Benarkah Jawa Timur Tak Miskin Lagi karena Pemimpinnya Perempuan?
Reportase – PKAD—Mencermati narasi yang berkembang di masyarakat yang mengatakan bahwa Jawa Timur tidak miskin lagi karena dipimpin oleh seorang gubernur perempuan, Fatma Sunardi, S.Si, (Pemerhati Politik dan Kebijakan Publik) mengatakan bahwa itu tidak ada kaitannya dengan teori-teori kepemimpinan.
“Karena kepemimpinan itu adalah kemampuan seseorang yang bisa mempengaruhi orang lain, kalau seorang gubernur berarti bisa mempengaruhi seluruh jajarannya dalam meraih tujuan yang ditetapkan,” jelasnya. Dalam Insight ke 130 Pusat Kajian dan Analisa Data (PKAD) : Pengumuman!!! Jawa Timur Nggak Miskin Lagi? Jum’at (21/01/2022) di Youtube Pusat Kajian dan Analisa Data.
Kemudian Fatma memaparkan, jadi sebenarnya hal pokok yang harus dimiliki oleh sebuah kepemimpinan itu adalah :
Pertama, terkait dengan teori-teori kepemimpinan seperti bagaimana dia bisa membuat konsep, merancang, memiliki ketajaman mengevaluasi, memonitor sebuah perencanaan dan membangun sebuah komunikasi dan sebagainya. Kedua, jam terbang atau skill-nya juga pengalaman.
“Kedua hal itu tidak ada kaitannya dengan dia perempuan atau laki-laki karena kedua hal tersebut bisa dikerjakan baik oleh perempuan maupun laki-laki,”ujarnya.
Lalu Fatma melanjutkan, jika keberhasilan Jawa Timur dalam mengentaskan kemiskinan itu dikaitkan dengan kepemimpinan perempuan dan terkesan dibesar-besarkan narasinya, maka ini sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari arus opini yang berkembang saat ini, di mana Indonesia juga sedang mengembangkan opini perempuan bab kepemimpinan.
“Arus ini diambil dari UN Women, di mana nanti pada tanggal 21 maret yang akan mengangkat tema perempuan dan kepemimpinan yang akan diaruskan ke seluruh dunia,” ungkapnya.
Dengan demikian menurut Fahma, yang menjadi penyebab prestasi perempuan sekecil apapun akan dibesar-besarkan dan dinarasikan sedemikian rupa adalah karena narasi ini diusul oleh sistem yang berlaku saat ini.
“maka sebagai seorang muslimah tidak layak mengikuti narasi ini karena hakikatnya narasi ini bukan berasal dari Islam,”tutupnya.
(Hanif Kristianto, Analisis Politik dan Media) .
[ry/LM]