Sayangnya Allah terhadap HambaNya
Oleh: Ummu Hudzaifah
LenSa Media News – Tangis dan tawa, sedih dan bahagia, sakit dan sehat, sempit dan lapang, berjumpa dan berpisah, itulah hakikat dunia. Dua hal yang senantiasa mengiringi setiap napas kehidupan manusia. Adakalanya Allah menghadirkan sesuatu yang disenangi oleh hati, akan tetapi terkadang sebaliknya.
Apapun yang hadir dalam beranda kehidupan manusia, sesungguhnya tidaklah lepas dari Rahmat Allah SWT. Baik itu berupa yang menyenangkan ataupun tidak. Tapi yang jelas, di balik itu semua ada Rahmat Allah yang luas dan Allah tidak pernah menzalimi hambanya sedikitpun.
Nabi Muhammad saw bersabda.
لَمَّا قَضَى اللَّهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِى كِتَابِهِ عَلَى نَفْسِهِ فَهُوَ مَوْضُوعٌ عِنْدَهُ إِنَّ رَحْمَتِى تَغْلِبُ غَضَبِى
Artinya: “Tatkala Allah menciptakan makhluk-Nya, Dia menulis dalam kitab-Nya, yang kitab itu terletak di sisi-Nya, “Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan kemurkaan-Ku.” (HR. Muslim)
Dalam hadist qudsi juga di sampaikan,
وَعَن أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ عَنِ النَّبِيِّ صَ اللَّهُ عَلَيهِ وَ سَلَم فِيمَا يَروِيهِ عَن رَبِّهِ، قَالَ: “يَا عِبَادِي إِنِّ حَرَّمتُ الظُلمَ عَلَى نَفسِي، وَجَعَلتُهُ بَينَكُم مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوا…”
Artinya: “Dari Abi Dzar rahimahullah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam apa yang Nabi riwayatkan dari Rabbnya (hadits qudsi), Allah berfirman: “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku haramkan kezaliman atas Diriku dan Aku menjadikannya haram di antara kalian, maka janganlah saling menzalimi.” (HR. Imam Muslim)
Berdasarkan hadist di atas, Allah SWT tidak akan pernah berbuat zalim sedikitpun pada hambaNya. Kendati Allah memiliki Kuasa penuh terhadap setiap hamba. Dan perbuatan zalim adalah bentuk kekurangan (aib). Sedangkan Allah SWT jauh dari kekurangan dan Ia Maha Suci.
Akan tetapi, faktanya tidak sedikit manusia yang ketika Allah SWT hadirkan ujian atau musibah, menganggap bahwa Allah tidak adil dan Allah telah berbuat zalim. Sehingga muncul prasangka buruk kepada Allah SWT.
Allah juga memiliki sifat Maha Pengasih dan Penyayang. Dan Allah telah mengabadikan sifat tersebut dalam Al-Qur’an, bahkan berada di surah pertama dan ayat pertama,
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang”. (QS. Al-Fatihah: 1)
Dalam tafsir Al-Muyassar dijelaskan, Arrahman (Maha pengasih) yang memiliki Rahmat yang bersifat umum artinya Rahmat tersebut diberikan kepada seluruh makhluk-Nya. Sedangkan, Arrahiim (Maha Penyayang) yakni diperuntukkan khusus kepada orang-orang Mukmin. Dan keduanya merupakan dua nama Allah ta’ala yang mencakup penetapan sifat Rahmah (menyayangi) bagi Allah SWT.
Hal ini menunjukkan dan mengingatkan kepada manusia, bahwa Allah SWT., Sungguh sayang kepada kita semua. Baik kepada yang beriman ataupun tidak. Dan kasih sayang Allah merupakan bagian dari RahmatNya. Ia tidak akan berbuat zalim kepada hambaNya sedikitpun.
Diantara Rahmat yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang beriman melalui ujian atau musibah yaitu,
1. Ujian atau musibah adalah bentuk cinta-Nya Allah kepada sang hamba.
Rasulullah bersabda,
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
Artinya: “Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah).
2. Ujian atau musibah sebagai bentuk kaffarah (penghapusan) dosa.
Nabi Muhammad SAW., bersabda,
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Artinya: ” Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya.” (HR. Bukhari)
3. Berpeluang mendapatkan kebaikan dari Allah SWT. Apabila kita mampu bersabar dan mengharap pahala dari
ujian atau musibah, maka sesungguhnya kita akan mendapatkan tambahan kebaikan. Sebagaimana yang di sarikan dari Syarah Riyadush Shalihin oleh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin.
Itulah di antara Rahmat yang Allah berikan kepada hambaNya yang beriman ketika mereka menghadapi ujian atau musibah. Sebagai penutup, ada pesan indah yang disampaikan oleh ulama salaf yang berbunyi,
“Kalaulah bukan karena musibah yang menimpa pastilah kita memasuki negeri akhirat sebagai orang-orang yang pailit.”
Semoga Allah SWT., Senantiasa melapangkan hati kita. Membimbing setiap langkah kita. Dan memberikan keberkahan dalam kehidupan kita, baik ketika lapang ataupun ketika sempit.