Peternakan Diterjang LSD, Islam Punya Solusi

Oleh: Ummu Sovuhi

Lensamedianews.com, Opini – Aktivitas peternakan di Indonesia kembali tertimpa musibah. Penyakit mulut dan kuku (PMK) yang sebelumnya merebak pada peternakan sapi, kini giliran penyakit kulit LSD (lumpy skin disease). Pada tahun 2021, LSD sudah ditemukan di Thailand, Kamboja, dan Malaysia. Baru kemudian di awal tahun 2022, LSD ditemukan pertama kalinya di Riau, Indonesia.

Jumlah kasus LSD juga semakin mengkhawatirkan. Sebut saja di kota Blitar misalnya, menurut data yang dirilis oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Blitar, tercatat sebanyak 70 laporan kasus LSD pada sapi hingga akhir Juli 2023.

Plt. Kepala DKPP Kota Blitar, Dewi Masitoh, mengungkapkan bahwa 70 ekor sapi telah dilaporkan terkena LSD berdasarkan data dari Siknas (Sistem Informasi Kesehatan Nasional). Dia juga menambahkan bahwa dari 70 ekor sapi tersebut, hanya sekitar 20 persen yang telah sembuh. (Kabarnas, 02/08/2023).

Saat ini, LSD sudah mencapai berbagai wilayah di Indonesia. Kementerian Pertanian mencatat per 1 Juni 2023, jumlah kasus LSD di Indonesia mencakup 64.000 ternak yang tersebar di 16 provinsi. Jumlah kasus tertinggi terjadi di Jawa Tengah, yakni dengan sekitar 23.000 kasus. (Kompas, 21/06/2023).

Penyakit LSD disebabkan oleh virus dari keluarga Poxviridae yang menyebar melalui gigitan serangga seperti nyamuk dan lalat. Penularan LSD secara langsung melalui kontak dengan lesi kulit, namun virus LSD juga diekskresikan melalui darah, leleran hidung dan mata, air liur, semen, dan susu. Penularan juga dapat terjadi secara intrauterine.

Penyakit LSD ini lebih berbahaya dari penyakit mulut dan kuku (PMK) karena penularannya melalui gigitan nyamuk dan lalat. Kabid Kesehatan Hewan dan Pemasaran Hasil Peternakan (Disnakan) Bojonegoro Lutfi Nurrahman mengatakan penyakit benjol-benjol pada sapi ini termasuk jenis virus baru dan berbahaya.

Benar, bahwa wabah LSD adalah sebuah qadha atau ujian dari Allah. Sebagai seorang muslim kita meyakini hal itu. Bersabar menghadapi musibah juga memang harus kita lakukan, sebagaimana ketika kita ditimpa oleh musibah yang lain.

Akan tetapi bersabar saja tidak cukup. Karena Allah mengaruniakan kita akal untuk bisa berpikir solusi efektif untuk keluar dari masalah. Dengan berpikir, kita mendapatkan ilmu dan dengan ilmu kita bisa selamat tidak hanya di dunia bahkan selamat sampai akhirat. Dengan ilmu kita memahami tindakan efektif penanganan LSD.

Faktanya virus LSD bisa tersebar lewat gigitan nyamuk dan ternak yang berdekatan. Sehingga sejak awal virus ini muncul seharusnya ada upaya karantina ternak yang terjangkit virus. Vaksinasi, pengendalian serangga dengan insektisida juga hal yang tidak bisa ditawar. Pada titik ini harusnya ada upaya maksimal untuk mencegah penularan LSD sejak awal.

Hanya saja sejak awal kasus ini muncul, tampak pemerintah tidak serius menangani. Sehingga setelah lebih satu tahun berlalu kasus ini bukan menurun atau reda, yang ada makin bertambah dan meluas. Peternak semakin khawatir dan kerugian pun makin besar. Karena harga daging sapi yang terkena LSD menjadi turun dan sangat murah. Belum lagi kualitas gizi dagingnya menurun. Ini semua menunjukkan ketidakseriusan pemerintah dalam menangani persoalan LSD. Pemerintah telah mengabaikan mata pencaharian rakyat.

Vaksinasi tidak merata. Banyak wilayah yang membutuhkan vaksin akan tetapi tidak tersedia. Ini semua tidak lain karena kurangnya kesadaran sebagai pengurus rakyat yang akan dimintai pertanggungjawaban di sisi Allah. Hubungan rakyat dengan penguasa bagaikan transaksi bisnis orientasi untung-rugi. Bahkan urusan rakyat terbiasa diserahkan kepada swasta sebagai ladang bisnis. Padahal dalam Islam, pemimpin itu adalah pengurus umat. Dia yang akan mengurusi kebutuhan umat dan melayani kepentingan umat.

Hampir sama dengan kondisi Covid dulu, dimana penguasa lebih banyak mengimbau individu untuk mengurusi persoalannya sendiri-sendiri secara mandiri. Sekarang pun para peternak lebih banyak diimbau kemudian dibiarkan mengurus ternak yang terdampak LSD secara mandiri. Seharusnya penguasa lebih serius, karena ini terkait hajat hidup rakyat dan mata pencaharian umat.

Semakin tampaklah bahwa umat butuh kehadiran pemimpin amanah yang siap berempati terhadap musibah yang menimpa umat dan mengurusi umat dengan sepenuh hati. Ini bisa terwujud dalam naungan Islam.

Wa maa taufiqi illa billah. [SM/Ah]

Please follow and like us:

Tentang Penulis