Ide Moderasi Kian Menguat, Menantang Syariat, Jauh dari Taat

Oleh: YukeOctavianty

(KomunitasPejuang Pena Dakwah)

 

Lensa Media News – Permadi Arya, atau yang lebih dikenal dengan nama Abu Janda, kembali menuai kritik publik. Ucapannya yang selalu menantang syariat, membuat namanya selalu mencuat.

Melalui akun instagram miliknya, @permadiaktivis2, Abu Janda menyebut “di kitab Alquran, tidak ada ayat yang melarang ucapkan selamat Natal. Itu hanya karangan, “cocoklogi” dari orang-orang intoleran saja”. Bahkan Abu Janda menantang kaum muslimin dengan mengadakan sayembara bernilai 50 juta rupiah. Syaratnya dengan, menunjukkan dalil tentang larangan mengucapkan selamat Natal.

Postingan ini pun membuat suasana media sosial semakin memanas. Sayembara ini pun diakhiri dengan “kemenangan” telak Abu Janda. Dan diputuskan tak ada pemenang. Padahal banyak netizen yang “kepanasan” dengan tingkah Sang Abu Dan membeberkan beberapa ayat Alquran dan uraian hadis. (Malangtimes.com, 16/12/2021)

Pola pikir sekuler menjadikan seseorang tak memiliki pemahaman sempurna tentang agama dan syariatnya. Karena agama dipandang sebagai keyakinan saja. Agama diterima hanya sebagai aturan ibadah. Bukan sebagai aturan yang harus diterapkan untuk mengatur seluruh segi kehidupan.

Wajar saja jika sekularisme, yaitu paham yang memisahkan aturan agama dari kehidupan melahirkan manusia-manusia angkuh yang tak bertanggung jawab. Ini sangat berbahaya bagi umat. Karena dikhawatirkan mengganggu pemahaman umat. Apalagi, saat ini kesadaran mempelajari syariat Islam sangat rendah, sehingga dapat merusak keyakinan seorang muslim dengan mudah.

Tentu hal ini bertentangan dengan syariat Islam. Islam menetapkan bahwa akidah Islam adalah pondasi yang harus selalu dijaga. Pondasi yang dapat mengokohkan bangunan agama dalam diri seorang muslim.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:

Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami”(HR. Tirmidzi no. 2695. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadis ini hasan).

Juga dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:

Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk kelubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).

Dalam kedua hadis tersebut sangat jelas bahwa Rasulullah SAW, melarang tasyabbuh. Yaitu aktivitas yang menyerupai suatu kaum. Baik amalan, ucapan maupun keyakinan. Larangan ini bersifat jazm (pasti). Karena tasyabbuh akan merusak akidah seorang muslim. Hingga dapat berakhir pada kemurtadan. Salah satu cara menjaga akidah Islam adalah dengan meninggalkan tasyabbuh.

Menguatnya ide tasyabbuh menandakan bahwa hawa “moderasi” beragama di negeri ini kian mendapat suara. Kelompok intoleransi yang selalu ditujukan kepada kaum muslimin semakin hari semakin mengganggu pemahaman umat. Kaum muslimin yang dicap radikal dan fanatik, senantiasa dituding sebagai pemecah persatuan bangsa. Inilah buah dari sistem yang gagal. Sistem yang berdasarkan hanya pada logika manusia. Sistem gagap yang gagal memberi solusi pada seluruh masalah umat. Termasuk masalah daruratnya akidah.

Syariat Islam pasti mengandung maslahat bagi umat. Sebagai muslim, wajib hukumnya untuk menaati segala syariat Islam, secara ikhlas maupun terpaksa. Ketaatan terhadap syariat Islam hanya dapat sempurna dilaksanakan dalam sistem yang amanah. Sistem Islam lah satu-satunya sistem yang amanah. Karena sistem Islam membentuk suatu tatanan negara yang tunduk pada syariat. Negara pun memiliki kewenangan penuh untuk menciptakan umat yang taat.

Wallahu a’lam bisshawab.

 

[LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis