Optimasi Edukasi tuk Raih Ridho Ilahi

Oleh: Yuke Octavianty

(Komunitas Pejuang Pena Dakwah)

 

Lensa Media News – Ibadah haji dan umroh adalah ibadah impian untuk seluruh kaum muslimin dunia. Namun, apa jadinya, jika niat suci dan mulia terpeleset dalam perbuatan yang keliru?

Tak dipungkiri, di setiap laman media sosial masyarakat yang sedang melaksanakan haji ataupun umroh selalu dipenuhi foto-foto ataupun video dengan tajuk Masjidil Haram, Masjid Nabawi ataupun Ka’bah. Tentu hal ini melahirkan persepsi berbeda pada pemikiran setiap orang. Dan dikhawatirkan “terpeleset” niatnya. Yang awalnya lurus hanya untuk meraih ridha Allah Swt. Setelah mengambil foto atau video, menjadi niat yang keliru. Ingin memamerkan keberadaannya yang tengah berada di Tanah Suci, yang notabene sebagai perjalanan mahal. Dan tak semua orang dapat menjalankannya.

Belum lama, pemerintah Arab Saudi resmi menetapkan pelarangan swafoto di sekitar Ka’bah, Masjidil Haram, dan Masjid Nabawi (kompas.com, 24/11/2021). Jika ada pelanggaran terhadap aturan tersebut, akan dikenakan denda yang tak ringan, seperti yang diberitakan Thesaudiexpat.com.

Larangan mengambil foto dan video diarahkan untuk menjaga kehormatan dan menjaga esensi pada tempat-tempat suci di seluruh negeri Arab Saudi, yang dikenal sebagai negeri kelahiran para Nabi dan negeri suci seluruh umat muslim dunia.

Mengambil foto, video dan menyebarkannya di laman media sosial, dikhawatirkan melahirkan niat yang keliru. Bahkan yang paling ditakutkan adalah masuk dalam kategori perbuatan riya (pamer). Sungguh sangat berbahaya jika suatu amalan telah masuk dalam “wilayah” riya .

Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani berpendapat mengenai riya yang ditulis dalam kitabnya ” Fathul Baari “. Beliau menyatakan bahwa “Riya ialah menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amalan tersebut.”

Dalam QS. An Nisa ayat 142, Allah SWT. berfirman yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk sholat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”

Luar biasa dampak riya pada niat tulus kita dalam beribadah kepada Allah Swt. Inilah salah satu titik urgensi, bahwa ilmu syariat sangat dibutuhkan dalam aplikasi kehidupan sehari-sehari. Salah satunya adalah ilmu untuk meluruskan niat beribadah kepada Allah Swt, dengan satu tujuan yang utama yaitu, untuk meraih rida Allah Swt.

Tentu negara tak bisa angkat tangan dalam masalah ini. Namun, justru negara adalah lembaga utama yang dapat memberikan pendidikan benar sesuai syariat. Karena negara lah yang berkewajiban menjaga umatnya di dunia agar selamat di akhirat kelak. Saat negara dapat mengedukasi dengan optimal dan menjaga taraf pendidikan umatnya, di sinilah tampak bahwa negara berhasil memberikan ri’ayah (mengurusi) umat.

Optimalisasi edukasi terhadap umat memang tidak mudah. Dalam hal ini dibutuhkan struktur negara yang amanah dalam pengurusannya. Hingga dihasilkan kekuatan luar biasa dalam pengaplikasiannya. Dan hal tersebut hanya dapat terwujud dalam Daulah Khilafah, negara yang berdasarkan syariat Islam dan mengikuti tuntunan Rasulullah Saw.

Wallahu a’lam bisshowwab.

 

[faz/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis