Generasi Candu Gadget dan Masa Depan Peradaban Islam

Oleh: Irma Sari Rahayu, S.Pi

 

Lensa Media News- Fenomena kecanduan gadget yang menimpa generasi X tak dapat terelakkan. Benda pipih berupa ponsel pintar, tablet, laptop, televisi atau apapun bentuknya bak sahabat yang tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak hingga dewasa. Lebih-lebih di saat pandemi.

Pandemi Covid-19 yang menghantam negeri lebih dari setahun telah mengubah pola hidup masyarakat yang awalnya beraktivitas bebas di luar, kini harus dialihkan di rumah. Sekolah daring, work from home (WFH) dan gerakan di rumah saja menjadi awal semakin lekatnya gawai dengan kehidupan masyarakat khususnya anak-anak dan remaja.

Selama pandemi Covid-19 Konsultan Anak dan Remaja RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang, Malang, Tiwik Koesdiningsih menerima 10 anak rawat jalan dan 7 pasien rawat inap dengan masalah serupa. Tiwik juga menerima keluhan dari beberapa orangtua karena anaknya mulai malas mengerjakan tugas sekolah dan lebih tertarik bermain gadget baik medsos maupun game online (Republika.co.id, 23/2/2021).

Di Jawa Barat, beberapa anak dilaporkan memerlukan perawatan karena kecanduan gawai. Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Cisarua bahkan melaporkan sudah ada 112 anak yang dirawat karena adiksi (kecanduan) gawai terutama games sepanjang tahun 2020 hingga Februari 2021, seperti yang dituturkan oleh Direktur Utama RSJ Cisarua Elly Marliy (Detik.com, 20/3/2021).

Belum lagi paparan pornografi yang kian akut. Hasil survei Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada 2018 menunjukkan, sebanyak 97 persen dari 1.600 anak kelas 3 sampai kelas 6 SD sudah terpapar pornografi secara langsung maupun tidak langsung (Muslimahnews.com, 30/1/2021).

 

Generasi Muslim dalam Jerat Kapitalisasi Industri Hiburan

Harus diakui, generasi Muslim saat ini lebih akrab dengan gadget sejak harus belajar dengan sistem daring. Pandemi telah menghalangi aktivitas keluar rumah untuk sekolah atau sekadar berkumpul dan bermain dengan teman. Pendidikan masa pandemi yang didominasi pemberian tugas sekolah, dirasakan sangat membosankan. Belum lagi jika orangtua pun sibuk bekerja atau mengerjakan banyak tugas rumah. Alhasil anak-anak lebih asik dengan gadget. Apalagi banyak fitur-fitur games yang menarik, aplikasi tiktok, snack video dan yang lainnya membuat anak-anak semakin lengket.

Tanpa disadari, aktivitas mengakses fitur-fitur gawai tak lepas dari jeratan raksasa industrialisasi dunia. Kondisi pandemi dan meningkatnya penggunaan gawai serta akses internet ditangkap sebagai peluang bisnis yang menggiurkan. Bagi sistem kapitalis sekuler, tak ada istilah halal haram, baik buruk atau apakah komoditi yang dijual merusak ataukah tidak. Selama ada permintaan maka industri akan menyediakan.

Jerat ini bisa dibuktikan dengan masifnya intensitas akses media sosial ataupun top up yang tak boleh berhenti agar gawai tetap “bernyawa”. Bayangkan berapa banyak aliran dana yang mengalir kepada penyedia games online atau produk lainnya. Generasi Muslim hanya dijadikan sebagai target pasar yang besar. Semakin kecanduan artinya semakin loyal sebagai pelanggan. Generasi Muslim pun tumbuh menjadi generasi mager atau malas gerak, malas berpikir hingga berpotensi berbuat kriminal.

 

Gadget dan Peradaban Islam

Islam tak menampik kemajuan zaman dan kecanggihan teknologi. Islam juga tak mengharamkan penggunaan gadget karena merupakan bagian dari madaniah ‘aam atau hasil teknologi. Sesuai kaidah syara “Hukum asal benda adalah mubah selama tidak ada dalil yang mengharamkannya”.

Penggunaan gawai baik televisi, telepon pintar, laptop, tablet atau yang sejenisnya dipergunakan untuk membantu manusia mengakses informasi penting ataupun pekerjaan. Dalam sistem Islam, segala informasi yang beredar tak akan ditemui yang berunsur unfaedah apalagi mengandung pornografi.

Fitur-fitur gawai dirancang sedemikian rupa oleh teknisi-teknisi muslim untuk kemaslahatan Islam dan kaum Muslim. Generasi Z dalam Khilafah Islam akan terpacu menambah tsaqofah dan mempelajari sain untuk memajukan peradaban Islam. Mereka tak akan disibukkan dengan kegiatan unfaedah karena ketaatannya kepada Allah Swt. Fitur-fitur merusak pun tak akan pernah eksis dengan sendirinya karena tak ada peminatnya.

Maka peran negara sangat diperlukan saat ini untuk memutus rantai candu gadget pada generasi. Bagaimana mungkin generasi candu gadget dapat membangun peradaban sebuah negara yang gemilang dan disegani negara lawan? Maka, ambillah sistem Islam saja untuk mengakhiri kecanduan yang meracuni generasi Islam. [LM/Ln]

Please follow and like us:

Tentang Penulis