Solusi Tuntas Menghadapi Islamophobia
Penetapan 15 Maret sebagai hari internasional memerangi Islamophobia oleh PBB rupanya tak mampu mencegah aksi pembakaran Al Quran oleh seorang politisi Swedia yang bernama Rasmus Paludan baru-baru ini (15/04).
Tak bisa dipungkiri sejak peristiwa WTC 11 September 2001 di New York, umat Islam dipandang sebagai penyebab semua persoalan dan secara stereotip mereka menjadi sasaran tuduhan tersebut. Masalahnya tuduhan itu tanpa bukti bahkan tak memiliki argumentasi yang jelas. Akhirnya mengakibatkan prasangka buruk terhadap Islam dan kaum muslimin. Ketakutan yang lahir dari prasangka buruk terhadap Islam inilah yang kita sebut sebagai Islamophobia.
Isu terorisme dan radikalisme yang terus digulirkan, semakin menyebarkan Islamophobia ke seluruh dunia. Akibatnya umat Islam yang tak bersalah menjadi korban dari isu ini. Sudah ratusan nyawa melayang sia-sia akibat opini negatif terhadap umat Islam.
Mengapa umat Islam tidak bisa menghadapi maraknya Islamophobia? Jawabannya karena saat ini, umat Islam tak memiliki perisai. Karenanya berbagai pihak memanfaatkan untuk melampiaskan kebencian, memenangkan kepentingan politik dan ekonomi dan mengekalkan kebusukan peradaban batilnya. Situasi seperti ini pun telah dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam untuk mengadu-domba dan memecah-belah, yang mengakibatkan dunia Islam habis energinya terkuras karena saling cakar terhadap saudara sendiri.
Maka Islamophobia tak bisa dihentikan hanya dengan mengandalkan adanya penetapan Hari anti Islamophobia oleh PBB. Yang harus dilakukan umat Islam adalah segera mewujudkan persatuan di bawah kepemimpinan Islam yakni khilafah yang terbukti mampu menjadi perisai Islam dan kaum muslim.
Eli Supriatin
[hw/LM]