Childfree, Salahi Kodrat Ilahi
Oleh: Yuke Octavianty
(Komunitas Pejuang Pena Dakwah)
Lensamedianews.com-Pernikahan sejatinya merupakan peristiwa sakral bagi umat manusia. Bersatunya dua pribadi yang berbeda dengan niat beribadah kepada Allah. Selain itu, menikah juga merupakan jalan yang sah untuk mendapatkan keturunan saleh/salehah.
Namun kini, banyak konsep kehidupan yang menyalahi aturan syara. Salah satunya konsep childfree. Suatu konsep kehidupan yang tidak menghendaki keturunan dalam pernikahan. Dan bahayanya, konsep ini menjadi tren bagi sebagian orang. Beragam alasan menyembul untuk membenarkan konsep. Mulai dari repot mengurus, menghalangi karier, kesiapan mental, hingga perubahan iklim (vice.com, 20/8/2021). Konsep ini sudah mulai marak sejak awal abad 20. Dan kini mulai menjamur di Indonesia.
Tren gaya hidup itu pun mendapat sorotan dari Wakil Ketua Majelis Dakwah dan Pendidikan Islam (Madani) Ustadz Ainul Yaqin (okezone.com, 19/8/2021). Ustadz Ainul menasihati dengan ayat Al-Qur’an QS. Yusuf, ayat 87, yang artinya “Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum kafir.” (QS.Yusuf: 87)
Dosa besar saat kita berputus asa terhadap segala sesuatu yang telah Allah tetapkan. Dalam QS. Yusuf ayat 87 disebutkan hanya orang kafir yang berputus asa atas segala rahmat Allah. Proses berpikir yang rusak dan salah kaprah saat kita menganggap bahwa keturunan (anak) sebagai beban kehidupan, menambah anggaran rumah tangga atau bahkan menganggapnya sebagai penghalang.
Dilansir dari muslimahnews.com (21/8/2021), Ustadz Iwan Januar, seorang praktisi parenting keluarga muslim mengungkapkan bahwa dalam kehidupan sekuler, ukuran kebahagiaan bukan lagi keberlimpahan berkah dan pahala, tetapi kepuasan pribadi, termasuk dalam pernikahan.
Sungguh, kehidupan yang jauh dari aturan Sang Pencipta, sudah pasti jauh dari rahmat Allah. Konsep aturan yang memisahkan aturan agama dengan kehidupan, telah membuat kacau aturan yang telah Allah tetapkan. Kehidupan hedonis, membuat pemikiran manusia menjadi cacat.
Memiliki keturunan, sejatinya kebutuhan utama manusia dalam menjaga kelestarian hidup. Dalam Islam, memiliki keturunan adalah ibadah luar biasa. Mulai dari hamil, melahirkan, menyusui dan merawat anak. Pahala istimewa dihadiahkan kepada seorang muslimah saat menerima segala yang Allah tetapkan baginya. Tentu ini semua tak sia-sia. Bahkan anak yang dirawat dengan kasih sayang dengan menerapkan aturan Allah menjadi amal jariyah hingga kedua orang tuanya meninggal.
Dari Abu Hurairah ra. dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah Saw. bersabda: “Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak sholeh yang berdoa baginya.”
Jelaslah dalam hadis tersebut, bahwa keturunan shaleh dan salehah merupakan investasi istimewa di hari akhirat kelak. Dan keturunan merupakan jalan bagi kedua orang tuanya untuk memetik pahala sebanyak-banyaknya saat masih hidup.
Lantas, masihkah kita bersandar pada konsep kacau yang merusak kehidupan? Islam-lah satu-satunya sistem sahih yang diciptakan untuk teratur dan sempurnanya kehidupan manusia. Wallahu a’lam bissbowwab. [LM/Mi]