Memaknai Makna Mabrur dalam Ibadah Haji
Oleh: Muflihatul Chusnia
Lensa Media News – Bulan Dzulhijjah 1444H telah berlalu, bulan yang termasuk bulan haram, bulan mulia, bulan yang di dalamnya sarat nilai-nilai Islam. Seperti hari tarwiyah, hari arafah dan idul adha yaitu hari Raya kurban sampai rangkaian ibadah haji.
Para jamaah haji sudah kembali ke tanah air dengan harapan menjadi haji mabrur. Haji yang diterima Allah SWT.
Mabrur disebut juga maqbul artinya diterima, maksudnya ibadah haji yang dijalankan dengan penuh ketaatan, murni lillahi ta’ala diterima Allah SWT. Tanpa terkontaminasi dengan dosa dan kemunafikan. Karena ciri khas dari munafik salah satunya adalah mengkritik syariat Allah SWT dengan cara menerima dan menolak separuh.
Dalam hadist riwayat bukhori,
Rasulullah saw bersabda:
الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
“Tidak ada balasan (yang pantas diberikan) bagi haji mabrur kecuali surga.” (HR Bukhari).
Karena itu ibadah haji adalah salah satu ibadah yang utama, bahkan memiliki keutamaan dan pahalanyapun sejajar dengan jihad fisabilillah.
Nabi saw bersabda: “Orang yang berperang di jalan Allah orang yang berhaji dan orang yang berumrah adalah tamu-tamu Allah Allah mengundang mereka mereka pun memenuhi undangannya Allah pun memenuhi permintaan mereka”
(H.R Ibnu Majah)
Rasulullah pernah ditanya tentang amal yang paling utama Kemudian beliau menjawab
قال سُئِل النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم أَيُّ العَمَلِ أَفضَلُ ؟ قال إيمانُ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ» قبل ثُمَّ مَاذَا ؟ قال الجِهَادُ في الله قيل ثم ماذا ؟ قَالَ حَجٌ مَبْرُورٌ متفق عليه سَبِيل المَبْرُورُ هُوَ الَّذِي لا يَرْتَكِبُ صَاحِبُهُ فِيهِ مَعْصِية
” Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW ditanya, “Amalan manakah yang lebih utama?” Beliau menjawab, “Beriman kepada Allah dan RasulNya.” Lalu beliau ditanya lagi, “Kemudian apakah?” Beliau menjawab: “Jihad fi-sabilillah.” Masih ditanya lagi, “Kemudian apakah?” Beliau menjawab: “Haji yang mabrur.”
(Muttafaq ‘alaih).
Jadi secara garis besar para ulama menjelaskan bahwa yang berhak mendapatkan status Haji Mabrur adalah orang yang tidak mencampur ibadah haji dengan kemaksiatan dan tidak melakukan kemaksiatan lagi setelah berhaji karena itu sangat tidak pantas seseorang mendapatkan predikat Haji Mabrur jika selama melakukan ibadah haji melakukan kemungkaran seperti berangkat haji dengan uang haram atau hasil riba atau Korupsi atau merampas aset rakyat dll.
Jika dihayati ibadah haji bukan hanya ibadah ruhiyah tapi mengandung dimensi politik dan perjuangan. Maksudnya dalam ibadah haji tercermin keberhasilan Islam untuk menyatukan umat menjadi ideologi yang dapat melebur umat, menjadi satu kesatuan tanpa perbedaan suku, ras, dan warna kulit maupun trata sosial. Jadi tanah suci menjadi meeting point, tempat peleburan raksasa menyatukan seluruh umat manusia sebagaimana firman Allah dalam surat Al Hajj ayat 27 :
وَأَذِّن فِى ٱلنَّاسِ بِٱلْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ.
“Dan berserulah kepada manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.”
Kemudian pada saat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melakukan haji Wada beliau menyampaikan khutbah yang berisi pesan-pesan politik dan spiritual untuk menggugah umat yaitu:
1. Darah dan harta sesama muslim terpelihara
2. Kewajiban menu yang naikkan amanah termasuk amanah kekuasaan untuk melindungi rakyatnya
3. Sistem ekonomi yang mengandung riba dihapus untuk selamanya.
4. Menjaga aturan Islam dalam rumah tangga yaitu mendidik anak dan istri
5. Wajib menjaga persatuan dan kesatuan
6. Wajib berpegang teguh pada kitabullah dan As-sunnah.
Allah SWT juga menyampaikan saat momen Haji Wada’ tentang kesempurnaan Islam firman Allah surat Al Maidah ayat 3
اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridoi Islam sebagai agamamu“
Maksudnya seharusnya jiwa setiap muslim khususnya para jamaah haji bahwa pada momen tersebut Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menetapkan Islam sebagai sistem kehidupan yang sempurna bukan hanya mengatur ibadah ritual saja melainkan mengatur semua aspek kehidupan baik sosial, ekonomi, politik, bahkan bernegara semua harus diatur oleh syariat Islam
Dari segi perjuangan ibadah haji merupakan inspirasi perjuangan. Bisa dilihat dari saat melakukan prosesi haji ditengah-tengah lautan manusia, rela antri menyentuh Hajar Aswad , melempar jumrah, sa’i dan menginap di Muzdalifah.
Inspirasi perjuangan inilah yang diharapkan kembali muncul dalam setiap pelaksanaan haji. Kaum muslim bisa saling bertukar informasi. Bagaimana pemimpin penguasa muslim saat ini. Saat budaya barat menjadikan budaya mereka.
Seperti pengaruh pergaulan bebas, miras bahkan LGBT masuk ke tengah-tengah umat, semua itu tidak lain karena selain mewajibkan ibadah haji Allah SWT juga mewajibkan dakwah untuk memperjuangkan agamanya bahkan ketika Nabi SAW. menyebut jihad sebagai amal yang utama di atas haji. Kedudukan dakwah pada penguasa yang zalim itu justru termasuk jihad yang paling utama.
Rasulullah SAW bersabda yang artinyaartinya ” Jihad yang paling utama ialah menyatukan kebenaran kepada penguasa yng dholim” (HR.Au Daud).
Karena itu, kaum muslim yang berhaji harus merasa terpanggil untuk memperjuangkan Islam. Dan semua itu memiliki keutamaan di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bagaimana caranya? Yaitu dengan menyeru kewajiban untuk menerapkan aturan Islam, syariat Islam secara keseluruhan.
Imam Hasan Al basiri rahimahullah mengingatkan ” Haji mabrur adalah orang yang kembali dari haji menjadi zuhud terhadap dunia dan merindukan akhirat(surga)”.
Wallahu’alam bisshowab
[LM/nr]