BBM Naik, Rakyat Makin Terusik
Lensa Media News-Kenaikan BBM yang baru saja dirilis oleh pemerintah (03/09/2022) meniscayakan kenaikan seluruh harga kebutuhan pokok. Hanya kebutuhan pokok, sedangkan pendapatan tidak sama sekali ikut naik. Kenaikan BBM ini adalah akibat kebijakan penguasa yang keliru mengelola SDM yang sejatinya milik umat(masyarakat). Sedangkan penguasa dibebankan amanah di pundaknya untuk mengelola dengan benar dan tepat.
Semua kebijakan zalim yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak lain akibat dari diterapkannya sistem kapitalisme. Sistem dimana seluruh sektor migas justru menjadi ladang bisnis para pemegang modal. Dan siapa yang mengelolanya? Pastinya para pengusaha yang kaya. Dalam sistem ini, penguasa bisa dikatakan sebagai makelar yang berkelindan sana sini. Mengutamakan kepentingan pemilik modal hingga ‘tega’ memperdagangkan hajat hidup publik.
Sistem kapitalisme yang menyuburkan lahirnya penguasa zalim, yang enggan memikirkan kebutuhan hidup rakyatnya. Sungguh sangat berbeda dengan Islam. Dimana dalam sistem Islam, seorang pemimpin yang adil dan amanah, itu justru hadir dari sebuah kesadaran. Terlebih seorang penguasa begitu amanah karena sebuah tanggung jawabnya di hadapan Allah Swt. atas kepemimpinannya kelak di yaumil hisab .
Dalam pandangan Islam, SDA yang jumlahnya besar seperti minyak bumi ini merupakan kepemilikan umum. Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah Saw., ” Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api.” ( HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Ustadz Yuana juga memaparkan, bahwasanya minyak dan gas termasuk kepemilikan umum. Haram dimiliki secara individu (privatisasi) baik swasta asing maupun dalam negeri.
Maka sudah semestinya pemerintah mengelola secara langsung tanpa alasan apapun. Dan tidak boleh pemerintah menyerahkannya ke pihak swasta maupun asing. Karena BBM hakikatnya kepemilikan umum sehingga kebermanfaatannya harus dirasakan oleh masyarakat. Dan ini pasti membutuhkan ahlinya dalam pengolahannya. Tentu biayanya tidak sedikit. Oleh karena itu negaralah yang mengambil alih pertanggungjawaban tersebut. Sungguh, hanya sistem Islamlah yang mampu melahirkan aturan yang menjadikan hidup rakyat menjadi sejahtera dan berkah. Wallahu’alam bishawab. [LM/IF/ry].
Susi, SE
(Tim Penulis Dakwah Maros)