Sepak Bola dan Pandangan Politik Negara
Oleh : Fitri Hasanah Amhar
(Bogor)
Lensa Media News – Kedatangan Timnas Israel U-20 ke Indonesia sempat menimbulkan berbagai kontroversi di tengah masyarakat. Pasalnya, perseteruan negeri ini dengan tanah suci Palestina masih saja berlangsung hingga saat ini. Konflik kemanusiaan, perebutan tanah, hingga duka-duka lainnya masih saja terus dilakukan oleh Israel terhadap Palestina.
Keputusan FIFA yang akhirnya berujung membatalkan Indonesia jadi tuan rumah piala dunia U-20 pun menimbulkan banyak pro kontra yang muncul di tengah masyarakat. Nama baik menjadi tuan rumah, kebanggaan bangsa, potensi ekonomi yang luar biasa besar, terus diungkit-ungkit oleh masyarakat yang masih menginginkan Indonesia tetap menjadi tuan rumah piala dunia U-20 ini. Sebagian memilih abai karena menurutnya, buat apa memikirkan negara lain? Tanpa ingat bahwa Palestina juga bagian dari saudara sesama muslim, bahkan yang awal-awal mengakui kemerdekaan Indonesia. Terkait suatu hadits, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya). (HR. Bukhari dan Muslim) rupanya masih jauh sekali kita mengamalkannya.
Meski pada akhirnya FIFA memutuskan untuk Indonesia tidak lagi menjadi tuan rumah, sejatinya pernyataan dalam undang-undang ‘penjajahan di atas dunia harus dihapuskan’ menjadi sikap yang tak boleh ditentang oleh politik negara ini. Namun lebih dalam lagi, semestinya yang menjadi acuan adalah hadits arbain no 34:
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” [HR. Muslim, no. 49]
Orang pada umumnya mungkin melihat sepak bola jauh dari urusan perpolitikan negara. Ia dilihat hanya sebagai representasi cabang olah raga yang dilombakan. Namun sejatinya, sebagai seorang muslim, segala pengurusan negara terhadap umatnya adalah politik. Dan pengurusannya haruslah dengan Islam. Tidak ada melihat ajang tuan rumah piala dunia ini sebagai sumber pemasukan ekonomi, atau melihat Israel hanyalah sebagai tamu yang bebas keluar masuk negara, tanpa ingat apa yang sudah mereka lakukan bagi Palestina. Pun bagi sebuah negara Muslim, mengingkari penjajahan bukan hanya kecaman atau pernyataan-pernyataan saja. Sebagaimana hadits arbain no 34 tadi, dengan tangan (kekuasaan) merupakan upaya yang harus dilakukan terlebih dahulu. Mengirimkan pasukan, memerangi siapapun yang juga memerangi kaum muslimin.
Di bulan Ramadan ini semoga terus menjadi refleksi bagi masyarakat dan aparatur pemerintahan, bahwa ajaran agama ini mengajarkan berkasih sayang, dan turut berjuang melawan pihak yang menyakiti pihak lainnya. Ajaran agama ini membutuhkan sistem yang dapat menyelesaikan permasalahan seluruh umat, yang telah dijamin Allah sendiri bahwa akan melahirkan kebaikan bagi seluruh umat. Aamiin.
[LM/nr]