Laju Covid Meningkat Drastis, Butuh Solusi Sistemis
Oleh: Neneng Sri Wahyuningsih (Pegiat Literasi)
Lensa Media News- Di negeri ini pandemi telah berlangsung setahun lebih. Namun sayang, bukannya menurun justru sebaliknya semakin meningkat. Saat ini dilaporkan di berbagai daerah mengalami lonjakan yang cukup drastis. Terlebih varian delta yang kian eksis. Hal ini tentu berdampak pada fasilitas pelayanan kesehatan yang kian menipis.
Dilansir dari kompas.com (19/6/2021), sejak Mei 2021 kasus covid-19 mengalami peningkatan drastis. Mengutip data kasus harian dari Satgas Covid-19 bahwa pada 15 Mei 2021, angka penambahan kasus Covid-19 mencapai 2.385 kasus. Perlahan kasus mulai meningkat dan semakin meningkat tajam. Pada 15 Juni 2021 terdapat 8.161 kasus harian, 16 Juni 2021 sebanyak 9.944 kasus, dan pada 17 Juni 2021 terhitung 12.624 kasus. Bisa dikatakan, terjadi peningkatan kasus pada 17 Juni sekitar 500 persen dan diikuti dengan peningkatan kasus kematian berkaitan dengan Covid-19.
Selain peningkatan jumlah Covid-19 yang cukup tinggi, ada hal lain yang harus diperhatikan yakni ketersediaan bed occupation rate (BOR) yang semakin menipis.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Menipis
Tak bisa dipungkiri, laju peningkatan yang tak bisa dibendung ini akhirnya memporak-porandakan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). Terbukti bed occupation rate (BOR) yang disediakan rumah sakit di berbagai daerah hampir penuh.
Menurut kompas.com (19/6/2021), ketersediaan BOR untuk ruang isolasi dan ICU di RS DKI Jakarta hampir penuh. Mengacu pada data Dinkes DKI Jakarta hingga 17 Juni 2021, dari sekitar 8.000 tempat tidur isolasi yang tersedia, sudah terisi 84 persen dan ruang ICU sudah terisi 74 persen.
Hal serupa pun terjadi di daerah lainnya. Bahkan rumah sakit covid yang dulu sempat ditutup, kini terpaksa dibuka kembali guna menampung para pasien yang terpapar virus ini. Terlebih lagi dikarenakan membludaknya yang terinfeksi virus, maka terdapat rumah sakit yang menjadikan lorong-lorongnya sebagai tempat tidur para pasien covid. Jika kondisinya seperti ini bisa dikatakan fasilitas dan pelayanan kesehatan tidak maksimal. Lantas siapa yang bertanggung jawab?
Akar Masalah Terjadinya Lonjakan Drastis
Lonjakan yang semakin tak terkendali ini tentu terjadi bukan tanpa sebab. Menurut Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru), Dr dr Erlina Burhan Sp.P(K), M.Sc,Ph.D. menyampaikan bahwa kasus kembali meningkat setelah dibuka tempat wisata dan pergerakan masyarakat yang tinggi. (kompas.com, 19/2021)
Sudah menjadi rahasia umum bahwa ditengah gentingnya virus berbahaya ini mengintai masyarakat, pemerintah justru membuat kebijakan yang kontradiktif. Salah satunya membuka tempat wisata lebar-lebar. Di samping itu, sedari awal pemerintah tak berani menutup rapat akses masuk ke negeri ini. Semua ini dilakukan demi keselamatan ekonomi.
Padahal menurut Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mengatakan bahwa jika ingin keluar dari lonjakan virus ini maka pemerintah harus mengambil sikap yang tegas yakni PSBB ketat atau lockdown (Cnnindonesia.com, 20/6/2021).
Jika hal demikian terus dibiarkan dan pemerintah tidak mengambil sikap yang tegas maka harapan untuk memutus rantai penyebaran virus hanya ilusi semata. Bahkan pertambahan yang terpapar bisa semakin parah setiap harinya.
Beginilah dampaknya ketika setiap kebijakan diputuskan berdasarkan pemikiran manusia semata tanpa ada panduan dari Sang Pencipta. Segala hal diuji coba. Namun keuntungan materi lebih diutamakan dibandingkan keselamatan manusia. Lantas kebijakan seperti apakah yang mampu mengatasi ini semua?
Solusi Sistemis Atasi Pandemi
Terkait pandemi, Islam sebagai agama yang bersumber dari Sang Pencipta memiliki solusi yang sempurna. Adapun kebijakan Islam dalam mengatasi pandemi ini diantaranya: Pertama, Rasulullah mengajarkan untuk mengisolasi wilayah yang terkena wabah, sedangkan wilayah lainnya bisa bebas beraktivitas. Kedua, Ketika masa-masa isolasi ini, negara harus hadir untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Sehingga yang sedang melakukan isoman tetap terjamin kebutuhannya. Ketiga, kesehatan dalam Islam merupakan hal pokok yang harus dijamin oleh negara. Maka terkait keberadaan rumah sakit dan berbagai fasilitas penunjangnya harus dibawah kendali negara. Mereka akan memberikan pelayanan yang terbaik dan berkualitas serta diberikan secara cuma-cuma.
Dengan adanya kebijakan seperti diatas, dukungan dan kerjasama dari seluruh elemen baik itu negara sebagai pemangku kebijakan, tenaga medis yang bertugas di garda terdepan dan masyarakat yang patuh dengan protokol kesehatan maka akan mampu menekan angka peningkatan virus.
Tentu semua ini akan berjalan dengan lancar ketika sistem yang berlaku di negeri ini berlandaskan pada Islam. Semua aktivitas didasari atas landasan keimanan. Sehingga setiap kebijakan yang dikeluarkan pun akan saling mendukung bukan sebaliknya. Wallahu a’lam bishshowab. [LM/Ra]