Komparasi Kehidupan Bertetangga dalam Konsep Islam dan Sekuler


Oleh : Riri Rikeu

 

LensaMediaNews__Islam sebagai ajaran sempurna memiliki konsep yang mengatur berbagai hubungan baik itu dengan Allah swt, dirinya sendiri maupun dengan orang lain. Pada realitasnya manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan yang lain sehingga butuh aturan yang khas mengenai hubungan tersebut khususnya dalam bertetangga.

 

Pedoman dalam bertetangga mengarahkan agar setiap muslim memiliki akhlak terbaik dalam berinteraksi dengan tetangganya. Bahkan ganjaran terbaik akan diberikan ketika berhubungan baik dengan tetangga.
Bertetangga dengan penuh akhlak yang mulia semata-mata didasarkan pada ketakwaan semata bukan yang lain.

 

Seringkali ditemukan saat ini jika bertetangga hanya sebatas timbangan manfaat atau madarat. Sebagian berdasarkan pada perasaan sosial yang bersifat fitrah. Tentu agar kebaikan seorang muslim dinilai sebagai amal salih hanya disandarkan pada timbangan syariat saja yaitu demi mendapatkan rida Allah SWT.

 

Beberapa ulama telah mendefinisikan apa itu tetangga. Tetangga adalah siapa saja yang rumahnya berdampingan dan dekat. Ulama lainnya mengatakan bahwa yang menjadi tetangga adalah 40 rumah dari arah depan, belakang, kanan dan kiri. Berbagai definisi tersebut mengarahkan agar hak dan kewajiban bertetangga tetap terjaga sebagaimana aturan Islam.

 

Teladan terbaik bertetangga didapatkan dari Rasul saw. Diketahui bahwa ada seorang Yahudi yang seringkali menaburkan kotoran unta dijalan yang biasa dilewati Rasul saw. Suatu hari Rasul saw menemukan jalan yang biasa dikotori menjadi bersih. Rasul saw menduga bahwa orang Yahudi tersebut sakit sehingga menjenguknya. Orang Yahudi pun kaget dan merasa malu atas tindakannya yang sering menzalimi Rasul saw. Hingga akhirnya orang Yahudi pun masuk Islam. Begitulah bertetangga dalam Islam, meskipun pada orang kafir tetap harus berbuat baik sehingga tidak hanya akan mendapatkan pahala berbuat baik tapi juga menjadi syiar Islam.

 

Saat ini seringkali kita temui bahwa banyak masalah bertetangga yang timbul karena tidak pahamnya akan ajaran Islam. Seperti mengganggu tetangga dengan suara musik yang sangat keras, membicarakan keburukan tetangganya, menghasut agar membenci satu sama lain. Padahal hal ini sangat tercela. Dalilnya adalah “Tidak akan masuk surga, orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.” (HR Bukhari 6016 dan Muslim 46)

 

Selain itu, Islam mengarahkan untuk saling peduli dengan tetangga. Dalam hal kecil pun diarahkan untuk peduli, salah satu contohnya dalam memasak. Apabila kamu memasak, perbanyaklah kuahnya. Kemudian perhatian penghuni rumah tetanggamu, dan berikan sebagian masakan itu kepada mereka dengan baik.” (HR Muslim). Dalam hal makanan pun dianjurkan untuk berbagi apalagi dalm hal besar lainnya.

 

Tentu sangat kontras dengan kondisi saat ini.Realitasnya, seringkali hubungan dengan tetangga itu kaku, hambar, dan indiidualis. Semua itu disebabkan oleh sistem sekuler yang membentuk masyarakat. Hubungan satu sama lain hanya bersifat untung-rugi. Ironi sekali karena hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial bersifat lemah dan serba membutuhkan satu sama lain. Jadi mustahil tidak berinteraksi satu sama lain.
Kasus penemuan jenazah di kompleks perumahan elit menjadi contoh miris gambaran masyarakat. Bahkan menurut kriminolog Andrianus Eliasta Sembiring Meliala ada kemiripan antara kasus penemuan jenazah di Cinere, Depok dan kematian satu keluarga di Kalideres tahun 2022. Kemiripan 2 kasus tersebut adalah adanya gaya hidup yang tertutup, menyendiri, dan tidak mau berinteraksi dengan tetangga (tempo.co, 10-09-2023).

 

Oleh karena itu, aturan Islam mutlak dibutuhkan dalam kehidupan. Karena aturan Islam bersumber dari Allah SWT yang sempurna. Jika diterapkan dalam kehidupan maka akan membentuk masyarakat yang beriman dan bertakwa. Masyarakat yang majemuk membutuhkan aturan dari Allah SWT agar kehidupan berjalan damai dan sejahtera.
Ya Allah, bimbinglah diriku pada akhlak paling terpuji karena tidak ada yang dapat membimbing kepadanya kecuali Engkau. Palingkanlah aku dari akhlak yang buruk karena sungguh tidak ada yang dapat memalingkannya dariku kecuali Engkau.”
Wallahu’alam

Please follow and like us:

Tentang Penulis