Peringatan Hari Lingkungan Hidup dan Hari Laut Sedunia, Keserakahan Manusia yang Merusak Alam
Oleh Ummu Azkasya
Lensa Media News – Bulan juni bisa dikatakan sebagai bulan mengingat alam. Tanggal 5 Juni diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia dan tanggal 8 Juni diperingati sebagai Hari Laut. Dua moment ini dibentuk sebagai wujud keprihatinan akan alam yang semakin mengkhawatirkan. Rusaknya alam hingga berbagai bencana terjadi silih berganti di negeri ini dan seluruh belahan dunia.
Gaya Hidup Hedonis, Keserakahan Manusia akan Alam
Allah telah menciptakan alam sedemikian rupa untuk mendukung kehidupan manusia. Allah telah membuat sistem yang teratur untuk kebaikan para makhluk ciptaan-Nya. Namun, manusia dengan keserakahannya telah merusak alam karunia Allah. Berbagai eksploitasi akan alam di abad 21 ini sudah sedemikian parahnya, sulit untuk dibendung.
Allah Subhanawata’ala berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 41:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Telah kita rasakan pula akibat dari perbuatan merusak ini. Pembukaan lahan perkebunan seringkali menyebabkan kebakaran hutan, hingga mengurangi resapan air yang berakibat banjir kala hujan dan ancaman kekeringan saat kemarau tiba. Tak lagi hanya kota besar bahkan pelosok desa pun tak terhindarkan dari musibah ini.
Hilangnya sebagian daratan Pantura dan Kalimantan tak terelakan. Ancaman rob yang permanen akibat tingginya penyedotan air tanah karena semakin padatnya pemukiman menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya permukaan tanah di wilayah ini. Disisi lain, eksploitasi besar besaran terhadap kekayaan laut, Overfishing hingga rusaknya terumbu karang telah mengancam keberlangsungan ekosistem laut.
Peringatan Allah mestinya menyadarkan para pemangku kebijakan agar tak abai terhadap amanahnya. Bumi dan seluruh isinya adalah anugerah yang Allah titipkan pada kita manusia, makhluk mulia yang Allah ciptakan. Namun, gaya hidup hedonis yang didukung kebijakan berasas liberalisme kapitalis mengabaikan peringatan ini. Keserakahan akan alam ditopang oleh undang-undang demi meraup untung sebesar-besarnya bagi kepentingan pemodal.
Islam Menjaga Alam
Islam sebagai agama yang sempurna memiliki aturan yang telah Allah dan Rasulnya tetapkan demi menjaga misi sebagai Khalifatullah. Dalam Islam, ada konsep yang disebut hima. Hima berasal dari bahasa Arab yang berarti perlindungan. Secara umum, hima berarti kawasan tertentu yang di dalamnya ada sejumlah larangan untuk berburu dan mengeksploitasi tanaman.
Ada setidaknya lima macam hima. Pertama kawasan yang di dalamnya tidak boleh menggembalakan ternak. Alasannya, hewan-hewan gembala itu akan memakan tanaman-tanaman yang masih produktif. Di kawasan ini juga tidak diperkenankan memotong pohon, kecuali pohon yang sudah tua dan tak lagi menghasilkan buah atau bunga.
Jenis kedua adalah hima sebagai kawasan yang diperbolehkan menggembala dan memotong pohon pada musim-musim tertentu. Tipe ketiga adalah kawasan yang dibatasi jumlah hewan yang boleh diternakkan di dalamnya. Ini terutama diberlakukan untuk kawasan yang vegetasinya sudah mapan dan mampu berkembang biak dengan baik.
Tipe keempat dipakai untuk menjaga bunga-bunga yang biasa didatangi oleh lebah untuk membuat madu. Kawasan ini baru boleh diganggu saat musim bunga sudah selesai. Dan jenis kelima adalah hima yang sama sekali tidak boleh dirusak atau dipotong pohonnya, kecuali dalam keadaan terpaksa.
Nabi Muhammad Saw. menetapkan sejumlah kawasan di sekitar Madinah sebagai hima. Salah satunya adalah Hima an-Naqi dekat Madinah yang di dalamnya ada larangan berburu dalam radius 4 mil dan larangan merusak tanaman dalam radius 12 mil. Salah satu khulafaur-rasyidin, Umar bin Khattab menetapkan kawasan lain di dekat Madinah sebagai Hima Ar-Rabadhah. Ini lebih mirip hutan tanaman industri, karena yang ditanam adalah palem dan beberapa pohon yang dikonsumsi.
Mereka yang berhak memanfaatkan hima hanya orang-orang yang membutuhkan. Di masa lalu, di Arab Saudi terdapat sekitar 3.000 hima yang ditetapkan oleh masing-masing penguasa lokal dan kepala suku.
Lebih dari itu islam memiliki landasan yang jelas dalam membangun negaranya. Jika dalam sistem kapitalis kepuasan jasmani adalah tolok ukur kebahagiaan. Berbagai kebijakan dibuat sedemikian rupa untuk memenuhi keinginan-keinginan manusia tanpa batas. Dalam Islam, negara berperan untuk menjalankan perintah perintah Allah, mengemban misi mulia menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Tak hanya manusia, hewan maupun tumbuhan merasakan rahmat-Nya. Negara akan mengatur kebutuhan-kebutuhan manusia tanpa abai terhadap kelestarian alam. Wallahualam. [LM/Mi]