Generasi Tanpa Visi, Mau dibawa Kemana Negeri ini?
Oleh: Novriyani, M.Pd. (Praktisi Pendidikan)
Lensa Media News – “Demi Allah, hidupnya pemuda itu dengan ilmu dan takwa. Jika keduanya tidak ada, maka keberadaannya tidak dianggap ada” (Imam Syafii)
Apa yang ada dalam benak kita jika mendengar kata pemuda? Pemuda identik dengan sosok yang semangat, kreatif, inovatif, dan pemimpin bangsa. Begitulah lazimnya seorang pemuda, namun benarkah demikian?
Belakangan ini, publik dihebohkan dengan aksi pemuda yang melakukan tawuran. Pelajar di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) terlibat tawuran hingga saling serang menggunakan senjata tajam jenis samurai. Insiden itu menyebabkan satu orang luka dan 10 pemuda diamankan polisi. Perselisihan ini dipicu karena salah satu teman kelompok tidak terima rekannya di bully (detik.com, 20/1/2023)
Aksi terbaru yang juga viral di media sosial, dua orang remaja asal Bogor yang melakukan aksi berbahaya dengan mencoba menghentikan truk. Namun, aksi mereka gagal dan menyebabkan salah satu dari mereka tewas terlindas, karena truk gagal mengerem. Dalam insiden ini, terdapat salah seorang temannya yang ikut terlibat dengan merekam aksi mereka. Pasalnya, hal ini dilakukan demi sebuah konten (merdeka.com, 16/1/2023)
Kejadian ini tentu membuat kita geram. Hanya demi eksistensi diri, pemuda makin salah arah. Rela mengorbankan hidupnya hanya demi sebuah konten agar viral dan tenar di publik. Tidak memikirkan dampak yang akan diterimanya. Hal ini menunjukkan lemahnya pola pikir pemuda yang mengisyaratkan bahwa generasi saat ini sedang dirusak pola pikir dan sikapnya.
Kondisi seperti ini akan membuat masa depan generasi suram. Jika generasi muda rusak, maka rusaklah peradaban yang akan datang. Lalu, mau dibawa kemana negeri ini jika semuanya telah rusak ?.
Rusaknya pemuda saat ini tidak lepas dari penerapan sistem kapitalisme sekuler yang menjauhkan kehidupan mereka dari agama. Potensi pemuda yang demikian besar hari ini hanya diarahkan untuk menjadi sosok yang menjadi budak dunia dan minim visi akhirat.
Negara gagal mewujudkan lingkungan yang aman dan nyaman bagi generasi. Kejahatan dan kerusakan moral mengintai mereka, atmosfer lingkungan yang rusak membuat mereka terpengaruh.
Negara justru membuat kebijakan yang menyeret para pemuda menjadi objek industrialisasi para kapitalis. Tidak hanya itu, negara juga semakin menjauhkan pemuda dari Islam dengan program moderasi beragama. Bahkan mencurigai dan mengklaim radikal para pemuda yang taat pada syariat Islam.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, Rasulullah bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya: …Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah … “ (HR. Al-Bukhari No. 1357 dan Muslim No. 1031)
Inilah seharusnya gambaran pemuda muslim sejati. Pemuda yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta mencintai Allah dan Rasul-Nya. Pemuda yang ber-syakhshiyah Islam. Pemuda yang menjadikan Islam satu-satunya sebagai way of life, bukan sekularisme dan kebebasan yang memuja hawa nafsu. Hal ini tercermin dalam pemikiran dan tingkah laku mereka.
Islam memberikan perhatian besar terhadap pemuda. Islam memerintahkan hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi seorang pemuda muslim sekaligus menjelaskan keutamaan besar bagi seorang pemuda. Pemuda muslim akan disibukkan dengan mengkaji ilmu dan menjadi sosok terdepan dalam menyampaikan syiar-syiar Islam.
Negara akan menjalankan perannya untuk menjaga pemuda. Negara juga akan menjalankan sistem pendidikan Islam yang berbasis aqidah sehingga lahir output yang berkepribadian Islam. Sistem pergaulan Islam akan menjaga interaksi pemuda-pemudi. Semaksimal mungkin negara akan menjamin kesejahteraan keluar, agar para ibu dapat mendidik anak-anaknya dengan baik.
Selain itu, negara juga menjamin kebutuhan kesehatan, pendidikan, dan keamanan yang murah, bahkan gratis. Generasi jadi benar-benar terdidik dalam lingkungan yang terjaga dan generasi berkepribadian Islam pun bisa terwujud.
Tidak hanya negara, masyarakat juga memiliki peran yang kuat untuk menjaga pemuda. Dengan selalu amar ma’ruf nahi mungkar, mengingatkan setiap individu untuk melakukan kebenaran dan menjauhkan mereka dari kemungkaran. Oleh karenanya, hanya dalam sistem Islam, yakni Khilafah, para pemuda akan terjaga potensi besar mereka sehingga memberi sumbangan besar bagi peradaban Islam.
Wallahualam bissawab.