Mengembalikan Kualitas Anak Muda

Oleh : Diyanatul Izzah

 

Lensa Media News-Sejarah anak muda penakluk India. Ketika berbicara tentang Thaif pasti tidak terlepas dari kisah perjalanan Dakwah Rasulullah bersama Zaid bin Haritsah. Kita seringkali mendengar atau membaca perjuangan beliau yang tidak disambut baik oleh warga – warga di sana.

 

Bahkan, Malaikat penjaga gunungpun turun tangan apabila Rasulullah diperlakukan secara berlebihan. Tetapi, apa respon Nabi ketika ditawari untuk menghancurkan wilayah tersebut?

“….Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “(Tidak) namun aku berharap supaya Allah ‘Azza wa Jalla melahirkan dari anak keturunan mereka yang beribadah kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun juga”. (HR Imam al-Bukhari dan Imam Muslim).

MasyaAllah! Siapa sangka doa manusia termulia itu Allah kabulkan ketika Islam menaklukkan Thaif, bahkan keturunan Bani Tsaqif (yang menduduki wilayah Thaif) menjadi pejuang dan penegak agama Allah. Salah satunya adalah Muhammad Qasim ats – Tsaqafi.

Mungkin ada yang baru tahu namanya, beliau adalah anak muda yang tidak kalah keren dengan pejuang Islam lainnya seperti Muhammad al – Fatih dan Shalahuddin al – Ayyubi.

Muhammad Qasim hidup pada masa Kekhilafahan Umayyah, beliau memiliki keberanian, berjiwa komando, dan memiliki keteguhan hati. Sejak kecil beliau sudah hidup dalam lingkungan militer. Ayah Muhammad senantiasa mengajarkan beliau tentang kepemimpinan.

Hajaj bin Yusuf (Gubernur Irak waktu itu) telah memilih Muhammad Qasim sebagai panglima untuk menaklukkan India. Sepanjang jalan menuju India, kota demi kota berhasil ditaklukkan oleh beliau, hingga pada usia 17 tahun beliau berhasil menaklukkan wilayah Sindh pada saat itu (Pakistan). Bukan hanya itu, beliau juga membangun masjid – masjid di wilayah yang beliau taklukkan, sebagai simbol bahwa Islam telah sampai di sana.

Teladan

Diusia yang sangat muda, Muhammad Qasim mampu menunjukkan kualitas sebagai pemuda Muslim. Dimana tujuan hidupnya tidak lain adalah ketaqwaan penuh kepada Allah.

Ketika Aqliyah (pemikiran) Islam dan Nafsiyah (pola sikap) Islam sudah terinstal dalam diri anak muda, maka akan menghasilkan syakhsiyah (kepribadian) Islam layaknya Muhammad Qasim.

Di usia muda, beliau menghabiskan waktunya untuk belajar dan mempersiapkan agar Dakwah Islam bisa tersebar ke seluruh dunia.

Jika kita mencoba flashback pada sejarah pemuda Islam, bukan hanya Muhammad Qasim atau Al Fatih saja, namun kita juga dapat jumpai semangat mereka dalam menuntut Ilmu dan mendakwahkan Islam, memiliki jiwa keberanian dan tidak takut akan godaan duniawi.

Sebab, dalam dada dan hati mereka sudah terinstal syariat Islam, hari-harinya dipenuhi dengan ketaqwaan dan kehati-hatian pada kemaksiatan.

Langkah Kita

Terkadang, kita selalu terlenakan pada hal-hal sepele hingga lupa terhadap masalah besar yang dialami umat, hingga menumbuhkan jiwa-jiwa yang egois dan jauh dari peran kita sebagai pemuda.

Padahal, pemuda Islam memiliki peran besar terhadap perubahan, bukan hanya Islam bahkan musuh-musuh Islam pun menggunakan anak muda untuk melancarkan ide-ide kebatilan.

Maka sudah seharusnya kualitas kita meningkat layaknya Muhammad Qasim dan para pemuda pendahulu kita.

Meski berada di lingkungan sekuler – kapitalis, bukan berarti kita tidak bisa membentuk pemuda muslim yang berkualitas. Sebab, Al – Qur’an dan As – Sunnah masih ada pada hingga hari ini, bukankah Al – Qur’an dan As – Sunnah lah yang membentuk kualitas pemuda Islam dulu? Kita pun bisa memulainya dengan mengkaji Islam dan dakwah berjamaah. Sebab, keduanya akan menjaga kita dalam pembentukkan kualitas diri, apa mungkin kita melakukan ketaatan tapi hanya sendirian?

Khatimah

Anak muda adalah mereka yang memiliki jiwa besar dalam perubahan, mereka adalah harapan umat yang akan membentuk peradaban. Karena itulah malas, egois dan mudah terlena bukanlah sifat pemuda muslim.

Semoga kita selalu ingat dengan firman Allah mengenai surat Al – Ashr, agar kita tak menjadi pemuda yang merugi, yaitu mereka yang senantiasa menjaga waktunya untuk belajar dan dakwah. Wallahu A’lam [LM/el/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis