Apa Kabar Dunia Kesehatan Anak?
Apa Kabar Dunia Kesehatan Anak?
Oleh: Kartiara Rizkina Murni
(Pengamat Sosial
dan Aktivis Muslimah Aceh)
LenSaMediaNews.com – Tahun lalu, kita ditakutkan dengan kasus gagal ginjal akut, diketahui menimpa ratusan anak di Indonesia. Hingga Kementerian Kesehatan RI pun mengimbau penyetopan segala obat berbentuk cair atau sirup menyusul adanya laporan penyakit tersebut disebabkan merk obat tertentu.
Januari kemarin, kita juga baru saja memperingati hari gizi nasional dengan tema “Protein Hewani Cegah Stunting.” Peringatan Hari Gizi tersebut dijadikan momentum edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pola hidup sehat.
Namun, edukasi hanya sekedar materi tanpa aksi. Faktanya Indonesia masih tinggi tingkat stunting. Walaupun, ada penurunan angka, tapi tetap saja angka yg ada masih dikategorikan tinggi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi balita stunting di tahun 2018 mencapai 30,8 persen di mana artinya satu dari tiga balita mengalami stunting. Indonesia sendiri, kata dia, merupakan negara dengan beban anak stunting tertinggi ke-2 di Kawasan Asia Tenggara dan ke-5 di dunia. (Narasi Tunggal 26/6/2022)
Tidak stop di situ, sekarang anak Indonesia ditimpa kasus diabetes. Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Muhammad Faizi, SpA (K) mengatakan, prevalensi kasus diabetes pada anak meningkat 70 kali lipat pada Januari 2023. Jumlah tersebut dibandingkan dengan jumlah diabetesi anak tahun 2010. Kasus diabetes pada anak mencapai 2 per 100.000 jiwa per Januari 2023. Pada anak, kasus diabetes yang banyak ditemukan adalah tipe 1. Sedangkan diabetes tipe 2 pada anak sebanyak 5-10 persen dari keseluruhan kasus diabetes anak. (Liputan 6 3/2/2023)
Kasus kesehatan anak yang terjadi terus menerus, ada apa? Mengapa masalah kesehatan anak menjadi problem berulang?
Menelik dari pernyataan Menkes, penyakit diabetes pada anak ini muncul bukan semata karena keturunan, melainkan karena kesalahan pola makan/konsumsi. Seperti yang kita ketahui, makanan masyarakat secara umum, serta jajanan anak secara khusus bukanlah makanan yang sehat. Baik jenis makanannya atau cara mengolahnya. Hal ini terjadi karena lepasnya pengawasan negara dalam mewujudkan keamanan pangan bagi rakyatnya. Melonjaknya kasus diabetes pada anak juga menunjukkan rakyat belum memiliki pola makan sehat.
Lalu bagaimana dengan edukasi yang dilakukan pemerintah?
Mau bagaimana rakyat hidup sehat, kalau semua barang serba mahal. Jangankan untuk hidup sehat, sudah bisa makan saja syukur alhamdulillah. Tingkat kemiskinan di negeri ini tiap tahunnya bertambah, seiring dengan naiknya kebutuhan. Sementara makanan sehat itu tidaklah dengan harga murah, wajar kalau makanan sehat sulit dijangkau masyarakat.
Maka perlu dikoreksi lagi kinerja pemerintah dalam menciptakan keamanan pangan dan kesehatan anak. Karena edukasi saja dari pemerintah, tanpa di barengi dengan kebijakan yang sesuai sama artinya “tong kosong nyaring bunyinya”
Adapun makanan viral yang beredar di tengah masyarakat akibat pengaruh media sosial menciptakan trend. Namun, kadang kala trend tersebut bukanlah sesuatu yang bermanfaat bahkan sampai berbahaya. Seperti makan super banyak seperti mukbang, makan super pedas, sampai makanan dari bahan dan proses pengolahan yang kadang nyeleneh. Terlebih diabetes, biasanya disebabkan oleh makanan yang sifatnya manis. Makanan manis, terutama dari pemanis buatan tak luput dari pengaruh trend.
Sistem kapitalis yang diterapkan di negara ini, lagi-lagi mengakibatkan lepasnya tanggung jawab negara dalam pengawasan makanan sehat yang beredar. Sehingga makanan di tengah masyarakat, didikte oleh pengusaha-pengusaha makanan. Pihak-pihak perusahaan yang memproduksi seperti makanan instan, atau makanan viral, tentu bukan sehat menjadi prioritasnya melainkan keuntungan.
Tak hanya perusahaan besar, pedagang kaki lima karena terbatasnya modal serta kemiskinan membuat para pedagang menggunakan bahan yang murah meski berbahaya, dalam berdagang. Keserakahan manusia juga mengakibatkan industri makanan abai terhadap syarat kesehatan demi mendapatkan keuntungan yang besar.
Berbeda dengan sistem Islam dalam negara Islam yang biasa disebut Khilafah. Memberikan jaminan perlindungan atas terpenuhinya kebutuhan makanan yang halal dan Thaayyib bagi rakyatnya,
Allah Ta’ala berfirman, “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik (tayyib) dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah: 168).
Ini adalah panduan mutlak untuk umat Islam. Dalam Islam, perintah untuk makan makanan halal dan tayyib tidak berdiri sendiri, melainkan disertai dengan pengurusan oleh negara melalui inspeksi pasar yang dilakukan oleh kadi hisbah (al-muhtasib). Serta harga bahan makanan sehat yang murah dengan stok yang banyak, agar mudah di jangkau masyarakat. Pengawasan negara terhadap makanan yang beredar baik makanan bermerk maupun dari pedagang (melalui kadi hisbah). Maka akan terwujud pola hidup sehat, masyarakat yang sehat, serta anak-anak yang sehat dan cerdas.
Wallahu’alam bisshowab.