Ramadan Duka di Tanah Para Nabi
Bulan suci Ramadan 1442 H kembali menyapa penghuni bumi. Umat Muslim seluruh dunia menyambutnya dengan penuh hikmat. Serangkaian rencana telah disiapkan untuk mengisi bulan mulia ini. Namun, lain cerita dengan muslim Palestina. Ramadan justru dilalui dengan penuh duka. Pasalnya, Selama dua hari berturut-turut polisi Israel melarang warga Palestina buka puasa di Masjid Al Aqsa, Yerusalem. Menurut kantor berita Palestina, WAFA News Agency pada 14 April melaporkan polisi Israel juga menyerang warga Palestina sepulang dari salat tarawih di masjid (Tempo.co 16/04).
Penderitaan kaum muslim Palestina bermula sejak negara Yahudi itu dideklarasikan berdiri secara “resmi” oleh PBB. Deklarasi Balfour yang diterbitkan pada 9 November 1917 menjadi titik awal Yahudi menggerogoti wilayah Palestina. Dari deklarasi itu Yahudi mendapat dukungan internasional untuk pendirian tanah Yahudi di Palestina. Dengan dukungan penuh Britania Raya, tanah Yahudi resmi berdiri.
Telah banyak kesepakatan dan perundingan yang dilakukan. Namun, hal itu tak mengubah sikap bebal Israel. Meski berkali-kali Israel melanggar hukum dan konsensus internasional, tak ada negara satu pun di dunia ini yang berani memerangi Israel secara terang-terangan. Dukungan terhadap Palestina hanya berkutat pada kecaman, bantuan makanan dan obat-obatan, solidaritas, serta kemanusiaan.
Sesungguhnya, Palestina membutuhkan lebih dari itu. Pembebasan tanah mereka dari cengkeraman Israel. Kehidupan yang tenang dan sejahtera. Itulah yang paling mereka butuhkan. Oleh karenanya, wajib ada sebuah kekuasaan yang tak mengenal sekat bangsa. Di mana akidah Islam menjadi pondasi kekuatannya. Sehingga al-Quds bisa merasakan Ramadan dengan penuh sukacita tanpa bayang-bayang senjata. Wallahu a’lam bisshowwab. [LM/Faz]
Ummu Alif
(Kendari, Sulawesi Tenggara)