Kapitalisme dan Korupsi

Oleh: Ida Lum’ah (Aktivis Muslimah Peduli Umat Dan Peradaban)
Lensa Media News – Bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Kapitalisme dan korupsi pada sistem ini tidak bisa dipisahkan. Kasus korupsi terus bertambah di negeri ini.
Baru-baru ini  perkara yang terjadi pada Dirjen (Direktorat Pajak) Jakarta Selatan II Rafael Alun Trisambodo,  menjadi sorotan masyarakat umum. Kekayaan yang dimiliki Rafael Alun Trisambodo mencapai puluhan miliar mulai tahun sebelumnya. Harta Rafael yang telah dicatat oleh Dirjen Pajak dan Menteri Keuangan menunjukkan ketidakwajaran. Kondisi ini juga  yang diamati masyarakat terkait dengan kekayaan para pejabat dan gaya hidup mereka.
Dilansir dari bisnis.com, kekayaan Rafael mencapai Rp 56,1 miliar tahun 2021. Kekayaan Rafael yang telah dilaporkan tersebut di atas kekayaan atasannya yaitu Direktur jendral Pajak Suryo Utomo yang memiliki kekayaan 14,4 miliar di tahun 2021.
Gaya Hidup Glamor pada Sistem Kapitalisme
Standar kebahagian hidup pada sistem saat ini adalah materi yang glamor. Kemewahan menjadi ukuran bahagia kebanyakan orang yang tinggal di sistem kapitalisme. Pun para pejabatnya termasuk yang terinfeksi kondisi ini.
Model kehidupan seperti inilah yang lahir dari kapitalisme, yang memisahkan agama dari kehidupan. Kebanyakan masyarakat teracuni cara hidup seperti ini, yang menjadikan sistem kehidupan masyarakatnya.  Dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai kekayaan sebesar-besarnya demi meraih bahagia.
Padahal banyaknya materi tidak menjamin orang hidup bahagia. Seperti yang terjadi pada pemilik perusahaan otomotif Nissan yang mengakhiri hidupnya dengan loncat dari gedung yang tinggi. Padahal harta yang dimiliki sangatlah besar.
Demi meraih status sosial dan  prestise yang tinggi, masyarakat berlomba-lomba untuk mendapatkan predikat itu. Sehingga gaya hidup konsumtif menjadi kebiasaan mereka, yang menjadi pola kehidupan mereka.
Mengapa Korupsi Terus Berulang?
Tidak sedikit masyarakat yang mempertanyakan kekayaan pejabat negara. Mengapa terus berulang? Adanya pencopotan dengan pemberhentian yang tidak terhormat, tidak menjadi jera. Bahkan terus disusul berbagai kasus rekening-aset yang fantastik. Pun kasus dugaan pencucian uang yang melanda pejabat negara.
Mendewakan kekayaan di sistem kapitalisme inilah sehingga muncul masyarakat seperti itu. Pejabat yang menghalalkan segala cara, dilahirkan oleh sistem kapitalisme ini untuk mendapatkan kedudukan dan kekayaan tingkat tinggi.
Walhasil menjadikan jurang yang sangat dalam antara si kaya dan si papa. Janji-janji manis yang diberikan hanya gincu yang membosankan. Amanah ditelantarkan hingga terus berulang dan berulang.
Dibutuhkan Islam untuk Solusi
Islam sebagai agama dan pengatur manusia yang sempurna dan paripurna sebagaimana di dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 3 yang artinya, “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agama untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.”
Pribadi yang dibangun dalam Islam berasaskan akidah Islam. Sehingga penguasa/ pejabat yang muncul adalah sosok pribadi yang beriman dan bertakwa. Standar kebahagiannya dalam Islam adalah keridaan Allah SWT. Apa yang dilakukan pribadi muslim berdasarkan perintah dan larangan Allah.
Sehingga gaya hidup para pejabat dalam sistem Islam ialah ketakwaan kepada Allah. Masyarakat pun turut serta melakukan koreksi kepada penguasa sebagai wujud menjalankan kewajiban untuk beramar makruf nahi mungkar.
Dalam menjalankan amanahnya para pejabat berperan sebagai pelayan yang mengurusi rakyatnya. Dan akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Sehingga gaya hidup bermewah-mewahan dan korupsi jauh panggang dari api.
Akan tetapi tetap ada godaan ke arah sana. Namun pelaksanaan sanksi yang tegas dan jera serta pengawasan masyarakat, pun negara menjadi pengontrolnya akan meminimalisir kondisi tersebut terjadi.
Dengan demikian masyarakat sangat membutuhkan sistem Islam yang akan menyelesaikan persoalan kehidupan masyarakat dan pejabat.
Wallahu a’lam bishshawab. [LM/Ah]
Please follow and like us:

Tentang Penulis