Zakat Menjadi Rahmat dengan Syariat
Oleh Yuke Octavianty, SP.
Lensa Media News – Hari raya Idul Fitri tak lama lagi akan datang. Setelah beribadah puasa penuh selama bulan Ramadan, kaum Muslim diwajibkan untuk menunaikan zakat fitrah. Menurut Peraturan Menteri Agama No 52 Tahun 2014, zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang Muslim atau badan usaha yang dimiliki orang Islam untuk diberikan kepada yang berhak menerima sesuai dengan syariat Islam (detiknews.com, 4/5/2021).
Secara syara’, zakat dikeluarkan untuk membersihkan harta dengan syarat dan ketentuan berlaku. Penerima zakat pun telah ditentukan jelas dalam al-Quran dan as-Sunnah.
Allah Swt. berfirman:
اِنَّمَا الصَّدَقٰتُ لِلْفُقَرَآءِ وَا لْمَسٰكِيْنِ وَا لْعٰمِلِيْنَ عَلَيْهَا وَا لْمُؤَلَّـفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِى الرِّقَا بِ وَا لْغٰرِمِيْنَ وَفِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَا بْنِ السَّبِيْلِ ۗ فَرِيْضَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗ وَا للّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ
“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah.
Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah 9: Ayat 60).
Dalam riwayat Ibnu Abbas, Nabi Muhammad Saw, bersabda, “Telah mewajibkan zakat fitrah untuk menyucikan jiwa orang yang berpuasa dari perkataan sia-sia dan kotor, juga untuk memberi makan kepada orang-orang miskin. Barang siapa yang menunaikannya sebelum salat Idul Fitri, maka itu adalah zakat yang diterima, dan barang siapa yang menunaikannya sesudah salat Idul Fitri, maka itu hanyalah sekadar sedekah.” (HR. Abu Dawud).
Belum lama, Jumat, 7 Mei 2021, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) menandatangani perpanjangan nota kesepahaman (MoU) tentang Koordinasi dan Sinergi dalam Pemilihan Umum dan Pemilihan (korantempo.com, 7/5/2021). Kerja sama dilakukan guna menjaga netralitas serta mencegah penyalahgunaan penyaluran zakat untuk kepentingan politik (korantempo.com, 7/5/2021).
Ketua Bawaslu RI, Abhan, juga mengungkapkan, tujuan penandatangan nota kesepahaman tersebut adalah untuk menghindari penyalahgunaan wewenang dalam melaksanakan tugas sebagai pengelola zakat (korantempo.com, 7/5/2021).
Dalam sistem kapitalis sekuler, pemanfaatan zakat seringkali disalahgunakan. Salah satunya timbulnya potensi penyalahgunaan dana zakat untuk kepentingan politik (korantempo.com, 7/5/2021).
Mengingat tak lama lagi pemilihan kepala negara akan berlangsung serentak di seluruh wilayah negeri. Biaya yang dibutuhkan pun tak sedikit. Wajar saja, jika dana zakat umat menjadi incaran para kapitalis yang akan melangsungkan pesta demokrasi. Mengerikan.
Tak heran, zakat yang rutin dibayarkan kaum Muslim tak melahirkan kesejahteraan bagi umat. Pengelolaan yang buruk ditambah sistem yang fasad menjadi biang keladi rendahnya taraf kesejahteraan rakyat.
Dalam Islam, zakat merupakan salah satu sumber bagi kesejahteraan umat. Untuk pemerataan kesejahteraan agar tidak terjadi ketimpangan ekonomi dan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Zakat seharusnya menjadi pendongkrak meningkatnya taraf kesejahteraan. Namun, fakta di lapangan memperlihatkan keadaan ekonomi rakyat begitu kronis, teramat parah.
Syariat Islam mengatur pengelolaan zakat dan penyalurannya dengan amanah. Zakat fitrah yang telah terkumpul, hanya diperuntukkan bagi 8 golongan yang sudah ditetapkan Allah dalam firmanNya QS. At-Taubah ayat 60.
Islamlah satu-satunya sistem yang shahih, yang mengusung keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat. Sistem yang sahih pasti melahirkan pemimpin yang amanah yang mengutamakan aturan syariah dalam kehidupan. Sekaligus menjadikan umat sebagai prioritas pencapaian rida Allah Swt. Sistem kufur fasad harus segera dicampakkan karena hanya menimbulkan kesengsaraan bagi umat. Zalim. Wallahu a’lam bisshowwab. [LM/Mi]