Pawang Hujan yang Kehujanan

Oleh: Kartiara Rizkina M S. Sosio

(Aktivis Muslimah Aceh)

 

Lensa Media News – Beberapa hari ke belakang MotoGP Mandalika menjadi sorotan. Pasalnya ada fenomena seorang pawang hujan yang sedang melakukan ritual di tengah derasnya hujan dan petir di Sirkuit Mandalika.

Pawang hujan yang bernama Rara Istiani Wulandari ini sebelumnya sudah diperkenalkan ke publik sejak hari pertama untuk membuat cuaca Mandalika bersahabat. Namun, jelang race utama, hujan disertai petir justru turun. Alhasil, balapan ditunda.

Setelah sempat diguyur hujan saat melakukan ritual mengusir hujan akhirnya hujan pun berhenti dan balapan kembali dilanjutkan. Aksi ini membuat sang pawang hujan MotoGP Mandalika 2022 itu menjadi trending topic di Twitter. Dan disorot pihak MotoGP melalui cuitannya, sebelum balapan berlangsung. (Suara.com 20/3/2022) .

Pro kontra pun terjadi, banyak pihak merasa aksi pawang hujan sangatlah memalukan. Sehingga publik mempertanyakan apakah tidak ada prakiraan cuaca dari BMKG, sehingga pemerintah mempekerjakan pawang hujan dengan bayaran yang fantastis.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto angkat bicara, ia menegaskan hujan berhenti pada gelaran MotoGP Mandalika bukan karena pawang hujan tetapi karena faktor durasi hujannya yang sudah selesai.

“Dan buktinya, kan dari awal pawang itu sudah bekerja, tapi kan enggak berhenti juga. Artinya itu jadi sebenarnya kemarin waktu berhentinya itu bukan karena pawang hujan, karena durasi waktunya sudah selesai. Kalau dilihat prakiraan lengkap di tanggal itu memang selesai di jam itu. Kira-kira jam 16.15 itu sudah selesai, tinggal rintik-rintik itu bisa dilakukan balapan kalau dilihat dari prakiraan nasional analisis dampak yang kita miliki BMKG,” ucap Guswanto. (Cnn.indonesia 22/3/2022)

Fenomena alam yang terjadi seperti hujan merupakan kehendak Allah tanpa ada yang mengaturnya. Manusia sama sekali tidak bisa memindahkan apa yang sudah menjadi ketetapan Allah. Tetapi manusia hanya bisa berdoa meminta agar hujan yang diturunkan bermanfaat, serta berikhtiar sesuai kadarnya dalam areanya sebagai hamba.

Adapun mengundang pawang hujan hukumnya sama seperti mengundang dukun (paranormal). Perbuatan ini juga termasuk dosa besar yang dapat menjerumuskan seseorang pada kekufuran.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :

 من أتى كاهنا فصدقه بما يقول فقد كفر بما أنزل على محمد

Barangsiapa mendatangi dukun lalu mempercayai apa yang dikatakannya, maka dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad (Al-Qur’an).” (Hadist Riwayat At-Tirmidzi)

Memang tidak dapat dipungkiri praktik kesyirikan seperti ini marak terjadi di negeri ini. Apalagi praktik ini malah dipertontonkan secara nasional oleh penguasa yang beragama muslim yang mayoritas penduduknya muslim. Inilah buah dari diterapkan sistem sekuler-liberal yang memisahkan agama dari kehidupan.

Sistem sekuler-liberal menempatkan penguasa bukan sebagai penjaga akidah umat, walaupun penguasa di negeri tersebut muslim, tetapi agama hanya dianggap sebagai masalah pribadi sehingga tidak ada campur tangan negara di dalamnya.

Anehnya, ulama yang peduli menjaga akidah umat agar kembali pada syariat, malah dilabeli sebagai ulama radikal, intoleran, dan lain sebagainya. Seolah pemerintah anti dengan syariat tapi membiarkan kesyirikan.

Dalam Islam, agama dan negara itu saling beriringan. Agama tidak hanya menjadi dasar keyakinan dan amal perbuatan individu muslim, tetapi juga menjadi landasan pengaturan kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Negara Islam akan menjadikan akidah Islam sebagai dasar negara. Segala sesuatu yang menyangkut institusi negara, perangkat negara dan pengawasan atas tindakan negara harus dibangun berdasarkan akidah Islam, kenapa, karena Islam itu lengkap dan paripurna.

Untuk itu Imam al-Ghazali mengatakan: “Bahwasanya hubungan agama dan kekuasaan sangatlah penting karena memiliki ketergantungan satu sama lain. Agama adalah dasar (pondasi) dan penguasa merupakan penjaganya. Sesuatu yang tanpa dasar (pondasi) akan runtuh dan suatu dasar (pondasi) tanpa penjaga akan hilang. ” 

Penjagaan akidah umat oleh penguasa ini telah banyak dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan para sahabat. Seperti masa kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq, beliau bersikap keras bahkan memerangi orang-orang yang murtad dan para Nabi palsu.

Hal itu dilakukan Abu Bakar untuk menjaga akidah umat Rasulullah saw. Agar sepeninggalnya beliau, umat tidak berpaling dari hukum syariat. Maka kesimpulannya, negara dan penguasa kaum muslim harus berperan aktif dan turut campur dalam melindungi umat dari setiap upaya yang ditujukan untuk menggerus, menistakan dan melenyapkan akidah Islam. Dengan sistem syariat, dalam bingkai institusi yang disebut sebagai khilafah.

[ln/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis