Maraknya Bunuh Diri Rapuhnya Sistem Demokrasi

Lensa Media News-Seorang mahasiswi Universitas Indonesia (UI) berinisial MPD (21) ditemukan tewas di sebuah apartemen kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Korban diduga bunuh diri dengan melompat dari lantai 18 apartemen pada Rabu (8/3/2023) sekitar pukul 23.45 WIB. Sebelum Loncat dari Lantai 18 Apartemen, MPD tinggalkan pesan minta maaf pada Orangtua dan teman-temanya (Kompas.com, 12/03/2023).

 

Kasus serupa juga terjadi pada remaja SMK di Turi, Sleman pada 14 Februari 2023. NP (19) Nekat mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di kamar. Sebelum bunuh diri, remaja itu sempat menulis pesan pamit di Whatsapp (WA) story. “See you man teman,” tulisnya. Tak hanya tulisan, unggahan itu juga menampilkan foto tambang yang menggantung di langit-langit (Krjokja.com, 20/02/2023).

 

Maraknya kasus bunuh diri yang semakin hari semakin sering terjadi, sejatinya mencerminkan kesalahan sistem sekuler demokrasi, yang telah menciptakan banyak masalah mulai dari tekanan ekonomi, pendidikan yang rusak, dan pola asuh yang salah, dan rendahnya pemahaman agama. Inilah faktor penyebab lahirnya generasi yang rapuh, dan sakit metalnya.

 

Hal ini berbeda dengan sistem Islam yang berlandaskan syarak. Dalam Islam kebutuhan umat adalah tanggung jawab negara. Begitu juga dengan sistem pendidikan didesain untuk menghasilkan generasi memiliki syakhsyiah Islam, yakni pola pikir dan sikap mereka sesuai Islam. selain itu generasi juga dibekali dengan ilmu agama sehinga semakin paham tujuan hidup di dunia ini, hanya untuk beribadah kepada Allah dan meraih rida-Nya. Wallahu alam bishshawab. Wirda Ummu Afzan ( Anggota Ngaji Diksi Aceh). [LM/Emma/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis