GengSter Berjamuran, Butuh Solusi Tepat Sasaran

Oleh: Yuke Octavianty

(Forum Literasi Muslimah Bogor)

 

Lensa Media News-Hebohnya komplotan gengster di beberapa kota, membuat resah masyarakat. Minggu dini hari lalu (2/10/2022), sekelompok pemuda melakukan pengrusakan di alun-alun Banyumas, Jawa Tengah (TribbunJateng.com, 3/10/2022). Pelaku yang kurang lebih berjumlah 50 orang, lengkap dengan senjata tajam dan kayu, untuk melakukan keonaran di sekitar wilayah Kecamatan Banyumas.

 

Di Jakarta pun, terjadi hal serupa. Adanya konvoi puluhan remaja di daerah Cakung, Jakarta Timur, pada Jumat (30/9/2022) dini hari kemarin. Diduga akan melakukan tawuran karena terkait perselisihan dengan warga Jalan Raya Bekasi, Cakung (suarajakarta.id, 1/10/2022).

 

Pesan berantai melalui aplikasi kirim pesan pun santer diinfokan. Mengenai jalan-jalan yang harus diwaspadai, karena gengster tengah beraksi tengah malam hingga dini hari. Berdasarkan info tersebut, wilayah tersebut sekitar Parung, Sawangan Depok, Ciseeng Cilodong, Bojongsari, dan Citayam (jawapos.com, 3/10/2022). Dan kebanyakan korbannya adalah para pengemudi ojek online yang masih beroperasi hingga tengah malam. Mengerikan.

 

Kapolres Bogor, AKBP Iman Imanuddin, menghimbau agar masyarakat tak mudah terpancing dengan info yang belum tentu kebenarannya. Namun demikian, masyarakat harus tetap waspada. Dan menghindari keluar rumah saat tengah malam hingga dini hari untuk mengantisipasi kejadian yang tak dikehendaki (jawapos.com, 3/10/2022).

 

Penyebab Utama Munculnya Kekerasan Remaja

Maraknya gengster di berbagai kota, tentu menimbulkan ketidaknyamanan di tengah masyarakat. Karena keamanan yang terancam. Tentu hal ini tak bisa dibiarkan begitu saja.

 

Tindakan tawuran, gengster atau kenakalan remaja lainnya tampak berpola dan terus berulang. Artinya, belum ada regulasi yang dapat menuntaskannya secara tepat.

 

Berdasarkan laporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), mencatat hingga Agustus 2020, terdapat 123 anak yang berhadapan dengan hukum sebagai pelaku. Kriminalitas terbanyak berupa kekerasan fisik, sebanyak 30 kasus dan kekerasan seksual sebanyak 28 kasus (katadata.com, 31/8/2020). Sementara data yang belum terdata masih sangat banyak di lapangan hingga tahun 2022. Fakta ini pun sangat tampak, di sekitar lingkungan tempat tinggal.

 

Rusaknya moral yang ditampakkan hari ini, salah satunya sebagai akibat dari minimnya pola asuh keluarga. Sebagian besar, anak-anak remaja pelaku tawuran dan kekerasan adalah anak-anak broken home yang minim perhatian orang tua sejak kecil. Umumnya, anak yang hidup dalam lingkungan rumah tangga yang tak harmonis, berdampak pada psikisnya. Anak merasa tak aman, tak memiliki tempat berlindung, hingga akhirnya menganggap rumah dan orang tua bukan sebagai pelabuhannya saat dilanda masalah.

 

Pakar Psikologi Perkembangan Anak, UGM, Dr. Arum Febrianti, M.A, berpendapat bahwa upaya pencegahan kekerasan pada anak harus diusahakan sejak dini, yang dimulai dari institusi keluarga. Inilah yang menjadi rekam jejak dalam ingatan masa anak-anak. Yang juga berpengaruh pada pola tingkah lakunya saat remaja dan menjelang dewasa (voi.id, 19/4/2022).

 

Ditambah parah lagi, buruknya perilaku remaja saat ini karena sistem pendidikan yang kini diterapkan. Sistem yang tak mumpuni dalam menciptakan generasi unggul yang cemerlang. Sekulerisasi sistem pendidikan yang liberal. Meniadakan nilai agama dalam bertingkah laku. Tak mengenal benar atau salah. Ini pun menjadi salah satu sebab utama timbulnya remaja krisis identitas dan hanya tahu pola eksistensi diri dengan jalan yang keliru. Remaja hanya tahu kesenangan. Tanpa tahu, arah tujuan kehidupannya.

 

Belum lagi, arus digitalisasi media yang luar biasa. Tanpa filter. Generasi muda cenderung meniru segala sesuatu yang dilihatnya. Tanpa memperhitungkan aturan. Banjirnya tontonan nir akhlak, nir ilmu dan tanpa manfaat, menciptakan remaja yang keliru dalam mengambil pola pikir dan pola sikapnya. Ini pun sangat berbahaya.

Solusi Tepat Sasaran

Islam sangat menjaga generasi. Karena peradaban yang gemilang, dapat diraih dengan akhlak generasi yang cemerlang. Sistem Islam menyajikan kurikulum pendidikan yang terstruktur dan terukur dan menjadikan syariat Islam sebagai landasan pendidikan utama.

 

Betul sekali, keluarga menjadi awal pendidikan generasi. Namun, fungsi negara lebih utama dalam pendidikan generasi. Negara berkewajiban menciptakan regulasi yang tepat tanpa memperhitungkan untung rugi. Karena dalam Islam, generasi adalah kunci utama penggerak peradaban. Sehingga pendidikan pemuda menjadi hal yang paling utama dalam pelaksanaannya.

 

Negara pun wajib hadir dalam penyusunan sistem pendidikan Islam berbasis akidah Islam. Sehingga dapat dipastikan tercipta generasi-generasi tangguh yang aktif dan produktif berbasis syariat Islam. Demi kemajuan kehidupan. Penyelenggaraan pendidikan Islam berkualitas dengan biaya yang sepenuhnya ditanggung negara, otomatis dapat meminimalkan tingkat kenakalan remaja.

 

Tak hanya itu, edukasi yang berkesinambungan pun diperlukan dalam proses pendidikan. Berkesinambungan antara keluarga, lembaga dan kurikulum pendidikan, serta kebijakan negara. Bekerjasama optimal dan maksimal demi terciptanya generasi akhlakul karimah. Wallahu a’lam bisshowwab. [LM/EH/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis