Non-Biner Berani Eksis, Jati Diri Remaja Kian Krisis
Oleh Ana Mujianah, Jakarta Timur.
Perbincangan mengenai non-biner kembali mencuat akhir-akhir ini. Hal itu bermula setelah viral di media sosial sebuah video mahasiswa baru Unhas yang dikeluarkan oleh dosen pada Jum’at (19/8/2022) karena terang-terangan mengaku sebagai non-biner pada acara perkenalan maba.
Pengakuan sebagai gender netral yaitu bukan laki-laki tapi juga bukan perempuan (non-biner) sebenarnya sudah muncul sejak lama. Namun, mereka masih malu-malu menampakkan identitasnya karena hal ini jelas bertentangan dengan norma masyarakat dan agama. Mirisnya, hari ini, kuatnya penerapan sistem sekuler yang melahirkan kebebasan di berbagai negara termasuk negeri muslim, membuat para non-biner mulai berani terang-terangan bahkan seolah ingin mendapat pengakuan masyarakat.
Jika kita mau jujur, non-biner jelas merupakan pengakuan gender yang bertentangan dengan fitrah, karena pada dasarnya manusia diciptakan hanya dengan dua jenis gender saja yaitu laki-laki dan perempuan. Tidak ada gender abu-abu. Lalu bagaimana dengan mereka yang katanya bingung dengan gendernya? Sebenarnya mudah saja mengidentifikasi, kembalikan kepada fitrah asal penciptaannya sebagai laki-laki ataukah perempuan, kemudian berperilakulah sesuai fitrahnya jangan mengikuti hawa nafsu.
Persoalannya hari ini, kebanyakan manusia berperilaku mengikuti hawa nafsunya, yang itu dijamin oleh sistem sekuler yang diterapkan. Kebebasan berperilaku membuat manusia bertindak sesuka hati tidak mau tunduk pada kebenaran hakiki dari Sang Penciptanya. Maka, untuk menyelesaikan persoalan ini, butuh peran negara. Negara harus hadir memberikan aturan yang jelas, tidak boleh mentolerir hal-hal yang bertentangan dengan agama. Jika masih ada yang melanggar, maka negara harus memberikan sanksi yang tegas.
Selain itu, untuk mencegah munculnya ide-ide menyimpang, negara juga harus memberikan edukasi yang benar kepada masyarakat khususnya generasi muda agar mereka memahami jatidirinya dengan benar. Sehingga para generasi muda yang sedang dalam proses mencari jati diri, tidak mudah terjebak pada ide sesat yang justru menjauhkan mereka dari fitrahnya yang benar. (LM/LN)