Halloween Menyeramkan, Korbankan Jiwa juga Iman

Oleh: Anita Ummu Taqillah

 (Pegiat Literasi)

 

 

Lensa Media News-Pesta Halloween sudah tidak lagi identik dengan pesta orang Barat saja. Melainkan digandrungi juga oleh kebanyakan manusia di seluruh penjuru dunia. Beberapa negara bahkan rela gegap gempita berpesta merayakan Halloween, tanpa peduli asal dan agama mereka memandang.

 

Padahal Halloween adalah suatu perayaan yang dapat dijumpai di sejumlah negara pada tanggal 31 Oktober, yaitu malam Hari Raya Semua Orang Kudus (All Hallows’ Day) atau malam suci di Kekristenan Barat. Perayaan tersebut mengawali peringatan trihari Masa Para Kudus (Allhallowtide), suatu periode dalam tahun liturgi yang didedikasikan untuk mengenang orang yang telah meninggal dunia, termasuk para kudus atau santo/santa (saints, hallows),martir, dan semua arwah umat beriman dalam Kristen (Wikipedia.co.id).

 

Oleh karena itu, pesta Halloween identik dengan kostum aneh dan menyeramkan ala-ala kondisi orang yang sudah meninggal, dalam gambaran mereka. Topeng dan dandanan, serta kostum tak masuk akal mereka gunakan. Bahkan sebagian orang menyebut, pesta Halloween adalah pesta hantu.

 

 

Tragisnya, pesta Halloween di Itaewon, Seoul, Korea Selatan (Korsel) tahun ini memakan ratusan korban jiwa. Dilansir CNNIndonesia (31/10/2022), tragedi pesta Halloween pada Sabtu (29/10) malam tersebut menjadi insiden paling mematikan bagi Negeri Gingseng. Dimana korban tewas hingga saat ini berjumlah 154 orang, dan 26 orang diantaranya adalah warga asing. Ratusan orang lainnya juga mengalami luka.

 

Hingga kini, pihak berwenang Korsel masih menyelidiki penyebab tragedi tersebut, dimana korban kompak mengalami serangan jantung mendadak. Namun, sejumlah pihak meyakini bahwa kerumunan padat orang-orang yang hendak berpesta adalah penyebab ratusan orang tersebut meninggal kekurangan oksigen. Apalagi, lokasi insiden merupakan jalanan gang sempit menurun sepanjang 50 meter yang menghubungkan distrik restoran, kelab dan bar.

 

Yang lebih miris lagi adalah tahun ini Arab Saudi juga turut serta dalam pesta perayaan Halloween. Bahkan, perayaan tidak hanya skala individu atau sekelompok orang saja, melainkan pesta tersebut disponsori oleh pemerintah Arab Saudi sendiri. Semakin nyata sang Raja Salman membuka tangan dengan budaya dan kebebasan ala Barat.

 

Dikutip dari Arab News, perayaan Halloween di Boulevard Riyadh pada Kamis dan Jumat (27-28/10/2022) berlangsung meriah. Pengunjung diberikan akses masuk gratis ke Boulevard dengan syarat harus mengenakan kostum menakutkan. Meskipun katanya acara yang disponsori pemerintah sebenarnya bukan festival Halloween tetapi dipromosikan sebagai “akhir pekan terhoror” yang bertroatan dengan akhir pekan sebelum Halloween (kompas.com, 31/10/2022).

 

Sungguh, hal ini menjadi bukti nyata bahwa Arab Saudi semakin bebas menerima budaya Barat masuk dan menjadi bagian dari Arab Saudi. Tanah kiblat bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia tersebut kini seolah ternoda. Pasalnya, Halloween tidak hanya budaya Barat, lebih dari itu adalah bagian dari peribadatan umat Kristen yang seharusnya pantang untuk diambil dan ditiru oleh umat Islam. Sebab, iman akan menjadi tumbal jika terus dilakukan. Na’udzubillah.

 

Namun, sistem kapitalisme telah nyata menggerogoti pemikiran para pemangku kebijakan di Arab Saudi. Mereka dengan bangga menjadi liberal, bebas dan menerima budaya dan perayaan ala Barat. Tidak hanya pesta Halloween, tetapi sebelumnya aneka konser digelar, dan peraturan-peraturan pun sudah banyak yang berubah. Arab Saudi yang masih dianggap representasi dari Islam, semakin hari semakin kehilangan identitas dan perlahan sirna ke-khas-an Islamnya.

 

Maka, ketika kapitalisme masih menguasai bumi, akan menjadi bahaya bagi umat Islam di seluruh penjuru negeri. Kebebasan dan aneka perayaan akan terus digelar dan diikuti. Sehingga tidak hanya membahayakan nyawa, tetapi juga yang lebih menyeramkan adalah membahayakan imannya. Umat akan dengan sukarela mengikuti, bukan justru menghindari dan menyingkirkan dari kehidupannya.

 

Padahal telah nyata larangan Allah SWT yang disampaikan Rasulullah SAW dalam sebuah hadis. “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.”(HR. Ahmad dan Abu Daud).

 

Sebab, sejatinya kaum kafir tidak akan berhenti menggoda dan mempengaruhi umat Islam agar semakin jauh dari ajarannya. Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).

 

Untuk itu umat butuh solusi pasti, agar budaya-budaya unfaedah dan bertentangan dengan syariat bisa disaring dan disingkirkan. Maka solusinya adalah dengan menerapkan syariat yang bersumber dari Allah SWT dalam naungan sebuah negara. Nanya negara yang akan mampu secara total menangkal masuknya budaya-budaya tersebut. Sebab, negara bertanggungjawab menjaga keimanan masyarakat. Wallahu a’lam bishowab. [LM/EM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis