Wabah Menggila, Nakes Tak Berdaya
Oleh: Destiantini Siti Mardiah
(Angkrek, Sumedang)
Lensa Media News – Peningkatan angka kasus covid-19 di Jawa Barat selama bulan Juni sangat tinggi, di dalamnya termasuk para tenaga medis yang kini banyak terpapar. Di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung yang merupakan RS rujukan tertinggi di Jawa Barat di awal tahun 2021 jumlah nakes yang terpapar sejumlah 88 orang dan sebelumnya sempat turun hingga 33 orang hingga kini terpantau naik lagi di bulan Juni (tempo.com).
Hal serupa pun terjadi di Sumedang, terhitung sejak tanggal 25 Juni pukul 14.00 wib unit IGD RS Pakuwon ditutup sementara dikarenakan keterbatasan tenaga medis yang ada, sedangkan nakes lainnya terpapar covid 19. Sebelumnya para tenaga medis telah mendapatkan suntikan vaksin Sinovac, namun sepertinya vaksin ini tidak membantu banyak menghadapi gelombang wabah, virus yang menyebar saat ini merupakan Varian Delta turunan dari India yang infeksius meski tidak menjadikan penyakit menjadi lebih berat kecuali beberapa, ini yang menjadi salah satu penyebab lonjakan angka pasien positif semakin meningkat.
Penanganan pemerintah yang tidak serius pun menjadi penyebab lainnya, kebijakan lockdown yang setengah hati tidak dapat memutus rantai wabah. Kurangnya kesadaran dan kedisiplinan masyarakat menjadikan virus semakin merajalela, ketakutan masyarakat akan pemberlakuan lockdown oleh pemerintah dikarenakan tak meratanya bantuan yang diberikan hingga masih banyak oknum yang memanfaatkan situasi buruk ini untuk memperkaya diri sendiri. Hal inilah yang membuat rakyat tidak patuh dan enggan percaya dengan kebijakan yang diterpakan terkait wabah covid 19.
Buruknya sistem kapitalime sangat jelas terlihat, peran pemerintah yang seharusnya menjadi pelayan bagi seluruh rakyatnya kini hanya bagi rakyat yang memiliki modal. Maka tak heran dalam kondisi seperti ini sebagian orang malah sibuk menyelamatkan diri sendiri dan keluarganya, kasus korupsi dana bantuan dan pengadaan alat kesehatan tak lepas dari jamahan para koruptor. Maka sudah jatuh tertimpa tangga menjadi perumpamaan yang tepat bagi kondisi masyarakat kita sekarang. Kesemrawutan ini jika tak diselesaikan akan mengantarkan kehancuran bagi setiap aspek, dan tenaga medis sebagai garda terdepan menjadi yang pertama bertarung nyawa dengan virus ini. Sungguh luar biasa angka korban jiwa yang telah gugur karena wabah, dan hanya dilihat sebagai angka biasa.
Ini berbeda dengan sistem Islam. Islam memandang bahwa satu nyawa manusia sangat berharga hingga sangat dilindungi oleh negara. Kebijakan lockdown pun akan segera dilaksanakan demi keamanan rakyatnya karena ini adalah bagian dari kewajiban seorang penguasa kepada rakyatnya seperti dalam sebuah hadis, “Imam (khalifah) adalah pengurus rakyat dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus” (H.R Bukhari).
Kepercayaan rakyat pada penguasa akan tinggi karena tak ada keinginan dari penguasa untuk memperkaya diri atau melalaikan kewajibannya, dorongan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. menjadikan penanganan akan terlaksana secara maksimal dan menekan angka jatuh korban jiwa. Rakyat dan penguasa bersinergi dalam melawan wabah yang terjadi tak ada pro kontra maupun kecurigaan, sehingga wabah akan cepat berakhir dan meminimalisir korban jiwa.
Tenaga medis serta pengadaan alat-alat penunjang kesehatan harus diberikan perhatian yang lebih karena berperan sangat penting dalam menangani wabah, kesadaran masyarakat yang tinggi akan menyelamatkan setiap jiwa yang hidup di dunia, sungguh mulia. Maha Suci Allah yang telah menurunkan sistem peraturan yang begitu sempurna, semoga cobaan ini mampu membuka mata kita semua akan agungnya syariat Islam yang mulia.
Wallahu a’lam bi ash showab.
[ra/LM]