Papua, Ironi Kemiskinan di Tengah Gunung Emas
Oleh: Anastasia S.Pd.
Lensa Media News – Eksotisme Indonesia memang sempurna. Betapa tidak kaya Indonesia bangsa yang dibentuk dengan keragaman yang bervariasi menjadikan Indonesia berbeda di mata dunia. Mulai dari kekayaan alam, sebagai negara kepulauan, tumpukan gunung yang menjulang memberikan nuansa pemandangan yang luar biasa. Kebudayaan pun melahirkan kekayaan yang tidak ternilai, apalagi ditambah dengan kekayaan alamnya yang terkandung menjadikan Indonesia semakin eksotis.
Kiranya inilah yang tepat dijadikan alasan mengapa para penjajah datang ke nusantara. Tak terkecuali Papua. Dalam sejarah kemerdekaan, Papua mengalami pasang surut konflik yang alot, karena sesungguhnya saat itu Belanda berat melepas Papua karena kekayaannya yang menjanjikan, Belanda berharap bahwa wilayah paling ujung timur di Indonesia berada dalam kekuasaannya. Namun setelah proses yang panjang akhirnya Papua kembali kepangkuan ibu pertiwi.
Ironi Gunung Emas, Rakyat Tertindas Miskin
Papua menyimpan kekayaan yang luar biasa, Papua merupakan wilayah kaya akan bahan tambang, seperti tembaga, emas, batu bara, besi, batu kapur, pasir kaolin, minyak bumi dan gas bumi.
Perlu diketahui Kementerian dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, Indonesia memiliki tambang seluas 1.181.071,52 hektar (ha). Tambang tersebut tersebar di 25 provinsi.
Papua memiliki tambang terbesar di Indonesia mencapai 229.893,75 ha. Tambang emas tersebut tersebar di enam kabupaten, yakni Pegunungan Bintang, Keerom, Nabire, Dogiyai, Mimika dan Paniai. Dengan jumlah ini biji emas Indonesia tersebar di tanah Papua yakni sebesar 52%. CNBC Indonesia Senin, (16/01/2023).
Tapi fakta kekayaan di atas tidaklah memberikan dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan rakyat. Papua menjadi salah satu wilayah Indonesia yang masih tertinggal oleh akses kesehatan, pendidikan, infrastruktur dan fasilitas lainnya. Kemiskinan di tanah emas masih menjadi PR bagi bangsa ini, apalagi selama bertahun-tahun kekayaan Papua hanya dinikmati oleh para investor asing yang mencuri emas. Bukan rahasia lagi kekayaan Papua hanya milik asing, yang selama ini pemerintah telah melegalkan penjajahannya atas nama kerjasama. Terbaru adalah temuan Gunung emas bernama Blok Wabu, bekas lahan tambang PT Freeport Indonesia yang telah diklaim dikembalikan kepada pemerintah. Gunung emas ini bisa menjadi salah satu sumber “harta Karun” tersendiri bagi Indonesia. Pasalnya Jumlah sumber daya emas yang ada di blok ini tidak main-main, yakni mencapai 8,1 juta ons. Hal tersebut diungkapkan oleh Senior Vice President for Exploration Divison MND ID Wahya Sunyoto pada Oktober 2020 lalu.
” Ada sekitar 117 juta ton dengan rata-rata 2,16 gram per ton emas dan 1,76 gram per ton perak, cuy off grade, sekitar 1 gram per ton. Total sumber daya ada sekitar 8,1 juta ons emas,” paparnya dalam acara workshop”Tambang untuk Peradaban” secara daring, CNBC Indonesia (22/10/2020).
Temuan harta karun di atas pun hanya akan menjadi ilusi bagi kesejahteraan rakyat Papua karena sejatinya rakyat Papua tidak menikmati kekayaan tersebut, karena menurut Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan jumlah penduduk miskin hampir terjadi di semua pulau pada September 2022. Namun kenaikan miskin tertinggi terjadi di Papua dan Maluku. kemiskinan di Papua naik 0,21 persen poin menjadi 20.10 juta jiwa per September 2022, dibandingkan Maret 2022.
Kepala BPS Margo Yuwono mengungkapkan penurunan hanya terjadi di Sumatera sebesar 0,02 persen poin dari total 25 provinsi. Sedangkan yang naik tingkat kemiskinannya adalah Papua dan Maluku. CNBS Indonesia, Senin (26/01/2023).
Sejahtera Hanya dalam Islam
Mewujudkan kesejahteraan saat ini sulit diwujudkan selama negara masih menganut sistem kapitalisme, yang memperbolehkan negara menjual aset kekayaan atas nama kerjasama investasi. Hal inilah menjadi penyebab kemiskinan di Papua, selama ini Papua hanya dieksploitasi dari kekayaannya. Pasang Surut kepemimpinan Indonesia tidak memberikan dampak yang berarti bagi ekonomi Papua. Sejatinya Pangkal kemiskinan rakyat Papua adalah sistem kapitalisme yang tidak berpihak kepada rakyat yang lemah. Keadaan Papua adalah gambaran kondisi umat yang lainnya yang sama-sama tertindas sistem ini. Pada kenyataannya sesungguhnya kapitalisme bertentangan dengan Islam. Dalam Islam haram hukumnya negara menjalin kerjasama dengan negara kafir penjajah apalagi dalam hal pengelolaan sumber daya alam. Islam mengelola sumber daya alam secara mandiri, diperuntukkan kepentingan umat, dan tidak boleh sumber daya alam dikuasai oleh asing atau segelintir orang. Saat ini sumber daya alam kita dikuasai dan dimonopoli oleh segelintir orang. Hanya dengan sistem adil inilah Islam mampu mengatur kekayaan negara untuk kesejahteraan umatnya. Islam merupakan aturan yang dibuat oleh Allah SWT untuk hamba-Nya, sehingga aturan Islam tidak akan bertentangan dengan fitrah manusia. Karena kehadiran aturan Islam melalui syariatnya manusia diperlakukan adil.
Wallahu ‘Alam.
[LM/nr]