Bongkar Narasi Sesat Pembajakan Potensi Pemuda
Apri Hardiyanti, S.H.
(Aktifis, Ketua Kornas Kohati HMI periode 2018- 2020)
Reportase – Konsep pemberdayaan pemuda hari ini? Beliau menjelaskan, merujuk pada UU NO 40 / Tahun 2009, tentang kepemudaan, pemuda adalah generasi penerus pembangun bangsa. Generasi yang beriman, bertakwa, religius, cerdas, berani, kritis, peduli, optimis dan tangguh untuk bersaing dengan generasi muda bangsa lain. Hal tersebut akan menjadi titik awal yang baik dalam melanjutkan pembangunan bangsa Indonesia ke depan.
Semuanya tidak terwujud karena pemuda yang bertakwa justru dilabeli teroris, berbagai instrumen digunakan oleh lembaga dan kementerian dengan sibuk membuat duta-duta yang tugasnya melawan radikalisme, ekstremisme. Bagaimana bisa berakhlak mulia, melihat kondisi saat ini masifnya dekradasi moral karena nilai agama tidak menjadi standar berperilaku.
Contoh UU no 30 / Tahun 2001, Tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi, yang faktanya adalah legalisasi zina di lingkungan kampus.
Bagaimana pemuda bisa diharapkan kepemimpinannya sebab hanya disibukkan dengan kewirausahaan, hanya dituntut untuk bekerja.
Dalam hal ini, pemerintah juga sangat mendukung ekonomi kreatif seperti Citayam Fashion Week. Alhasil, pada akhirnya, peran politik suara pemuda hanya pengumpulan suara untuk pemilu. Suara mahasiswa yang kritis kepada kebijakan zalim ditangkap dan dipersekusi. Potensi pemuda hari ini dibajak, kekritisannya dipentingkan di hilir, hal yang sepele, receh, ini tidak memberi peluang sedikitpun secara sistemik.
Jelas ada usaha untuk mengadu domba, mereka dididik oleh rezim dengan pemikiran melawan aktifis yang menyuarakan Islam. Potensi pemuda dibajak, hanya diberi peran yang receh tanpa tahu persoalan besar bangsa ini.
Sehingga support yang diharapkan agar pemuda bisa pemimpin umat, yaitu dengan saling bergandeng tangan. Geliat kebangkitan sudah mulai muncul, butuh dukungan. Pertanyaannya sudahkah kita memilik pemahaman yang benar tentang pemuda dan Islam. Saatnya tentukan posisi kita di mana. Para ibu, tokoh, dan semua masyarakat butuh satukan visi.
Saatnya bergandengan tangan wahai para pemuda! Jangan ragu untuk ikut kajian intensif supaya tidak mudah tergiur dengan ancaman dunia. Dengan berani dan harus bangga menyuarakan Islam. Kita bongkar narasi Islam yang selalu menjadi tertuduh. Banyak kemiskinan pengangguran, kriminal apakah karena Islam? Jangan takut dikatakan radikal atau ektremis.
#GenerasiMudaPimpinPerubahan
#SelamatkanGenerasidenganIslam
(Reporter: Rut Sri Wahyuningsih)