPR. UU Pemilu justru memperbolehkan mantan anggota PKI dan organisasi massanya untuk mencalonkan diri sebagai kandidat calon anggota legislatif seperti DPR/DPRD/DPD di Pemilu 2024. Dalam aturan syarat anggota DPR/DPRD pasal 240, tidak ada larangan khusus bagi mantan anggota PKI untuk mendaftar sebagai calon anggota DPR/DPRD (Cnnindonesia.com, 2-9-2022)

 

Tetap Waspada Terhadap Musuh Sebenarnya

Sejarah memang tidak boleh dilupakan, sebab sejarah bisa mengajarkan kita banyak hal, salah satunya adalah kesempatan memperbaiki kesalahan agar tidak terulang, tapi tidak lantas menjadikan sejarah sebagai sumber hukum. Bagi kaum muslim, sumber hukum tetap Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga apapun yang tidak sesuai dengan keduanya wajib bagi kita menolaknya.

 

PKI dengan ideologi komunisme ya memang patut kita waspadai, meskipun kini negara pengembannya sudah runtuh yaitu Uni Soviet, namun Cina pun tak lagi mengemban ideologi ini ke seluruh dunia, negara tirai bambu ini justru sedang gencarnya melancarkan sistem ekonomi kapitalisme sebagaimana pendahulunya Amerika.

 

Hal inilah yang semestinya menjadi penelaan kita yang mendalam. Dampak dari diterapkannya sistem kapitalisme justru lebih berbahaya daripada komunisme. Sejak runtuhnya Daulah Khilafah di Turki Utsmani 13 Maret 1924, sejak itulah dunia dikuasai oleh kapitalisme dan kaum Muslim kehilangan junnah (perisai) pelindung segala urusannya. Kesejahteraan yang awalnya begitu memuncak berganti menjadi penderitaan yang tak ada habisnya.

 

Kapitalisme, dengan asas sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) sukses menciptakan neraka dunia, dengan krisis berulang, kesenjangan antara kaya dan miskin sedemikian ekstrim, kekayaan dunia hanya dimiliki oleh 1% orang dari sekian milyar populasi manusia. Belum lagi karena adanya cara pandang pemisahan agama dari kehidupan dunia ini juga turut menyumbang kerusakan sosial. Generasi yang lahir tak lagi mengenal Islam sebagai agama yang sempurna. Gozhwul fikri (perang pemikiran) justru sedang digencarkan oleh barat hanya dalam rangka penjajahan gaya baru mereka langgeng terhadap negeri-negeri kaum muslim yang dikaruniakan Allah SWT. kekayaan alam yang berlimpah.

 

Kaum muslim kini telah terjebak dalam perangkap kafir penjajah yang menyusupkan gaya hidup dan cara pandang mereka yang 180 derajat terbalik dari muslim. Wajar, jika akhirnya generasi muslim hari ini meragukan agamanya sendiri, sebab kebenaran hakiki diganti dengan nisbi, amar makruf diganti dengan toleransi, ajaran Islam seperti khilafah dan jihad diganti moderasi beragama.

 

Saatnya Perkuat Ukhuwah Islamiyah

Maka, sejatinya hari ini yang harus kita waspadai secara urgensitas adalah kapitalisme yang berlandaskan sekulerisme . Bukan PKI, secara hari ini yang paling nyata kita hadapi dan dampaknya yang paling kita rasakan adalah kapitalisme. Kapitalisme pulalah yang menjadikan negara tidak meriayah (mengurusi) rakyat secara maksimal. Negara lebih tegas memosisikan dirinya hanya sebagai regulator kebijakan, yang mempermudah penjajah menguasai negeri-negeri kaum muslim dan membantai rakyatnya sendiri.

 

Saatnya kita mencabut kapitalisme dan menegakkan syariat mulia. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “…Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu…” (TQS Al-Maidah:3) Menjadi kewajiban kita meninggikan Islam, dan membuang apa-apa yang bukan berasal dari Islam. Wallahu ‘alam bishshawab.

Please follow and like us:

Tentang Penulis