Urgen Evaluasi Alat Mitigasi di Indonesia

Oleh : Emmy Emmalya
( Pegiat Literasi )

 

Lensa Media News – Posisi geografis Indonesia yang berada pada pertemuan tiga lempeng utama yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik, serta adanya 129 gunung api yang aktif, menyebabkan Indonesia rentan dilanda bencana. Bencana terakhir yang belum lama terjadi adalah gempa bumi berkekuatan 6.1 Skala Richter (SR) yang mengguncang malang dan sejumlah daerah di sekitarnya.

Gempa ini menyebabkan kerusakan yang cukup parah, hingga merobohkan ribuan rumah di sekitar jawa timur, dan menyebabkan ribuan orang harus mengungsi.

Bencana alam selalu memakan korban berupa nyawa manusia dan kerugian materi. Menurut Dr. Ing. Fahmi Amhar seorang ahli geospasial, semestinya efek gempa bisa diminimalisir apabila ada pemetaan kebencanaan di Indonesia.

Usulan tentang pemetaan kebencanaan ini sudah 12 tahun diusulkan oleh Dr. Ing Fahmi Amhar dalam wawancaranya dengan wartawan republika (Republika.co.id, 14/10/09).

Menurut Fahmi Amhar dengan adanya pemetaan kebencanaan, penanganan bencana akan lebih mudah, cepat, dan tepat. Bahkan, jumlah korban jiwa dan kerugian materi juga dapat diminimalisasi. Selain itu, penegakan building code juga dapat diterapkan. Namun sayang, perhatian negara atau masyarakat terkait hal ini masih rendah.

Kemudian Fahmi Amhar menjelaskan bahwa pemetaan kebencanaan itu ada tiga macam, seperti halnya manajemen bencana, yaitu peta mitigasi untuk tahap pencegahan, peta tanggap darurat, serta peta rehabilitasi dan rekonstruksi setelah terjadinya bencana.

Indonesia sendiri sudah memiliki alat pendeteksi untuk pemetaan bencana seperti bencana tsunami misalnya. Hanya saja alat pendeteksi ini perlu ditingkatkan kualitasnya teknologinya.

Terkait hal ini sudah pernah diingatkan oleh Wakil Ketua Komisi V DPR, Ridwan Bae, bahwa teknologi pengadaan Tsunami Early Warning System (TEWS), di lembaga yang ditunjuk pemerintah seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) harus betul-betul sesuai aturan, up to date dan mengutamakan kualitas (Beritasatu,10/3/2020).

Ina-TEWS adalah sebuah sistem peringatan dini tsunami yang komprehensif. Di dalam sistem tersebut telah diterapkan teknologi baru yang dikenal dengan  Decision Support System.

Menurut Ridwan Bae, keberadaan Ina-TEWS di BMKG sangat penting karena alat tersebut memiliki peranan dalam mitigasi bencana tsunami.
Hanya saja menurut Ridwan Bae, keberadaan alat ini tidak pernah diperhatikan kualitasnya karena terkait dengan praktek monopoli sehingga pemerintah menutup mata untuk melihat apakah ada tehnologi yang lebih baik, efisien dan canggih.

 

Pengabaian Jiwa Manusia Merupakan Buah dari Sistem Kapitalis

Abainya negara terhadap keselamatan rakyat, menjadi bukti bahwa negara masih menimbang-nimbang keuntungan untuk mengadakan alat penditeksi gempa daripada mengutamakan keselamatan rakyatnya.

Inilah ciri khas negara yang berkiblat pada sistem kapitalis yang selalu memprioritaskan keuntungan materi tanpa memperhitungkan banyaknya nyawa yang hilang akibat bencana.

Lebih mirisnya lagi banyak dana yang diprioritaskan untuk membantu korban bencana masih dikorupsi juga oleh pejabat negara.  Banyaknya kejadian bencana yang tidak bisa ditangani dengan baik oleh negara menjadi pertanyaan masyarakat kemanakah mengalirnya dana pajak yang selalu dipungut oleh negara ? Bukan kah seharusnya dana itu bisa digunakan untuk kemaslahatan rakyat?

 

Negara Islam Dalam Merespon Gempa

Berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan oleh negara Islam. Hal ini tergambar dari respon negara Islam dalam mengurai kajian tentang gempa bumi. Negara akan mengumpulkan para ilmuwan Muslim untuk menyampaikan pandangannya mengenai apa yang bisa dilakukan dalam menghadapi gempa. Termasuk bagaimana mendirikan bangunan agar bisa tahan gempa.

Di wilayah-wilayah yang rawan gempa, para arsitek Muslim menyampaikan serangkaian teori. Mereka menegaskan, agar bangunan memiliki pondasi yang kuat dan dalam. Dindingnya juga harus mempunyai dimensi besar untuk menopang kubah ketika terjadi gempa.

Dengan demikian, ketika gempa melanda bangunan – bangunan ini tidak runtuh. Ini terbukti dengan masih berdiri dengan tegak monumen-monumen Islam yang ada di Kairo. Bangunan-bangunan itu mampu bertahan dari gempa besar pada 1992 dan masa-masa sebelumnya (https://republika.co.id/berita/pwmpln313/ilmuwan-muslim-merespons-fenomena-gempa).

Begitulah seharusnya negara melayani rakyatnya. Senantiasa melindungi rakyatnya dari berbagai marabahaya dan menjadi tempat mengadu rakyat ketika tertimpa bencana.

Bukan malah memanfaatkan situasi untuk meraih keuntungan dari penderitaan rakyatnya. Islam memiliki mekanisame yang jelas dalam melayani dan melindungi rakyatnya.

Tidak hanya menyangkut masalah kebutuhan pokok saja, dalam hal keamanan yang menyangkut jiwa seorang Muslim akan dijaga secara penuh karena ada sebuah hadis dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ

“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).

Disini menjadi jelas, negara harus hadir dalam setiap permasalahan rakyatnya termasuk dalam hal pelindungan jiwa dari ancaman bencana alam.
Maka menjadi kewajiban bagi negara untuk mengadakan tehnologi yang mendukung penjagaan manusia terhadap segala mara bahaya yang mengancam jiwa manusia. [LM/Mi]

Please follow and like us:

Tentang Penulis