UU TPKS Bukan Solusi untuk Perempuan

Anggota dewan yang terhormat akhirnya meloloskan RUU TPKS menjadi UU. Padahal sejak masih rancangan pun, UU ini menuai banyak kontroversi. Bagaimana tidak, sejak mendefinisikan apa kekerasan pun sudah bermasalah.

Kekerasan menurut UU ini adalah setiap perbuatan yang bersifat fisik dan atau nonfisik, mengarah kepada tubuh dan atau fungsi alat reproduksi yang disukai atau tidak disukai secara paksa dengan ancaman, tipu muslihat, atau bujuk rayu yang mempunyai atau tidak mempunyai tujuan tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang berakibat penderitaan atau kesengsaraan secara fisik, psikis, seksual, dan kerugian secara ekonomis.

Dari sini kita bisa menilai, bahwa yang akan terkena hukum adalah jika mengandung ancaman dan paksaan. Adapun jika suka sama suka, tidak mengandung ancaman dan paksaan, maka tidak akan terjerat hukum. Akibatnya, hubungan seks bebas tidak bisa dipersoalkan. Bahkan akan menjadi legitimasi bagi pihak manapun yang melakukan seks di luar pernikahan dengan persetujuan. Walhasil bukankah jika demikian sama saja dengan melegalkan perzinaan?

Menyelesaikan masalah kekerasan kepada perempuan dengan UU TPKS tidak akan menyelesaikan masalah. Justru malah menimbulkan masalah baru. Jika ingin menyelesaikan kekerasan terhadap perempuan dengan tuntas seharusnya mencari apa akar masalahnya. Baru kemudian diselesaikan permasalahannya.

Jika ditelaah secara mendalam sebetulnya akar masalah kekerasan perempuan disebabkan dijauhkannnya agama dengan kehidupan. Halal haram tak lagi jadi pegangan. Film dan situs-situs porno dengan mudah diakses siapapun. Sehingga mendorong siapapun yang lemah iman melakukan kejahatannya. Ditambah lagi hukuman yang diberikan pada para pelaku kekerasan tidak membuat mereka jera. Akibatnya kekerasan terhadap perempuan semakin tahun justru semakin meningkat.

Seharusnya para pemangku kebijakan mendiagnosis penyakit yang sedang menimpa masyarakat dengan tepat agar memberikan obat yang benar. Jika salah diagnosis, maka permasalahan yang menimpa masyarakat tidak akan pernah selesai untuk selamanya.

 

Agu Dian Sofiyani

(Aktivis Muslimah)

 

[hw/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis