Lensa Media News, Surat Pembaca- Hiruk pikuk perpolitikan menjelang 2024 di Indonesia makin panas. Bakal calon presiden sudah mulai dideklarasikan oleh parpol-parpol pendukungnya. Perbincangan hangat terkait topik ini tentu tak bisa dihindarkan dari masyarakat termasuk umat Islam. Masing-masing orang mulai saling berdiskusi tentang siapa pemimpin yang diusungnya.

Tak bisa dinafikan kesadaran politik umat Islam mengalami peningkatan. Buktinya bisa dilihat pada pemilu 2019. Umat Islam berusaha mengusung sosok muslim dan dianggap pro kepada umat Islam. Bahkan ada sebagian yang rela menyumbangkan hartanya demi kemenangan sosok yang mereka dukung.

Namun, kesadaran politik ini belum diikuti dengan pemahaman yang benar terkait keberhasilan politik umat. Sebagian umat Islam masih ada yang menganggap jika sosok yang pro Islam menang maka itulah kemenangan politik umat sekaligus kemenangan Islam. Padahal tolok ukur keberhasilan politik umat Islam ketika sampainya Islam pada kekuasaan, bukan hanya sekadar berkuasanya orang Islam.

Mengapa demikian? Karena jika hanya orang Islamnya saja yang sampai pada kekuasaan, ia akan memimpin berdasarkan sistem kepemimpinan yang telah ada. Jika sistem kepemimpinan yang ia gunakan dalam memimpin adalah sistem yang rusak sebagaimana sistem demokrasi, tentu kepemimpinannya akan membawa kepada kerusakan pula. Bahkan kekuasaannya tidak akan digunakan untuk menerapkan Islam, juga tidak akan berpihak kepada umat Islam.

Dalam sistem demokrasi, yang berhak membuat aturan adalah manusia. Sehingga aturan dalam Quran dan Hadis tidak bisa ditetapkan secara otomatis kecuali jika disetujui secara mufakat atau disetujui secara voting oleh mayoritas anggota parlemen. Jadi posisi manusia yang duduk di lembaga legislatif lebih tinggi daripada Allah Taala. Jelas ini bertentangan dengan ajaran Islam. Karena Allah Taala berfirman:

Menetapkan hukum itu hanyalah milik Allah,” (QS Yunus: 40)

Maka sudah saatnya umat Islam menyadari bahwa perubahan kehidupan yang lebih baik tidak akan bisa diwujudkan dengan bergantinya pemimpin saja. Justru yang tak kalah penting, wajib bergantinya sistem. Dan tidak ada sistem yang lebih baik kecuali sistem Islam. Maka sudah saatnya umat Islam mencampakkan sistem demokrasi dan mewujudkan kembali sistem Islam dalam seluruh aspek kehidupan.

Agu Dian Sofiyani,

[LM, Hw]

Please follow and like us:

Tentang Penulis