Generasi Bully Perlu Kendali


Oleh: Syifa Syahidah

 

LensaMediaNews_Kasus bullying kian hari kian meresahkan kita semua. Bagaimana tidak, jika dahulu bullying hanya mengakibatkan anak tidak mau sekolah. Kini kasus bullying bisa sampai menghilangkan nyawa. Perundungan atau bullying berdampak buruk pada kesehatan mental anak. Anak akan merasa bahwa dirinya tidak diterima di lingkungan tersebut. Tak hanya kesehatan mental, bullying hari ini sudah sampai pada bentuk yang paling ekstrim yaitu merenggut nyawa.

 

Bullying sebenarnya sudah ada sejak lama hanya saja fenomena ini seperti gunung es. Kasus yang tampak tak mencerminkan jumlah kasus secara faktual. Bahkan bisa jadi guru, orangtua, dan keluarga di rumahlah yang melakukan perundungan tanpa disadari. Tak heran kemudian anak meniru perilaku-perilaku ini dan melampiaskannya pada anak-anak sebaya bahkan lebih kecil darinya.

 

Tindakan bullying ini pun telah berkembang ke bentuk yang sangat mengkhawatirkan. Miris rasanya melihat korban bullying yang kehilangan nyawanya karena kebrutalan temannya. Jika pun tidak meninggal karena luka fisik, maka beberapa memilih mengakhiri hidupnya karena tak tahan dibully oleh teman-temannya. Mengapa kasus bullying kini kian marak? Apa yang melandasi munculnya tindakan ini?

 

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa salah satu kemungkinan anak melakukan tindak bullying adalah contoh dari lingkungan sekitar anak yang mencontohkan kekerasan. Bahkan masyarakat pun banyak yang menganggap mendidik anak dengan kekerasan adalah hal yang harus dilakukan. Akibatnya, anak memiliki mental yang keras pula dan sulit diatur.

 

Namun jika kita perhatikan lebih lanjut, akar masalah bullying ini bukan sekedar perkara pendidikan dari lingkungan sekitar anak. Fakta bahwa pola hidup masyarakat yang tak ramah anak juga datang dari pemahaman hidup yang jauh dari agama. Alih-alih membuat masyarakat makin beradab, pemisahan agama dari kehidupan justru semakin menjadikan manusia semakin acuh dengan kondisi di sekitarnya.

 

Padahal, Islam telah memiliki seperangkat mekanisme perlindungan terhadap anak sejak masih di dalam kandungan. Islam menjaga hak-hak anak hingga sanksi pun ditangguhkan pelaksanaannya jika pelakunya dalam keadaan hamil atau menyusui. Penanaman ketakwaan dan akhlak mulia menjadi visi pendidikan anak di dalam Islam. Bahkan Islam mengingatkan para orangtua agar berhati-hati dengan hak-hak anak, berlaku adik terhadap anak, dan memberi contoh yang baik bagi mereka.

 

Islam mengajarkan untuk memperlakukan anak-anak dengan penuh kasih sayang. Bahkan Rasulullah pun mengingatkan Aisyah untuk berlaku lemah lembut terhadap orang lain. Di ranah kebijakan, Islam menjadikan akidah Islam sebagai landasan sistem pendidikannya. Anak-anak diajarkan untuk melandaskan segala aktivitasnya pada perintah dan larangan Allah.

 

Di ranah hukum, adanya sanksi tegas berupa qishas bagi pelaku penganiayaan menjadikan masyarakat terjaga dari tindakan bulllying. Ini menggambarkan bagaimana Islam membangun pendidikan anak di atas kasih sayang. Tentunya ini semua tidak mungkin terbangun jika masyarakat tidak bertakwa pada Allah dan menerapkan syariat-Nya. Dan syariat Islam hanya bisa diterapkan seutuhnya dan membawa rahmat bagi seluruh alam dalam naungan Daulah Khilafah.

Please follow and like us:

Tentang Penulis