Rombak Kabinet, untuk Lebih Baik?
Reshuffle Kabinet kembali menjadi perbincangan publik. Pasalnya, sebagaimana yang dikabarkan oleh media, Presiden Jokowi hendak melakukan perombakan kementerian. Selama menjabat sebagai Presiden, sudah lima kali Presiden Jokowi melakukan perombakan kabinetnya. Pada periode kepemimpinan pertama, sebanyak empat kali beliau melakukan reshuffle dan periode kepemimpinan kedua ini, telah melakukan reshuffle sekali di beberapa waktu yang lalu.
Perombakan kementerian ini merupakan hal biasa dalam sistem pemerintahan hari ini yakni Demokrasi. Hal itu pun dapat dilakukan sewaktu-waktu oleh Presiden. Alasannya untuk meningkatkan kinerja atau memperbaiki peran kementerian. Tak jarang pejabat negara terjerat kasus korupsi kemudian mengharuskan melakukan reshuffle. Bisa juga, pergantian kementerian terjadi menandai akan ada kebijakan baru. (Voi.id, 15/04/2021)
Sebenarnya apapun alasan yang dikemukakan, kepentingan adanya pergantian kabinet tetap berporos pada kepentingan partai penguasa. Mengacu pada sistem yang dipakai hari ini, Kapitalisme yang selalu mengutamakan kepentingan rakyat oligarki dan rakyat kapital. Sedangkan kepentingan rakyat biasa dikesampaingkan, malahan tak digubris kecuali dalam momen kampanye pemilu.
Begitulah tak beradabnya sistem kapitalisme, yang sampai kapan pun takkan bisa memberi kemaslahatan umat. Oleh karena itu, mengharapkan pergantian kabinet untuk pemerintahan yang lebih baik takkan bisa terwujud jika masih menggunakan sistem kapitalisme. Kita perlu mengganti sistemnya dengan meneladani Rasulullah Saw. yang pernah mendirikan pemerintahan di Madinah berasaskan aturan Ilahi. Pemerintahan tersebut membuktikan mampu mewujudkan pemerintahan yang bersih dari kepentingan politik. [LM/Faz]
Deny Setyoko Wati
Yogyakarta