Semarakkan Konser Musik-Bubarkan Kajian, Ciri Penguasa Sekuler

Oleh : Ika Nur Wahyuni

 

Lensa Media News – Pengunjung Muslim Life Fair dibuat kecewa. Pasalnya acara kajian dari sejumlah pendakwah terkemuka tanah air dibatalkan secara sepihak. Padahal kajian ini adalah bagian dari acara pameran muslim yang digelar pada 25-27 Maret yang lalu di Istora, Senayan, Jakarta. Acara besar ini menghadirkan 195 pelaku usaha halal dan Islami termasuk pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Lima events dan Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia (KPMI) selaku pihak penyelenggara melalui akun Instagram resmi @muslimlifefair telah menginformasikan pembatalan acara kajian pada Jumat (25/3/2022). Tidak dijelaskan alasan pembatalan tersebut. Padahal ribuan pengunjung sudah membeli tiket bahkan sebagian sudah berada di lokasi acara.

Terkait hal ini Ketua KPMI, Rachmat Sutarnas Marpaung mengatakan pembatalan dilakukan atas permintaan otoritas terkait yang enggan dia jelaskan secara rinci. Kajian di gelaran Muslim Life Fair rencananya akan diisi oleh sejumlah ulama bermanhaj Salaf seperti Ustaz Khalid Basalamah, Ustaz Syafiq Riza Basalamah, Ustaz Firanda, dan beberapa Ustaz kondang lainnya. (Bisnis.com, 26/03/2022)

Berbeda perlakuan dengan Joyland Festival di Taman Bhagawan, Bali. Konser musik berskala besar yang sempat vakum di kala pandemi ini diapresiasi luar biasa oleh pemerintah. Dihadiri oleh Presiden Joko Widodo beserta para menteri seperti Menparekraf Sandiaga Uno, Menteri BUMN Erick Thohir, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan serta Kapolri Listyo Sigit Prabowo dan Panglima TNI Andika Perkasa.

Dalam kesempatan itu, Presiden mengumumkan kabar bahagia bahwa konser musik berskala besar diizinkan untuk diselenggarakan. Sandiaga Uno bahkan mengimbau para event organizer (EO) untuk merealisasikan acara-acara yang tertunda dikarenakan pandemi. Dia siap membantu apabila mengalami kendala masalah perizinan. (Jawa Pos, 27/3/2022)

Diskriminasi tampak nyata di dua perhelatan yang berbeda ini. Persekusi dakwah masih ada namun menggunakan cara yang berbeda. Apabila sebelumnya penguasa melakukan sertifikasi penceramah, membatalkan paksa kajian beberapa Ustaz bahkan kisruh daftar penceramah radikal pun masih terus bergulir bak bola panas di tengah-tengah masyarakat.

Kali ini kajian dalam rangkaian acara festival pun dihentikan. Orientasi penguasa makin mengukuhkan bahwa pemerintahan saat ini terpapar virus sekulerisme-radikal akut. Sekulerisme adalah paham yang menjauhkan manusia dari agama dalam menjalankan kehidupan. Agama tidak lagi memiliki peran kecuali untuk ketenangan individu pemeluknya.

Oleh karena itu, apabila Islam kaffah diajarkan untuk urusan publik, maka siapapun yang menyampaikan ajaran tersebut baik individu maupun kelompok harus disingkirkan baik dengan cara halus maupun kasar. Penguasa sekuler berusaha keras untuk menjauhkan rakyat dari ketaatan kepada syariat Islam terutama urusan politik.

Ini mengakibatkan masyarakat semakin tidak paham dan merasa asing dengan ajaran Islam kaffah yang akan membawa keberkahan apabila diterapkan. Masyarakat dibuat buta mengenai politik dan dimabukkan dengan slogan “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat“. Sehingga penguasa dengan mudah melakukan berbagai kezaliman tanpa adanya protes dan perlawanan.

Penguasa sekuler mengarahkan masyarakat untuk berkiblat pada gaya hidup kebarat-baratan yang serba hedonis dan liberal serta apatis terhadap kehidupan di sekitarnya. Kehidupan seperti ini dimanfaatkan para kapitalis dunia industri hiburan sebagai ajang untuk mendulang pundi-pundi rupiah meski kerusakan moral terus terjadi.

Melihat fakta ini seharusnya masyarakat menyadari bahwa diskriminasi terhadap kaum muslim tetap akan terjadi sekalipun dakwah yang disampaikan hanya menyangkut ajaran bersifat personal bukan politik. Dahulu secara kasar mencabut BHP dan menstigma negatif kelompok Islam ideologis, maka akan sangat mudah membubarkan kajian di festival kaum muslim. Sekalipun penyelenggaranya notabene kelompok yang selalu menyeru untuk menaati pemerintah sekuler yang mereka anggap sebagai ulil amri yang wajib ditaati. Hal inilah yang seharusnya disadari oleh masyarakat terutama kaum muslim untuk segera menyingkirkan sekulerisme dari perpolitikan dan tampuk kepemimpinan di negeri ini yang menyebabkan kehinaan, kenistaan dan penderitaan.

Tentu saja upaya ini tidak ringan dibutuhkan persatuan umat Islam untuk mengemban dakwah politis seperti yang dirumuskan Rasulullah Saw. ketika menyingkirkan ajaran jahiliyah yang menyesatkan. Beliau terus-menerus melakukan pembinaan di rumah sahabat Arqam bin Abi Arqam untuk menanamkan syakhsiyah Islam (pola pikir dan pola sikap Islam) kepada para sahabat.

Sehingga keimanan menjadi kuat dan tidak mudah goyah. Tidak berhenti sampai di situ saja, Rasulullah Saw. dan para sahabat juga mulai melakukan aktivitas dakwah yakni menyeru tentang kebenaran Islam kepada masyarakat dan para penguasa. Sampai pada akhirnya berdirilah Daulah Islam pertama di Madinah.

Rasulullah Saw. sebagai peletak dasar kepemimpinan dalam Islam sekaligus kepala negara. Selanjutnya diteruskan oleh Khulafaur Rasyidin dan para khalifah setelahnya. Jadi sudah kewajiban setiap muslim untuk mengikuti metode Rasulullah dalam membangun kembali Daulah Islam yang akan membawa keberkahan dan mengubur dalam-dalam sistem kufur kapitalis-sekuler.

[if/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis