Jadilah Santri Idaman Penegak Syariat Islam
Oleh: Carminih, SE
Predikat “santri” mulai disematkan pada mereka yang menuntut ilmu dan mempraktikkannya di jalan Allah Swt. Sejatinya, para santri bukan sekadar pencari ilmu tapi santri punya kontribusi besar terhadap peradaban.
Pada tanggal 22 Oktober 1945, KH. Hasyim Asy’ari mengeluarkan resolusi jihad. Resolusi tersebut berisi kewajiban berjihad demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Lalu, lahirlah peristiwa heroik, 10 November 1945 yang kini diperingati sebagai hari pahlawan. Demikian penjelasan dari Kiai Musthofa, dalam sambutan launching Hari Santri Nasional (HSN) 2022 di kabupaten Indramayu. (Jabar.nu.or.id, 12/10/2022)
Peristiwa sejarah ini mengandung makna eksplisit dari pesantren. Bahwa, pesantren merupakan kunci penting perubahan sesuai syariat. Mengusir penjajah dari tanah kaum muslim adalah bagian dari hukum syara. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Hajj ayat 39-40: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata, “Tuhan kami hanyalah Allah.”….”
Di sisi lain, pada satu kesempatan, Menteri desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar mengatakan: “Santri berperan besar dalam menggerakkan ekonomi desa. Pondok pesantren yang sebagian besar ada di tengah desa menjadi pusat perdagangan yang menunjang kesejahteraan warga sekitar. Bahkan, konsep pembangunan desa berkelanjutan atau SDGs desa, sudah dilakukan oleh para Kiai dan pesantren. Bagi desa, pesantren menopang pencapaian tujuan SDGs desa ke-4, pendidikan desa berkualitas, serta tujuan SDGs desa ke-8 kelembagaan desa dinamis dan budaya desa adaptif. Dengan demikian, pesantren dan santri adalah penyangga kualitas SDM, menggerakkan ekonomi desa, pesantren menunjang dinamika kelembagaan desa dan menopang budaya desa.” (Republika.co.id, 16-10-22).
Sungguh ironis, santri yang awalnya memiliki spirit resolusi jihad lalu diajak bergeser menjadi motor penggerak perekonomian, dengan program kewirausahaan. Santri didorong untuk memberikan perubahan pada roda bisnis dalam negeri. Hal ini tentu akan merampas dan mengalihkan peran utama santri yaitu sebagai penerus perjuangan para ulama, memastikan negeri ini bebas dari dominasi dan intervensi asing.
Terlebih melihat umat sekarang masih banyak yang buta dan kabur tentang Islam. Umat butuh pencerahan dari para ulama lulusan pesantren. Para santri inilah yang akan mempelajari Islam secara mendalam, dengan mengkaji berbagai kitab yang memuat tsaqafah Islam. Lalu mengajarkannya dan menghidupkan suasana Islam di setiap aspek kehidupan.
Sungguh umat butuh para ulama yang mengajarkan konsep tauhid, agar akidah umat lurus dan tidak sekuler. Mengajarkan tafsir Al-Qur’an supaya umat paham isinya dan tergerak menjalankannya. Serta mengajarkan fiqih agar umat paham syariat Islam kaffah dan tergugah menerapkannya. Semua jawaban atas kebutuhan umat ini adalah para santri yang terjun menjadi da’i di tengah masyarakat.
Para santri adalah pelopor perubahan. Mereka mempunyai tanggung jawab besar mewujudkan kesatuan dan kebangkitan umat, yaitu bangkit dengan ideologi Islam. Bukan sekadar memberdayakan ekonomi umat yang sejatinya adalah tugas penguasa. Tsaqafah Islam di dada santri menjadi amunisi untuk melenyapkan paham jahiliah modern. Seperti sekularisme, kapitalisme, dan liberalisme. Tsaqafah ini pun merupakan obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit dalam diri umat, baik penyakit akidah, akhlak, sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain.
Dengan aktivitas itu para santri memimpin umat untuk meraih kebangkitan, yaitu dengan menerapkan Islam kaffah di dalam sistem pemerintahan Islam. Ketika aturan Islam tegak di tengah-tengah masyarakat, bukan masalah ekonomi saja yang terselesaikan. Kesejahteraan juga akan terwujud secara merata. Para santri pun dengan leluasa mendalami Islam sehingga tercetaklah para mujtahid yang berkontribusi besar bagi peradaban Islam. Inilah potret santri yang dirindukan dan diidamkan oleh umat.
Wallahu A’lam bish-shawwab.