Hasil analisis BMKG terhadap gempa bumi tektonik yang mengguncang wilayah perairan Selatan Jawa (14/04) pada pukul 13.28 WIB ialah bahwa gempa tersebut merupakan jenis dangkal akibat adanya aktivitas subduksi. Kepala Pusat gempa bumi dan tsunami BMKG, Bambang Setiyo Prayitno mengatakan gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang.

Gempa Jatim beberapa waktu lalu cukup menjadi pelajaran yang sejatinya selalu diabaikan pemerintah dalam mengantisipasi mudarat yang menimpa. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat delapan orang meninggal dan 1.189 bangunan rusak akibat gempa di Jawa Timur (Jatim). Selain itu, gempa bermagnitudo 6,1 yang terjadi pada Sabtu itu (10/4) telah merusak fasilitas umum di 150 titik.

Musibah atau bencana yang terjadi harus diterima dengan tabah dan juga perlu muhasabah. Baik bagi individu, masyarakat, apalagi negara. Sebab meskipun ini kejadian alam yang tidak bisa ditunda, namun bisa diusahakan untuk meminimalisasi kerusakan yang terjadi dan mencegah mudarat yang lebih besar, tentu dengan pertolongan-Nya.

Sehingga langkah tanggap darurat semata oleh negara, bukan solusi atas bencana yang sering terjadi. Negara harus serius dan mengerahkan seluruh kemampuannya dalam siaga bencana. Agar masyarakat tak merasa seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Mitigasi berbasis teknologi perlu dilakukan agar deteksi dan proses penyelamatan bisa dilakukan sedini mungkin. Selanjutnya penanganan bencana diiringi dengan infrastruktur yang memadai. Tanpa basa-basi apalagi untung-rugi.

Hal itu tidak akan terjadi dalam Kapitalisme saat ini. Pemerintah hanya memandang masyarakat dengan kacamata bisnis, bukan sesuatu hal penting yang harus diurusi. Kebijakannya akan lamban dan setengah hati, serta hanya mementingkan para korporasi. Oleh karena itu, menerapkan total syariat Islam dalam bingkai negara merupakan solusi hakiki. [LM/Faz]

Atik Hermawati

Bogor

Please follow and like us:

Tentang Penulis