Covid-19 Mengganas, Masih Mau dengan Sistem Kapitalis?
Oleh: Feny Nur Amalia
(STEI Hamfara Yogyakarta)
Lensa Media News – Masih dengan sistem yang sama, sistem yang dimana banyak membingungkan rakyatnya dan tak ada kepastian tetap untuk pandangan manusia. Pandemi Covid-19 hingga kini masih tak ada penyelesaian secara menyeluruh. Termasuk dalam kesehatan di masa pandemi yang semakin meningkat jumlah permintaannya dengan lonjakan setiap harinya.
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mendorong pemerintah untuk menerapkan kebijakan yang radikal agar keluar dari lonjakan pandemi virus corona (Covid-19) saat ini. Hermawan mengatakan pemerintah memiliki dua opsi yang bisa diambil saat ini, yakni PSBB ketat atau lockdown regional. Menurutnya, pilihan yang paling radikal adalah lockdown. (CNNIndonesia.com, 20/06/2021).
Perhimpunan dokter-dokter spesialis mengeluarkan pernyataan merespon situasi pandemi di Indonesia yang tengah mengalami lonjakan kasus Covid-19 secara signifikan. Hingga 5 perhimpunan dokter spesialis mengadakan konferensi pers pada jumat (18/06/2021).
Menurut Dr. Sally, Indonesia menghadapi double ancaman ketika orang-orang dengan komorbid datang ke rumah sakit bersamaan dengan pasien Covid-19. Tak hanya orang dewasa yang terkena virus ini. Merujuk data nasional, proporsi kasus konfirmasi Covid-19 pada anak usia 0-8 tahun mencapai 12,5 persen. Artinya 1 dari 8 kasus konformasi Covid-19 adalah anak (Kompas.com, 19/06/2021).
Kesehatan Negara Terancam Rapuh karena Sistem yang Salah
Tercatat kasus Covid-19 sebanyak 20.574 kasus pada Kamis (24/06/2021), kasus yang bertambah dari catatan sebelumnya. Tambahan tersebut menyebabkan total kasus positif di RI sejak Maret 2020 berjumlah 2.053.995 kasus. Dari jumlah tersebut, 171.542 sebanyak merupakan kasus aktif (Detik.news.com, 25/06/2021).
Kesehatan yang terancam rapuh membuat persoalan yang urgen bagi negara terkait sistem kesehatan. Secara sistem yang dilakukan pun tak kunjung memberi penyelesaian secara tuntas. Hal ini karena sistem yang awalnya masih salah dalam pengarahannya dan terlebih lagi bukan untuk menyejahterakan rakyat.
Pernyataan yang memberi solusi untuk lockdown pun tak dapat menghasilkan penurunan pada kasus Covid-19. Bisa jadi, dari sistem kesehatan ini hanya berorientasi pada bisnis, sehingga negara berjual beli dengan rakyat. Padahal kesehatan adalah kebutuhan yang urgen dan wajib dipenuhi negara.
Hal ini pula disebabkan karena negara mengalami rasionalisasi pendapatan dan belanja yang tidak stabil, strategi dan kebijakan yang diterapkan kurang memadai, bantuan sosial, dan stimulus modal kerja yang lambat dan tidak tepat. Terlilitnya sistem kapitalisme ini menjadikan biang permasalahan negara. Karena dari sistem yang salah ini negara bukannya menangani, malah mengalami kerapuhan dari berbagai sudut.
Islam Memiliki Konsep yang Sempurna
Dalam Islam, negara tidak hanya serta-merta membangun bangunan yang tampak kuat. Namun juga membangun berbagai bidang dalam menyejahterakan rakyat. Termasuk dalam bidang kesehatan. Pasca kekhilafahan Islam, kesehatan sangat dianggap hal yang urgen bagi negara.
Islam yang memiliki para ilmuwan dan para dokter yang luar biasa pada masa kekhilafahan Islamiyah. Dimana memunculkan ilmuwan yang di antara lain Ibnu Sina, Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Al-Razi. Bagaimana beliau menciptakan konsep kesehatan yang berasal dari sumber Al-Quran dan dipadukan untuk kemaslahatan bersama.
Dan penanaman pendidikan Islam yang diterapkan secara menyeluruh sehingga menciptakan manusia-manusia yang berpendirian pada Islam. Pada era khilafah pun sarana seperti rumah sakit keliling yang dapat dijangkau oleh rakyat di desa, pelayanan terbaik untuk umat. Sehingga khilafah benar-benar memberikan perhatian di bidang kesehatan dengan pelayanan maksimal dan terbaik, tanpa membedakan lingkungan, tingkatan ekonomi, atau lainnya.
Pada era khilafah, pejabat atau penguasa kaum muslim bukan hanya mengandalkan anggaran dari negara, namun juga menginginkan pahala yang akan terus mengaliri mereka. Hingga terdapat harta para penguasa yang rela di wakafkan untuk membantu membiayai rumah sakit, memberi pelayanan yang terbaik, perawatan yang terbaik, dan pengobatan pada pasien.
Hal ini dapat menjadikan motivasi dalam menciptakan sistem kesehatan yang kuat dengan membuat perombakan atau perubahan sistem yang salah berubah ke sistem yang benar yaitu sistem Islam. Sistem yang memiliki penerapan secara menyeluruh. Sistem ini pula sudah teruji selama 13 abad, selama menerapkan ideologi Islam. Sehingga tak ada sistem kesehatan yang tidak bisa menjamin umat dalam mendapatkan pelayanannya.
Dari sini, negara bisa memandang bagaimana Islam memiliki bukti keberhasilan dalam penerapannya, dan negara mulai belajar bahwa sistem kapitalisme rapuh. Serta pentingnya dakwah Islam dalam pengokohan dan penanaman pendidikan Islam pada setiap generasi. Kesempurnaan Islam ini menjadikan perhatian penting negara.
Wallahu a’lam bishshawab.
[ah/LM]