DBD Mengintai, Warga Bekasi Jangan Lalai

Oleh: Irma Sari Rahayu, S.Pi.

 

Lensa Media News – Musim pancaroba identik dengan bermunculannya berbagai penyakit. Peralihan musim dari hujan ke kemarau, ternyata berpengaruh juga dengan merebaknya wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) di Bekasi. Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat meminta kepada warganya agar waspada dengan DBD selama pergantian musim. Angka kasus DBD yang selalu meningkat dari tahun ke tahun patut menjadi perhatian serius.

Dilansir dari Tempo.co (31/05/2021), Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Tanti Rohilawati mengatakan bahwa sedikitnya ada 730 kasus pasien DBD sejak Januari-April 2021. Dezy Syukrawati selaku Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bekasi menambahkan bahwa kasus DBD tertinggi ada di wilayah Kecamatan Bekasi Utara. Ada 262 kasus di tahun lalu sedangkan tahun ini ada 180 kasus.

Tingginya kasus DBD di Bekasi termasuk kondisi serius. Sepanjang tahun 2020 terdapat 1600 kasus DBD di seluruh kecamatan se-Kota Bekasi. Pada tahun ini lonjakan pasien DBD tertinggi terjadi di bulan April dan Maret. Bahkan sejak Januari-April 2021 wabah DBD telah merenggut nyawa dua orang (SuaraBekasi.id, 31/05/2021).

 

Masyarakat Tak Boleh Lalai

Pergantian cuaca adalah peristiwa alam yang bersifat sunatullah, sehingga tingginya kasus DBD bukan hanya semata-mata disebabkan olehnya. Kebersihan lingkungan rumah juga ikut berperan dalam tersebarnya wabah. Tak dapat dipungkiri, kesadaran warga dalam menjaga kebersihan lingkungan masih sangat rendah. Banyaknya sampah kemasan makanan, rokok dan gelas plastik air mineral yang bertumpuk di selokan, menyebabkan air tidak dapat mengalir. Akibatnya, nyamuk dengan mudah bertelur di air yang tergenang.

Tingginya kasus DBD di Bekasi membuat Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Kota Bekasi mengajak seluruh masyarakat berpartisipasi aktif menerapkan program satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik). Setiap keluarga bertanggungjawab atas kebersihan dan pemantauan jentik, bertanggungjawab atas diri dan anggota keluarganya.

Sekilas, program ini terlihat realistis dan memang harus dilakukan oleh seluruh masyarakat. Namun, menyerahkan sepenuhnya penanganan wabah kepada masyarakat juga menjadi cerminan lepas tangannya penguasa. Juga semakin menunjukkan kegagalan sistem pemerintahan ala kapitalis dalam mengurus rakyatnya. Memang benar, setiap warga atau anggota keluarga harus bertanggungjawab atas keselamatan keluarganya. Menerapkan gerakan 3M yaitu menguras bak mandi, mengubur barang-barang bekas, dan menutup tempat penampungan air agar tidak menjadi sarang nyamuk adalah pencegahan paling minimal yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Namun, jika tidak ada kontrol dan campur tangan pemerintah, hasilnya kurang efektif.

Tingginya angka kasus DBD seyogianya menjadi evaluasi menyeluruh oleh Dinas Kesehatan juga Pemkot Bekasi. Karena penanganan wabah butuh upaya komprehensif, cermat, dan efektif oleh penguasa. Apalagi, pandemi Covid-19 belum usai. Maka semakin bertambahlah kesulitan masyarakat.

Penanganan wabah DBD tentu tak terlepas dari sumber penyebab dan karakteristik sumber wabah, dalam hal ini nyamuk aedes aegypti. Maka edukasi kepada masyarakat tentang demam berdarah dan cara mengatasinya harus massif dilakukan. Masalah sampah dan lingkungan kumuh juga harus menjadi perhatian penguasa dalam menanganinya. Maka pengaturan tata kota yang baik sehingga tercipta lingkungan yang bersih dan sehat selayaknya diwujudkan oleh negara.

Islam adalah agama yang sangat menjunjung kebersihan, baik kebersihan diri maupun lingkungan. Daulah Islam dengan khalifah yang memimpinnya adalah penanggungjawab terjaganya kebersihan, keindahan, dan kenyamanan lingkungan. Tata kota diatur sedemikian rupa sehingga terlihat rapi. Jalan-jalan bersih dari sampah. Perilaku masyarakatnya pun menunjukkan kedisplinan tinggi sebagai wujud ketakwaan kepada Allah Swt.

Rumah sakit tersebar dalam jarak yang terjangkau dengan segenap fasilitas lengkap. Saat wabah melanda, khalifah akan segera menanganinya dengan cepat. Merawat yang sakit dan memberantas sumber wabahnya. Wabah memang bagian dari qadha Allah Swt. yang wajib diimani, namun upaya manusia dalam mencegah dan mengatasi wabah juga wajib dilakukan sebagai bentuk ikhtiar.

Sangat besar perbedaan penanganan wabah ala kapitalisme versus Islam. Dengan perbedaan ini seharusnya semakin menambah kerinduan kita akan suasana di masa khilafah saat menjadi penguasa dua pertiga dunia. Maka, masihkah menyangsikan sistem terbaik yang berasal dari Dzat yang Maha Baik?

Wallahu a’lam bishshawab.

 

[ah/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis