Kritikan Tuai Retasan, Bukti Cacatnya Sistem

Oleh: Yuke Octavianty

(Pegiat Literasi Dakwah)

 

Lensamedianews.com-Suara kritik pedas umat untuk para penguasa, sebetulnya sangat berharga dalam keberlangsungan politik pemeliharaan rakyat. Belum lama, suara para mahasiswa kembali berkobar. Kian panas dan menggeliat pasti. Wajar saja menjadi viral di berbagai media sosial. Dilansir dari laman keuangannews.com (30/6/2021), BEM UI memberikan gelar khusus kepada Jokowi dengan sebutan “The King of Lip Service” karena ribuan janjinya yang tak kunjung dipenuhi. Tagarnya pun menjadi salah satu perbincangan utama. Presiden Mahasiswa USU (Universitas Sumatera Utara), Muhammad Rizki Fadhillah, mendukung BEM UI untuk terus menggulirkan kritik terhadap penguasa yang dijalankan sesuai koridor sebagai mahasiswa (geloranews.com, 30/6/2021).

Aksi kritikan tersebut diikuti oleh aksi peretasan akun Whatsapp sejumlah pengurus BEM UI (suara.com, 30/6/2021).
Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera mengatakan bahwa peretasan terhadap akun whatsapp para mahasiswa BEM UI seusai kritikan terhadap Jokowi, adalah hal yang tidak elegan (suara.com, 30/6/2021). Menurut Mardani, pembungkaman suara kritis masyarakat adalah suatu hal tak elegan sebab suara masyarakat merupakan kata hati jujur yang dimiliki umat. Penilaian seutuhnya ada pada suara rakyat. Rakyatlah yang secara nyata merasakan hasil kerja para penguasa. Maka, jika suara kritik umat yang ditujukan untuk memperbaiki kinerja pemerintahan dibungkam, bagaimana mungkin pemerintahan bisa memperbaiki kinerja? Bagaimana mungkin pemerintah mengetahui apa yang dibutuhkan umatnya?

Dalam kitab Struktur Negara Khilafah yang ditulis oleh Syekh Taqiyyuddin an-Nabhani (Pustaka Fikrul Islam, 2019), terdapat sejumlah dalil yang menyeru kaum Muslim untuk mengontrol dan mengoreksi para penguasa. Kaum Muslim mencontohkan aktivitas mengoreksi para pejabat pemerintahan pada masa Khulafaur Rasyidin. Umat memiliki hak untuk mengangkat wakil dalam menjalankan syura (musyawarah).

Umat pun berhak untuk mengangkat wakil dalam menjalankan aktivitas muhasabah. Allah SWT mewajibkan kaum Muslim untuk melakukan muhasabah lil hukkam, yaitu mengontrol dan mengoreksi penguasa. Perintah tersebut merupakan perintah yang bersifat tegas. Bertujuan untuk melakukan muhasabah terhadap para penguasa dan mengubah perilaku mereka jika melanggar hak-hak rakyat, melalaikan kewajibannya terhadap rakyat, mengabaikan salah satu urusan rakyat, menyalahi hukum-hukum Islam, atau memutuskan perkara dengan hukum selain hukum yang telah Allah Swt. tetapkan.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

يٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيْفَةً فِى الْاَ رْضِ فَا حْكُمْ بَيْنَ النَّا سِ بِا لْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ الَّذِيْنَ يَضِلُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَا بٌ شَدِيْدٌ بِۢمَا نَسُوْا يَوْمَ الْحِسَا بِ

“Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari Perhitungan”
(QS. Sad 38: Ayat 26).

Pemerintahan dalam sistem liberal kapitalis gagal total dalam mengurusi rakyatnya. Tak heran, rakyat pun menjadi sengsara. Para penguasa tak pernah memikirkan nasib rakyat sebab tujuan mereka hanyalah materi dan keuntungan pribadi. Harta dan kedudukan, membuat mereka lupa hari perhitungan.

Padahal, setiap pemimpin pasti dimintai pertanggungjawaban atas segala kepemimpinannya. Rasulullah Saw. bersabda: “Seorang budak adalah pemimpin bagi harta tuannya, dan ia bertanggung jawab atasnya. Maka setiap dari kalian adalah adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” (HR. Abu Dawud).

Syariat Islam mengatur segala aturan kehidupan, termasuk tentang pemerintahan. Salah satu fokus bahasannya adalah muhasabah lil hukkam. Kritik umat adalah salah satu jalan untuk memperbaiki kinerja penguasa dan pemerintahan. Hasil kerja pemerintahan dikatakan berhasil saat umat sejahtera kehidupannya. Kehidupan dunianya terjamin. Kehidupan akhirat pun terjaga.

Hanya dalam sistem Islam, negara dapat secara optimal memegang kendali nasib umat. Hal ini terjadi karena sistem Islam merupakan satu-satunya sistem yang diwajibkan Allah azza wa jalla atas seluruh makhluk-Nya. Segala sesuatu yang telah diwajibkan Allah sudah pasti menghasilkan maslahat bagi seluruh umat. Lantas, untuk apa kita ragu dengan sistem Islam? Wallahua’lambishawwab. [LM/lnr]

Please follow and like us:

Tentang Penulis